Berita Cilacap
Waspada Potensi Gempa Besar M 8,7 dan Tsunami 10 Meter di Cilacap, Purworejo dan Kebumen Terdampak
Cilacap berpotensi diguncang gempa besar M 8,7 dan diterjang tsunami setinggi 10 meter.
Penulis: Pingky Setiyo Anggraeni | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Cilacap berpotensi diguncang gempa besar M 8,7 dan diterjang tsunami setinggi 10 meter.
Bencana gempa besar dan Tsunami 10 meter disebabkan adanya megatrust.
Ancaman gempa besar dan tsunami 10 meter bukan sekadar prakiraan atau ramalan.
Beberapa wilayah di pantai selatan akan terdampak gempa besar ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut wilayah Kabupaten Cilacap yang berada di pesisir selatan berpotensi mengalami bencana Tsunami lebih dari 10 meter.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat Dwikorita Karnawati menjelaskan potensi bencana itu akibat adanya pusat zona gempa atau megathrust.
Baca juga: 9 Saksi Sudah Diperiksa Polisi, Update Kasus Tuduhan Pelecehan Seksual di RSUD RA Kartini Jepara
Baca juga: Nathalie Holscher Siap Kembalikan Alphard Pemberian Sule untuk Adzam Jika Diminta
Hal itu disampaikannya dalam sambutan pembukaan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) 2022 di Fave Hotel Cilacap, Rabu (27/7/2022).
Hal tersebut disampaikan bukan semata-mata perkiraan atau ramalan saja, namun merupakan hasil kaji BMKG secara scientific.
Karena ancaman bencana tsunami di selatan jawa itu memang ada.
"Seperti yang dikatakan Kepala BMKG Pusat Ibu Dwikorita kemarin, bahwa adanya ancaman potensi tsunami tersebut tak lain karena di selatan jawa terdapat zona subduksi, dimana pertemuan lempeng Eurasia-Samudera Hindia masuk kedalam zona megathrust," kata Setyoadjie Prayodhie Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara kepada tribunjateng.com Kamis (28/7/2022).
Diperkirakan zona megathrust tersebut menyimpan energi yang bisa memicu gempa bumi dengan magnitude maksimal sampai 8,7 SR.
Magnitude itulah yang kemudian diangkat sebagai world case scenario.
"Magnitude itu kita simulasikan berdasarkan permodelan, dimana misal disana terjadi gempa dengan magnitude sebesar 8,7 SR maka akan diperkirakan tsunaminya sampai 10 meter atau mungkin lebih untuk beberapa tempat di sekitar Cilacap," jelas Setyoadjie
Namun mengenai waktu kapan terjadinya gempa megathrust yang berimbas pada ancaman tsunami tidak dapat diprediksi.
Bahkan BMKG juga tdak mengetahui kapan terjadinya gempa megathrust.
"Makanya kita hanya memodelkan, kira-kira kalau gempanya sekuat itu potensi ancamannya seperti ini lah di Cilacap," kata Setyoadjie.
Mengenai wilayah-wilayah di Jawa Tengah yang berada di pesisir selatan jawa, Setyoadjie mengatakan bahwa wilayah tersebut masuk kategori rawan bencana tsunami karena bersentuhan langsung dengan zona subduksi.
Adapun wilayahnya seperti Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen dan juga Kabupaten Cilacap.
Keempat wilayah tersebut tentunya memiliki tingkat kerawanan yang berbeda-beda.
Namun menurut kajian BMKG wilayah Kabupaten Cilacap memiliki resiko yang paling besar jika dibandingkan dengan wilayah lain.
Hal tersebut tak lain karena di wilayah Cilacap banyak terdapat Objek Vital Nasional (Obvitnas) seperti Pertamina, SBI, PLTU dan sebagainya.
"Tentu jika terjadi bencana tsunami dampak ekonominya sangat besar.
Maka Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) kita pusatkan disana untuk membangun budaya tanggap bencana gempa bumi dan tsunami khususnya untuk evakuasi mandiri," ujarnya.
Mengenai tujuan digelarnya SLG kata Setyoadjie adalah untuk membangun sikap masyarakat agar masyarakat tahu apa yang harus dilakukan sebelum, ketika dan setelah terjadi bencana.
Diharapkan dari acara tersebut, masyarakat dapat mengetahui apa saja tahapan mitigasi bencana yang harus dilakukan untuk mengurangi akibat gempa dan tsunami.
"Sesuai dengan kapasitasnya, misal BPBD, OPD, jadi tahu peran dia disana.
Termasuk juga masyarakat, bagaimana mereka menyikapi ketika menerima informasi dari BMKG," katanya.
Dalam SLG ini, BMKG menjelaskan alur informasi serta bagaimana caranya memahami informasi tersebut.
BMKG juga menjelaskan bagaimana cara memahami rambu-rambu evakuasi dan titik evakuasi terdekat.
Bahkan BMKG juga membuatkan peta untuk melakukan susur jalur, BMKG memilih jalur yang dinilai paling ideal dalam upaya evakuasi terdekat.
Adapun kegiatan susur jalur tersebut dilakukan dihari pertama kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) 2022 yaitu di Desa Sidaurip, Kecamatan Binangun.
Disana, BMKG juga berusaha untuk membangun sikap tanggap gempa bumi dan tsunami.
Rencananya, tahun depan Desa Sidaurip akan diangkat menjadi "Tsunami Ready Community" untuk lebih menguatkan Desa Tangguh Bencana.
