Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Adu Nasib di Makam Dua Sejoli Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku yang Tak Direstui

Ribuan warga bersimpuh di bawah rindangnya pepopohan. Di depannya terdapat bungkusan keranjang berisi ingkung ayam utuh

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Catur waskito Edy
Rifqi Gozali
warga berkumpul di kompleks Makam Nawangsih-Rinangku di Dukuh Masin, Desa Kandangmas dalam tradisi sedekah kubur atau sewu sempol, Kamis (24/3/2022). 

Dari seorang tokoh setempat, Sumartono Rekso Tanoyo, saya mendapat jawaban. Mereka yang berburu bunga kantil itu biasanya memendam keinginan.

Ada yang berkeinginan segera mendapat jodoh, ada pula yang berkeinginan bisnisnya kian jaya, dan sawahnya panen banyak.

"Kalau yang ingin sawahnya subur dan berhasil panen banyak, biasanya bunga itu dijemur, kemudian dihaluskan, ditabur di sawah," ujar Sumartono yang juga Ketua Pengelola Situs Punden Masin sekaligus seorang pensiunan guru SD.

Pria 77 tahun yang saat itu mengenakan kemeja putih dan blangkon ala Surakarta itu menilai apa yang dilakukan oleh sejumlah warga di kompleks makam itu sekadar mencari keberkahan. Baginya keberkahan dari Tuhan bisa datang dari mana saja. Termasuk dari setangkai bunga.

Di saat yang sama ada juga orang yang masuk ke dalam cungkup makam Nawangsih dan Rinangku. Cungkup itu berpintu sempit dan pendek. Orang yang masuk dipaksa harus sedikit menunduk jika tidak ingin kepalanya terbentur kusen pintu.

Cungkup itu berdinding kayu dengan lapisan plitur cokelat yang mengkilap. Di serambi luar cungkup memiliki PVC yang tampak mewah.

Di antaranya peziarah yang saat itu datang yakni Jumiah. Nenek 65 tahun itu datang dari Jepara bersama kakaknya Robiah yang kini sudah 70 tahun.

Setelah masuk cungkup Jumiah bersama kakaknya menemui seorang lelaki gagah memaki peci hitam, jas hitam, dan kain merah mengalung di leher.

Pria itu bernama Anas. Dia adalah seorang juru kunci. Dia siap memandu doa bagi setiap peziarah yang hajatnya ingin segera terkabul.

"Saya menyerahkan bunga dan uang sedekah Rp 5 ribu kepada pria itu," kata Jumiah.

Kedatangan Jumiah jauh-jauh dari kabupaten tetangga ini bukan tanpa alasan. Dia mengantar sang kakak Robiah yang sejak beberapa tahun terakhir sakitnya tak kunjung sembuh.

Sakit yang didera berupa benjolan di leher. Katanya sudah dibawa berobat ke salah satu rumah sakit di Semarang, namun tak kunjung sembuh sampai saat ini.

"Ikhtiar berdoa di sini semoga Allah memberikan kesembuhan," katanya.

Jumiah tidak seorang diri. Beberapa orang silih berganti masuk ke cungkup itu. Ada yang sekadar ziarah. Ada pula yang menyimpan keinginan agar segera terlunasi hajatnya.

Praktik ziarah di makam Nawangsih dengan segenap perantinya itu terus ada sampai kini. Senyap dan terus berlangsung. Eksis tapi tidak mencolok.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved