Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Usia Lebih 412 Tahun, Pesantren Dondong Semarang Pernah Jadi Tempat Nyantri Kiai Sholeh Darat

Dari berbagai cerita, Ponpes Luhur Dondong adalah ponpes tertua di Jawa Tengah.

Penulis: Agus Salim Irsyadullah | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Agus Salim Irsyadullah
Santri di Pondok Pesantren Dondong Ngaliyan Semarang berbincang menghabiskan waktu sore di teras Pondok kompleks B pada Selasa (18/10/2022). 

Mengutip skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Nurudin yang ditulis pada 2005, setelah Kiai Abu Darda wafat, pengasuh digantikan menantunya Kiai Abdullah Buiqin bin Umar dari penanggulan Santren Kendal, suami dari Nyai Natijah binti Kiai Abu Darda.

Lalu, usai Kiai Abdullah Buiqin mengembuskan nafas terakhir pada 1340 H, Pesantren Dondong diasuh Kiai Asy’ari bin Basuki yang merupakan suami Nyai Masruhah cucu dari Nyai Aisyah binti Kiai Abdu Darda. 

Kiai Asy’ari kemudian wafat pada 1374 H, selanjutnya digantikan oleh kiai Masqom bin Kiai Ahmad bin Kiai Abdullah Buiqin. 

Selanjutnya, Kiai Masqom wafat pada tahun 1402 H dan digantikan adiknya Kiai Akhfadzul Athfal yang wafat pada Pada tahun 1411.

Setelah itu, pengasuh pesantren digantikan menantunya, yakni Kiai Ma’mun Abdul Aziz dari Ngebruk Mangkang. Kiai Ma’mun adalah suami dari Nyai Dalimatun binti Kiai Akhfadzul Athfal.

Kini, pesantren yang pernah menjadi cikal bakal kiai-kiai besar nusantara itu, diasuh oleh KH Abdullah Umar, KH Faisol Sanusi, Tubagus Mansur (Gus Toba). 

Untuk Gus Toba, ia memiliki keturunan generasi ketujuh dari pendiri pesantren Dondong Kiai Syafii.

Ada beberapa kegiatan pembelajaran di Ponpes Dondong di antaranya kajian beberapa kitab kuning dan tadarus Alquran yang diselenggarakan setiap harinya. 

Sementara, jadwal kegiatan pembelajaran dimulai dari setelah magrib dengan tadarus Alquran bersama. 

Lalu, kegiatan dilanjutkan selepas isya dengan kajian kitab kuning yang terdiri dari Fathul qorib, Bulughul marom, Tafsir jalalain, Matan jurumiyah, Qowaidul i'lal, Amsilatutasrifiyah, Matan safinatun naja dan Fasolatan. 

Di waktu pagi setelah subuh, santri membaca Surat Ar-Rahman dan Al Waqiah. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved