Berita Internasional
Serangan Rusia Bombardir Mykolaiv, Intensifkan Gempuran ke Kota-kota Ukraina
Kabar Ukraian terkini datang dari Kota Mykolaiv. Pihak berwenang di kota tersebut pada Minggu (31/7), mengatakan bahwa pengeboman besar-besaran dilaku
TRIBUNJATENG.COM, MYKOLAIV - Kabar Ukraian terkini datang dari Kota Mykolaiv. Pihak berwenang di kota tersebut pada Minggu (31/7), mengatakan bahwa pengeboman besar-besaran dilakukan pasukan Rusia pada Sabtu (30/7) malam waktu setempat.
Wali Kota Mykolaiv, Oleksandr Senkevych menyebut, kotanya telah menjadi sasaran penembakan massal beberapa hari terakhir. Ia melihat serangan kali ini kemungkinan adalah serangan yang terkuat dari Rusia di Kota Mykolaiv.
"Ledakan kuat terdengar setelah pukul satu pagi dan sekitar pukul lima pagi," tulis Senkevych di Telegram, sebagaimana dikutip dari AFP.
Baca juga: Ukraina Habisi Ratusan Tentara Rusia di Wilayah Selatan
Kota Mykolaiv berada di Ukraina selatan, jalur utama ke Odesa. Mykolaiv sekaligus merupakan kota pelabuhan Laut Hitam, pelabuhan utama Ukraina, dan telah dihantam berulang kali.
Senkevych menyebut, kotanya terus dibombardir oleh pasukan Rusia. Menurut dia, bom tanda (cluster munitions) sekarang digunakan di wilayah sipil di Mykolaiv yang tidak memiliki nilai militer, untuk menciptakan kepanikan dan mempersiapkan operasi darat Rusia.
Ia telah meminta semua wanita dan anak-anak untuk meninggalkan Mykolaiv untuk membatasi korban sipil.
“Kami dibombardir setiap hari. Kemarin kami mengalami dua pengeboman," ungkap dia, dilansir dari BBC Newsday.
"Pada pengeboman kemarin, mereka membombardir kami dengan bom cluster, dengan rudal cluster yang jatuh ke lingkungan, semua itu hanya rumah-rumah di mana orang-orang datang untuk tidur dan di pagi hari pergi bekerja," ungkap Senkevych.
Adapun, Serangan juga menggempur wilayah timur laut Kharkiv dan Sumy, dekat garis depan dengan pasukan Rusia.
"Hari ini (Minggu-Red) serangkaian ledakan terjadi dan beberapa bangunan dilaporkan rusak," kata Igor Terekhov, Wali Kota Kharkiv.
Sementara, Kepala daerah Sumy, Dmytro Zhyvytsky mengatakan, sekitar 50 serangan pada Sabtu malam telah menyebabkan satu orang tewas dan dua terluka.
Gubernur wilayah Donetsk, di mana Moskwa memfokuskan serangannya, mengatakan bahwa tiga warga sipil tewas dan delapan terluka dalam penembakan pada Sabtu.
Perintah evakuasi
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengeluarkan perintah evakuasi wajib bagi warga di wilayah timur, alias Donbass, di mana pertempuran sengit dengan Rusia masih berkecamuk. Perintah tersebut dikeluarkan Zelensky pada Sabtu (30/7) malam waktu setempat, sebagaimana dilansir Reuters.
Zelensky mengatakan, ratusan ribu orang yang masih berada di zona pertempuran di wilayah Donbass, yakni di Donetsk dan Luhansk, harus pergi.
“Semakin banyak orang meninggalkan wilayah Donetsk sekarang, semakin sedikit orang yang akan dibunuh oleh tentara Rusia,” ucapnya. Ia menambahkan, penduduk yang pergi dari Donbass akan diberikan kompensasi.
Secara terpisah, media Ukraina mengutip Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk yang mengatakan bahwa evakuasi perlu dilakukan sebelum musim dingin dimulai, karena pasokan gas di kawasan itu sudah habis.
“Banyak yang tak mau pergi, tapi itu harus dilakukan. Jika kalian memiliki kesempatan, tolong bicara dengan mereka yang masih berada di zona pertempuran di Donbass. Tolong yakinkan mereka bahwa mereka perlu pergi,” tandasnya.
Ini bukan kali pertama pihak berwenang Ukraina meminta warga sipil untuk pergi dari daerah yang masih mereka kuasai di Donetsk.
Mantan Duta Besar AS untuk Ukraina, John Herbst menuturkan kepada Reuters, bahwa kemungkinan peintah itu disampaikan di tengah kekhawatiran perang yang sengit.
“Saya tidak tahu betul mengapa Zelensky mengeluarkan perintah itu. Yang saya tahu adalah bahwa telah terjadi pertempuran sengit di Donetsk,” ujarnya.
“Rusia merebut Luhansk beberapa pekan lalu. Saya memperkirakan pertempuran sengit lebih lanjut di Donetsk,” sambungnya.
Herbst tidak berharap Rusia dapat merebut sisa-sisa wilayah Donetsk, mengingat jalur logistik yang lebih panjang yang akan mereka butuhkan, serta berhadapan dengan senjata jarak jauh terbaru yang dipasok Barat untuk Ukraina. (Kompas.com/TRIBUNJATENG CETAK)
