Berita Cilacap
Profil Ruddy Sutomo Sang Penggagas Kampung Sidat Kaliwungu Cilacap untuk Penuhi Kualitas Dunia
Bermula dari kolam budidaya skala kecil di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, ikan sidat kualitas terbaik
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, CILACAP -
Bermula dari kolam budidaya skala kecil di
Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, ikan sidat kualitas
terbaik dikirimkan memenuhi selera dunia.
Desa Kaliwungu menjelma menjadi kampung sidat yang memenuhi pesanan jaringan restoran ternama.
Pelopor Koperasi Mina Sidat Bersatu, Ruddy Sutomo yang pertama kali mengembangkan gagasan Kampung Sidat.
Dia yang awalnya bekerja sebagai pengusaha rental mobil di Cikarang memilih banting setir dan kembali ke kampungnya menjadi pembudidaya sidat.
Keputusannya itu tentu karena pertimbangan melihat begitu besar potensi budidaya ikan sidat.
Pada 2017 ia membuat kolam sidat dengan ukuran kecil.
Usahanya kala itu gagal karena kurangnya pengetahuan tentang cara membudidayakan sidat yang baik dan benar.
"Kecintaan pada ikan sidat bermula saat teman saya dari Jepang bertanya apakah ada 'Unagi' di kampung halaman.
Baca juga: Emak-Emak di Kaliwungu Cilacap Jadikan Sisa Sidat Bakar Jadi Olahan Pangan Bergizi

Kata 'Unagi' begitu asing bagi saya, tetapi begitu melihat fotonya ternyata itu sejenis olahan dari ikan Sidat yang ternyata banyak di kampung saya di Cilacap," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (5/11/2022).
Pada 2018 ia mendapat pelatihan dari salah satu Profesor di Jepang terkait membudidayakan sidat.
Berkat kegigihannya dan keseriusannya akhirnya Ruddy mendapat bantuan dari program Food Agricultural Organization (FAO) melalui proyek IFish.
IFish merupakan proyek FAO bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI.
Tujuannya adalah pengarusutamaan nilai-nilai konservasi keanekaragaman hayati perairan darat.
Selain itu sebagai bentuk pemanfaatan secara berkelanjutan ekosistem perairan darat yang bernilai konservasi tinggi, salah satu contohnya ikan sidat.
Koperasi Mina Sidat Bersatu yang dibentuk oleh Ruddy saat ini mengelola enam hektar kolam sidat
Ia mengatakan pesanan dari restoran semakin banyak terutama dalam bentuk olahan Unagi Kabayaki.
Unagi sendiri identik dengan Jepang.
Ikan katadromus ini nama lainnya ikan sidat bila di Indonesia.
Bahkan di Jepang memiliki hari khusus
setiap musim panas, namanya Doyo no Ushi no Hi.
Hari saat warga Jepang menikmati sidat panggang yang dipercaya meningkatkan kondisi tubuh di tengah cuaca terik.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mengkategorikan sidat Jepang (Anguilla japonica) dalam the Red List of Threatened Species.
Sekitar 70 persen konsumsi sidat dunia ada di Jepang.
Hal itulah yang mendorong mereka mencari supplai sidat dari seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Kampung Sidat Kaliwungu adalah sebuah kawasan proyek percontohan (pilot project).
Project tersebut sejalan dengan program strategis baru Kementerian Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia.
Kampung Sidat Kaliwungu diresmikan sejak 22 November 2018 oleh perwakilan dari Kementerian Kelautan Perikanan, FAO Indonesia serta Pemerintah Kabupaten Cilacap.
Setidaknya dalam satu bulan Kampung Sidat Kaliwungu bisa menghasilkan 1 sampai 2 ton dengan enghasilan perbulan rata-rata mencapai Rp400 juta - Rp600 juta.
Ruddy mengakui banyaknya pesanan dari luar negeri membuatnya tidak dapat memenuhi seluruh permintaan ekspor.
"Saat ini pemenuhan khususnya ke restauran Jepang.
Kalau ekspor biasanya harus skala besar.
Untuk saat ini porsinya 75 persen lokal dan 25 persen Ekspor," katanya.
Ia mengungkapkan dapat mengekspor sesuai dengan kapasitas produksi yang disanggupi saja dan saat ini masih memenuhi khusus pasar Jepang.
Keberadaan Kampung Sidat dan Koperasi Mina Sidat Bersatu ini mampu memberdayakan setidaknya 20-30 orang warga setempat.
Ruddy mentargetkan pandemi yang sudah landai total ekspor pada 2022 diharapkan bisa mencapai 10 ton perbulannya.
Adapun Sidat yang dibudidayakan di Kampung Sidat Kaliwungu adalah jenis Anguilla bicolor.
Rasa dan tekstur sidat jenis Anguilla bicolor
dari Indonesia menjadi favorit pasar Jepang.
Bila diolah dengan sedikit bumbu, rasanya jauh lebih enak dibandingkan produk beku sidat yang tersedia di supermarket.
Kulit sidatnya tipis, dagingnya tebal dan empuk serta tidak berbau lumpur sama sekali.
Tidak heran sidat produksi Koperasi Mina Sidat Bersatu disambut baik oleh masyarakat Jepang.
Ruddy juga sudah mengurus izin BPOM dan sertifikasi halal.
