Kabupaten Semarang
Tiap Siswa Wajib Bawa Seliter Air ke Sekolah, SDN di Bringin Semarang Ini Terdampak Kekeringan
Pihak SD Negeri Rembes 1 Kabupaten Semarang harus melibatkan para siswa, guru, serta penjaga sekolah untuk masing-masing membawa air ke sekolah.
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, BRINGIN - Wilayah Desa Rembes, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang menjadi lokasi dimana sebagian mengalami kekeringan pada musim kemarau, terutama di dataran tingginya.
Satu di antara yang terdampak yakni SD Negeri Rembes 1.
Berdasarkan penuturan Kepala SD Negeri Rembes 1, Titin Yudhiati, kondisi sekolah yang dia pimpin mengalami kekeringan hingga mengalami kekurangan air.
Baca juga: Polda Jateng Pamerkan 9 Remaja, Pelaku Pembunuhan Siswa SMP Magelang Hingga Pembacok di Semarang
“Kondisinya di dataran tinggi, sehingga akses air itu dari sumber tidak ada, kering."
"Kami punya sumur tetapi kering."
"Sehingga harus ambil air di sumber air kecil, di bawah yaitu kawasan hutan karet,” ungkapnya kepada Tribunjateng.com, Rabu (10/8/2022).
Dia menerangkan, pihaknya harus melibatkan para siswa, guru, serta penjaga sekolah untuk masing-masing membawa air ke sekolah.
Kebutuhan air itu digunakan untuk cuci tangan, berwudhu, dan kebutuhan kamar mandi.
“Kami ada pembiasaan salat Dhuha, salat Dzuhur berjamaah, sehingga membutuhkan air, termasuk di kamar mandinya."
"Akhirnya dari kami bersama dari komite dan sekolah, keputusannya membawa air masing-masing satu liter,” imbuhnya.
Baca juga: Hendi Buka Job Fair Kota Semarang Secara Offline dan Online
Baca juga: Ditarget Rampung Dua Pekan, 25 Ribu Nakes Kota Semarang Disuntik Vaksin Booster Kedua
Titin mengungkapkan, pihaknya juga telah melaporkan hal tersebut ke pihak Pemkab Semarang.
Selain itu, dia juga menghubungi pihak DPRD setempat.
“Akhirnya laporan kami dan dewan juga mengupayakan, ternyata muaranya sama ke BPBD Kabupaten Semarang."
"Sehingga harapannya BPBD bisa mengirimkan air,” harapnya.
“Alhamdulillah, pihak BPBD, dinas setempat dan dewan langsung reaksi cepat dan mengirimkan tandon beserta air langsung bisa dipakai,” lanjutnya.
Sementara itu, Plt Kalakhar BPBD Kabupaten Semarang, Mohamad Maskuri mengungkapkan, pihaknya menempatkan sebuah tandon air berkapasitas lima ribu liter di sekolah tersebut.
“Itu yang membuat kami miris, setiap hari setiap murid membawa air dalam botol."
Baca juga: Hari Bebas Kendaraan di Semarang Berakhir Hari ini, Perpanjang atau Setop? Ini Penjelasan Wali Kota
"Untuk itu kami telah menempatkan sebuah tandon air sekaligus juga melakukan droping air bersih di sekolah ini," jelas Maskuri kepada Tribunjateng.com, Rabu (10/8/2022).
Menurutnya, pihak sekolah sudah tidak memiliki akses air bersih di sekolah akibat menurunnya debit air sumur yang ada di lingkungan sekolah.
Maskuri juga menambahkan, sejauh ini belum terdapat desa di bebagai kecamatan di Kabupaten Semarang yang mengajukan permohonan bantuan droping air bersih akibat dampak musim kemarau.
“Kami telah menyiapkan bantuan air bersih guna mengatasi bencana kekeringan untuk 2022 ini."
"Desa yang wilayahnya mengalami kekeringan dan kesulitan mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari bisa mengajukan permohonan bantuan droping air bersih kepada kami,” pungkasnya. (*)
Baca juga: Kirab Budaya Buka Luwur Sunan Kedu, Cara Warga Melawan Lupa Jejak Kretek di Desa Gribig Kudus
Baca juga: Data Pelaporan WNA di Batang Masih Lemah, Mengapa?
Baca juga: Sisi Lain Ferdy Sambo, Tiga Tahun Mengabdi di Jawa Tengah, Setahun Jadi Kapolres Purbalingga
Baca juga: Produk Lokal Purbalingga Go Internasional, 20 Ton Gula Kelapa Organik Diekspor ke Malaysia