OPINI
OPINI Aldi Aditya : Parade dan Hari Jadi Banyumas
KABUPATEN Banyumas memperingati hari jadi setiap tanggal 22 Februari. Sebagai bagian dari perayaan hari jadi tersebut, digelar prosesi Kirab Pusaka di
Kota menjadi objek konsumsi langsung ketika dijadikan tujuan wisata, dengan dipengaruhi aktor atau unsur-unsur budaya yang termediasi secara komersial seperti parade atau kirab pusaka.
Oleh karena itu, entitas kebudayaan Banyumas tersebut tidak pernah stabil karena kirab yang mengusung simbol-simbol masa lampau berada di latar kota yang modern.
Bayangan atau imaji yang muncul saat menonton kirab bersifat anakronistik atau tak sesuai: simbol-simbol lampau seperti pusaka, foto para bupati terdahulu, kereta kuda, pakaian dari zaman Mataram, membaur dengan bangunan fisik modern seperti trotoar, jalan, mal, pusat perbelanjaan, alat transportasi modern, dan area CBD.
Kirab Pusaka berandil dalam membentuk pengetahuan mengenai kebudayaan Banyumas secara terus-menerus. Kirab merupakan performa kebudayaan, sebuah kegiatan luar biasa di luar kegiatan sehari-hari untuk memelihara ingatan tentang masa lalu dan menghubungkan masyarakat Banyumas saat ini dengan sejarah. Hubungan tersebut diikat oleh makam, ritual, dan simbol-simbol dari masa lalu dan kemudian semuanya dihadirkan sekaligus dalam kirab. (*)
Baca juga: 15 Fungsi Alquran Bagi Umat Islam
Baca juga: Ajukan Klaim JHT Kini Bisa Melalui Aplikasi JMO, Batas Maksimal Saldo Rp 10 Juta
Baca juga: Suami Nikahi Babby Sitter Setelah Sebulan Cerai, Mawar AFI: Dia Sendiri yang Bawa ke Rumah
Baca juga: Muncul Pesan Berantai Ajakan Mogok Produksi, Perajin Tahu-Tempe di Kartasura Tak Ikut, Ini Alasannya