"Desa Sidaurip dipilih karena diketahui masyarakatnya sudah siaga tsunami ketika dilaksanakan survei oleh BMKG," ujar Setyoadjie.
Apabila lolos, nantinya Desa Sidaurip ini menjadi desa pertama di Provinsi Jawa Tengah yang diakui Internasional sebagai Desa Tangguh Bencana.
Sebagai informasi, Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) 2022 ini berlangsung selama 2 hari yaitu pada tanggal 27 dan 28 Juli 2022.
Adapun pembukaan dan kegiatan hari pertama dipusatkan di Fave Hotel Cilacap.
Sedangkan teknisnya dilakukan hari ini di Balai Desa Sidaurip, Kecamatan Binangun.
Baca juga: Kopda Muslimin Simpan Uang Ratusan Juta di Kaleng Kerupuk, Fakta Baru Dibeberkan Polisi
Kata Pakar
Ancaman bencana tsunami besar di selatan Jawa itu memang ada.
Informasi tentang potensi besar Tsunami sudah sering diberitakan dan perlu menjadi perhatian banyak pihak.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) Pusat, Dwikorita Karnawati menyatakan potensi bencana tsunami besar lebih dari 10 meter berpotensi terjadi di wilayah Cilacap.
Soal Potensi Tsunami Besar di Pantai Cilacap, Ini Pandangan Pakar Geologi Unsoed
Ahli Geologi yang juga pakar kegempaan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr.Ir.Asmoro Widagdo, ST, MT, IPM, mengatakan pantai selatan merupakan pertemuan lempeng Eurasia-Samudera Hindia masuk ke dalam zona megathrust.
"Hal itu menyebabkan banyak patahan-patahan dan salah satunya ada patahan naik yang dinamakan megathrust.
Saat ini megathrust belum banyak pergerakan, sesar naik yang besar sekali diduga baru istirahat dan mengumpulkan energi dan ditekan terus.
Suatu saat bisa bergerak sesar naiknya dan bisa menghasilkan tsunami besar," terangnya, Jumat (29/7/2022).
Alasan Cilacap merupakan titik yang berpotensi mengalami gempa dan tsunami besar karena memang belum pernah dalam sejarah terjadi gempa besar di Cilacap.
Namun mengenai waktu kapan terjadinya gempa megathrust yang berimbas pada ancaman tsunami tidak dapat diprediksi secara pasti.
Bahkan, BMKG juga tidak mengetahui kapan terjadinya gempa megathrust.
"Saat ini hanya sekedar prediksi soal waktunya kapan belum bisa dipastikan, tapi bisa dikategorikan zona rawan gempa dan tsunami," katanya.
Asmoro Widagdo mengatakan dampak di sepanjang pantai pastinya sering merasakan ada tsunami sedang.
Contohnya adalah yang pernah terjadi di pangandaran yang cukup merusak.
"Gempa di Aceh yang tsunami tidak sampai 20 meter dapat merusak hingga arah 7 kilometer ke daratan.
Kalau di Cilacap dampaknya bisa sampai selatan Banyumas, yaitu bisa sampai ke daerah Buntu, mungkin daerah yang terdampak 10 kilometer, tapi kita tidak mengharapkan itu terjadi," ungkapnya.
Pihaknya mengatakan daerah Cilacap yang datar hingga ke arah pantai menuju ke pemukiman menjadi potensi kerusakan yang nyata.
"Kroya sampai Buntu bisa terdampak, terutama adalah Banyumas selatan yang terdampak.
Kalau kota Banyumas dan Purwokerto saya kira tidak karena ada perbukitan," jelasnya.
Terkait seringnya ada gempa-gempa kecil di Cilacap justru lebih baik ketimbang sama sekali tidak pernah terjadi gempa.
"Kalau sering gempa kecil di Cilacap justru baik karena energi yang tersimpan tidak terlalu besar.
Kalau tidak pernah terjadi gempa justru bahaya.
Seperti orang memendam perasaan, kalau tipenya diam justru bahaya.
Kalau setiap gerakan dilepaskan justru bagus, jadi gempa besar tidak terjadi. Kalau lama tidak ada gerakan justru bahaya," terangnya.
Ia menegaskan semua daerah di sepanjang pantai selatan jawa punya potensi terdampak tsunami besar.
Adapun langkah yang harus dilakukan mestinya adalah waspada dan respon positif bagaimana semestinya bertindak.
"Misalnya anak anak SD yang kecil dididik bagaimana kalau ada gempa tidak perlu panik.
Contoh lain masyarakat di Indonesia Timur sudah menciptakan teknologi yang cukup diandalkan jadi rumah panggung dan itu dari tanah tingginya 2 sampai 2.5 meter," jelasnya.
Dalam hal teknologi juga mesti ditingkatkan lagi terutama keberadaan Early Warning System (EWS) yang mesti dipasang di beberapa pantai.
"Memang banyak kejadian ada yang hilang karena pencuri diambil baterainya mungkin oleh nelayan.
Bahkan ada juga yang ditemukan mengapung hingga ke Samudra Pasifik hingga Filipina dan lainnya sehingga kesadaran perlu ditanamkan.
Padahal harganya itu Milyaran," tambahnya.
Pihaknya mengatakan bahwa EWS idealnya ada di setiap pantai utamanya adalah pantai yang dijadikan objek wisata.
(pnk/jti)
Baca juga: Hari Saat Kholidatunnimah Dimutilasi, Penghuni Kos Cium Bau Darah dari Air Kran dan Perabotan

 
			
 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											