Berita Internasional
Penyesalan Para Wanita di Kamerun Setelah Pakai Produk Pemutih, Bukan Kulit Cerah yang Didapat. . .
Dokter mengatakan, kankernya terkait dengan penggunaan produk pencerah kulit selama 40 tahun
Kehebohan dimulai pada musim panas setelah warganet Kamerun mengkritik anggota parlemen oposisi Nourane Fotsing atas perusahaannya yang menjual produk pemutih kulit.
Mereka marah karena pejabat terpilih itu mengambil untung dari mereka.
Banyak produk yang belum pernah diuji secara ilmiah dan mengandung bahan kimia berbahaya menghambat produksi melanin, zat yang diproduksi di dalam tubuh dengan paparan sinar matahari.
Salah satu bahan kimia tersebut adalah hidrokuinon, yang dilarang di Uni Eropa sejak 2001 karena risiko kanker dan mutasi genetik.
Kementerian Kesehatan Kamerun pada 19 Agustus 2022 melarang impor, produksi, dan distribusi produk kosmetik serta kebersihan pribadi yang mengandung zat berbahaya seperti hidrokuinon dan merkuri.
Hidrokuinon adalah salah satu zat yang paling banyak digunakan dalam produk pemutih di Kamerun, menurut studi tahun 2019 oleh Yaounde I University.
Gejala-gejala penderita
"Kami mendapati pasien yang mengeluhkan gejala terkait dengan depigmentasi kulit setiap hari," kata Alain Patrice Meledie Ndjong, dokter kulit di rumah sakit Douala.
Ini adalah "masalah kesehatan masyarakat", lanjutnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), produk pemutih kulit umumnya digunakan di banyak negara Afrika, Asia, dan Karibia oleh wanita dan pria, juga di populasi berkulit gelap Eropa dan Amerika Utara.
Produk pemutih kulit lainnya termasuk ramuan, tablet, bahkan suntikan.
Beberapa zat ketika tertelan dapat menyebabkan diabetes, obesitas, hipertensi, atau gagal ginjal maupun hati,
Ndjong memperingatkan, ada juga dampak psikologis pada individu seperti kecemasan dan depresi.
Terlepas dari cerita-cerita menakutkan tadi, pria dan wanita percaya bahwa mereka akan menjadi lebih cantik setelah menggunakan produk pemutih.
"Standar kecantikan yang dipromosikan oleh media, iklan, dan pemasaran memperkuat bias bahwa warna kulit yang lebih terang lebih diinginkan daripada warna kulit yang lebih gelap."
