Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Feature

Ada Cerita di balik Tato di Tubuh Para Narapidana, Mbah Jo: Jadi Simbol dan Identitas 

Ia menceritakan terpaksa menyayat kulit  menggunakan silet untuk menghilangkan tato tersebut

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
Dok tapoke.tatto
Pembuatan tato dengan cara hand poke atau satu jarum manual, karya dari seniman tato di Kota Semarang. 

"Yang diincar orang bertato Karena dianggap kriminal, saya juga khawatir waktu itu," katanya.

Kekhawatiran Mbah Jo lantaran beberapa rekannya hilang dan hingga kini tak diketahui keberadaannya.

"Katanya ditembak oleh Petrus, saya pun tak berani keluar rumah terang-terangan dan menunjukkan tato saat itu," papar Mbah Jo.

Ketakutan tersebut membuat nekat menghapus dua tato yang terpahat di tangannya.

Ia menceritakan terpaksa menyayat kulit  menggunakan silet untuk menghilangkan tato tersebut.

"Awalnya kulit yang ada tatonya saya gosok dengan sikat terus menerus, setelah luka saya taburkan kapur sirih. Setelah melepuh kulit tersebut saya sayat menggunakan silet," ujarnya.

Rasa sakit pun diderita Mbah Jo berhari-hari, bahkan untuk memulihkan luka itu butuh waktu beberapa bulan.

"Sampai sekarang bekas lukanya masih ada, di tahun itu saya berpikir dari pada ditembak mati lebih baik tato saya hapus," jelasnya.

Tak hanya Mbah Jo, Nanda (47) yang pernah menjalani hukuman di Lapas Kedungpane juga menceritakan hal serupa.

Menurut warga Kota Semarang itu, di Lapas Kedungpane juga punya simbol tato tersendiri.

"Ada beberapa tato khusus waktu itu, yang paling menonjol adalah gambar ikan hiu di punggung," terang Nanda yang pernah menjalani hukuman pada 2008 hingga 2009 karena kasus kekerasan itu.

Gambar ikan hiu tersebut diceritakanny khusus untuk narapidana dari wilayah pesisir Semarang.

"Sebutan mereka Geng Ujung atau orang-orang pesisir Semarangan," terangnya.

Nanda menyebutkan tukang tato di Lapas dinamai tukang tembak untuk menggambar tato ke warga binaan.

"Saat itu tukang tembak ada di blok F, saya sendiri di blok G atau sering disebut blok gendruwo," Imbuhnya.

Ditambahkannya, tukang tembak biasanya mendapatkan rokok maupun uang sebagai ganti jasa tato.

"Alatnya pakai jarum, dinamo dan bolpoin. Ya alat rakitan untuk membuat tato tersebut," tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved