Berita Internasional
Presiden William Ruto Cabut Subsidi BBM, Sehari Setelah Dilantik, Solar Naik 18 Persen
Sehari seusai dilantik, Presiden William Ruto mengumumkan pencabutan subsidi besar-besaran yang berimbas pada kenaikan harga BBM.
TRIBUNJATENG.COM, KENYA - Tak cuma di Indonesia, keputusan dianggap kontroversial terkait harga bahan bakar minyak (BBM) terjadi juga di Kenya.
Lebih kontroversial, keputusan mencabut subsidi BBM dilakukan sehari pasca Presiden yang baru dilantik.
Tak pelak, William Ruto sebagai Presiden Kenya teranyar pun menjadi bahan gunjingan warga setempat.
Menurutnya, pencabutan tersebut dilakukan atas berbagai pertimbangan yang diharapkan dapat dipahami warganya.
Baca juga: Bupati Umi Siapkan Rp 5,35 Miliar untuk Bansos Kompensasi Pengalihan Subsidi BBM
Baca juga: Bisnis Kotoran Manusia Jadi Bahan Bakar, Nyata Menguntungkan di Kenya, 120 Ton Rutin Terjual
Ada-ada saja yang dilakukan Presiden Kenya yang baru, William Ruto.
Baru sehari menjabat sebagai orang nomor satu di negara itu, dia langsung mengambil kebijakan kontroversial.
Sehari seusai dilantik, dia mengumumkan pencabutan subsidi besar-besaran yang berimbas pada kenaikan harga BBM.
Keputusan itu pun langsung menuai protes rakyat negara itu.
Dilansir dari Kompas.com, Jumat (16/9/2022), dalam pidatonya, Ruto menyatakan bahwa subsidi BBM membuat anggaran negara sangat terbebani.
Terlebih, banyak subsidi BBM disalahgunakan.
Pasca pidato Ruto, otoritas yang mengurusi energi dan minyak di negara itu langsung mengumumkan kenaikan harga baru BBM jenis bensin, solar, dan minyak tanah.
Menurut Pemerintah Kenya, setelah pencabutan subsidi, harga bensin naik 13 persen dari harga bulan lalu.
Berikutnya harga solar naik 18 persen, dan minyak tanah melonjak 16 persen.
Baca juga: Teten Masduki Panen Buncis Kenya di Purbalingga, Acungi Jempol Koperasi Max Yasa
Baca juga: Tukang Ojek dan Sopir Angkutan di Cilacap Bakal Terima Bantuan Subsidi BBM, Berikut Besarannya
Meski demikian, Pemerintah Kenya sebenarnya masih memberikan sedikit subsidi untuk BBM jenis solar dan minyak tanah.
Itu karena dikhawatirkan harganya bisa melambung sangat tinggi.