Berita Semarang
Kiat Emak-emak Semarang Olah Sampah Jadi Emas
Sekelompok emak-emak di RW 5 Patemon, Gunungpati, membentuk Bank Sampah Mawar.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Catur waskito Edy
"Kalo tabungan lebaran dapat diambil ya setahun sekali," tuturnya.
Menurut Sumiyati, Bank sampah Mawar paling rendah mampu mengumpulkan sampah rumah tangga sebesar 300 sampai 400 kilogram dalam waktu sebulan.
Paling tinggi pernah 1 ton.
Rata-ratanya di angka 500 sampai 700 kilogram.
"Angka itu rutin kami setorkan ke DLH," katanya.
Bank sampah Mawar kini juga terus bergeliat. Mulanya omzet sampah hanya Rp56 ribu kini sudah menjadi Rp1,5 juta perbulannya.
Meningkatnya omzet disusul pula oleh meningkatnya pada warga yang minat menyetorkan sampahnya.
Sekarang tak hanya RW 5 Patemon saja yang menyetorkan sampah melainkan pula warga RW lain.
"Warga dulu lihat sampah botol biasa saja bahkan cuek. Kini lihat botol wah itu tabungan emas," ujarnya.
Ia menjelaskan, pemasukan kelompoknya berasal pula dari kiat pengolahan sampah.
Pihaknya mengolah sampah menjadi produk seperti ecoenzim, sabun dan lilin berbahan jelatah, dan lainnya.
Sampah non organik diolah menjadi bunga hias, kreasi kain perca, dan berbagai produk lainnya.
"Kami pasarkan juga melalui online. Hasil penjualan nanti masuk ke kas Bank sampah Mawar," ucapnya.
Ia menambahkan, pihaknya terus mengedukasi masyarakat untuk menerapan 3 R yakni Reuse, Reduce, Recyle, dalam kehidupan sehari-hari.
Yakni dari mengurangi penggunaan dan menggunakan kembali sampah ke fungsi lain hingga mengolahnya menjadi kerajinan tangan.