Produk yang dihasilkan tidak hanya sidat hidup, tapi juga sudah olahan dengan memberdayakan ibu-ibu warga setempat.
Sidat olahan yang dibuat yaitu dalam bentuk Unagi Kabayaki yang rasanya bisa disesuaikan dengan permintaan restoran.
Ruddy bercerita tentang proses
penjualan produk Koperasi Mina Sidat
Bersatu di jaringan ritel.
Sudah ada pesanan rutin dari restoran, kegiatan operasional budi daya sudah membaik dibandingkan di masa awal Covid-19.
Berbeda dengan ikan air tawar umumnya,
sidat berkualitas tidak bisa hanya memakan daun dan lumut.
Mereka harus diberi pakan pelet agar dagingnya empuk dan enak.
Menurutnya membudidayakan ikan sidat bukanlah perkara mudah, ada beberapa tahapan penting yang harus dilalui.
Karena sidat belum bisa dipijahkan, maka Ruddy membuat kolam khusus pembesaran.
Kurang lebih ada 53 kolam dengan ukuran 2 meter kali 2 meter khusus pembibitan yang kurang lebih diisi ikan berumur 1-2 bulan.
Dalam satu kolam itu bisa berisi 3.000 ekor bibit ikan sidat.
"Umur 1-2 bulan inilah yang disebut masa kritis maka dari itu kita pisah dulu.
Biasanya pada minggu ke-7, ada serangan penyakit.
Baru setelah 2 bulan kita pindahkan ke kolam yang lebih besar," terangnya.
Kampung Sidat di Cilacap ini adalah pilot project kampung ikan berbasiskan kearifan lokal.
Tidak hanya dari FAO dan pemerintah daerah, kegiatan percontohan ini mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai direktorat di KKP.
Dalam mencapai tujuannya, proyek yang dimulai sejak 2017 ini melaksanakan tiga strategi utama.
Pertama pengarusutamaan prinsip keanekaragaman hayati perairan darat dalam pembangunan sumber daya dan kebijakan pengelolaan.
Kedua, demonstrasi prinsip konservasi dan
pemanfaatan secara berkelanjutan di sejumlah habitat kritis di Indonesia
Ketiga, serta pemantauan dan penilaian yang efektif.
Proyek IFish disebut sebagai proyek perikanan darat terbesar di Indonesia.
Oleh karena itu perlindungan ekosistem dan pengelolaan perikanan darat secara berkelanjutan berdampak besar
dalam peningkatan ketahanan pangan.
Terutama dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada keanekaragaman hayati perairan darat.
Plt Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP, Pamuji Lestari mengatakan sangat mendukung proyek Kampung Sidat Kaliwungu.
"Sidat ini menjadi unggulan, harapannya nanti di Indonesia banyak terbentuk kampung-kampung yang secara spesifik punya keunggulan dalam bidang Perikanan.
Oleh karena itu kita dukung dalam permodalan di KKP ada bantuan dengan kredit murah hanya 3 persen, tetapi tetap ada syarat dan kualifikasi," ungkapnya.
Pihaknya menambahkan nantinya akan ada pendampingan dari profesional bisa dari Profesor supaya ada upaya pembudidayaan barbasis scince.
Pendapat yang hampir sama disampaikan Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal yang memberikan apresiasi atas keberhasilan Cilacap dalam mengembangkan budidaya sidat.
"Satu kampung, satu ikan atau satu jenis ikan yang dibudidayakan.
Ini sangat bagus sekali," ungkapnya.
Selama masa pandemi Covid-19 ini usaha sidat pun terkena imbasnya karena adanya pemberhentian ekspor dari Jepang.
Pandemi Covid-19 menghantam usaha koperasi tersebut.
Selama Pandemi Koperasi Mina Sidat Bersatu kehilangan setidaknya potensi 65 persen pesanan sidat karena penutupan ekspor ke Jepang.
Lima bulan pertama saat pandemi menjadi ujian terberat karena tidak ada pemasukkan sama sekali.
Suplai sidat ke restoran dan ekspor semuanya berhenti.
Penerapan pembatasan mobilitas penduduk termasuk penutupan pusat perbelanjaan dan hotel membuat bisnis restoran sepi.
Kondisi tersebut memaksa anggota
koperasi memutar otak karena kegiatan
budidaya di kolam tidak bisa berhenti.
Salah satu cara antisipasinya adalah menakar dengan tepat jumlah pakan yang diberikan.
Bila terlalu banyak pakan, maka ukuran sidat akan melebihi ukuran pasar Jepang.
Tentu saja penyesuaian dilakukan, tapi kualitas tidak boleh kompromi.
Tahun 2022 ini geliat kampung sidat kembali bangkit.
Karena sudah ada pesanan rutin dari restoran, kegiatan operasional di Kampung Sidat sudah membaik dibandingkan di masa awal Covid-19.
Bertahan di masa pandemi tanpa mengorbankan kualitas adalah sebuah keharusan.
Para warga mulai membuat beberapa produk turunan, seperti abon, bakso dan keripik tulang sidat.
Sejumlah komunikasi dengan pihak
Jepang telah dilakukan dan diharapkan pengiriman ke Jepang bisa kembali normal.
Contohnya sejak Agustus 2020 restoran berkategori Michelin Star di Jakarta memesan sidat secara rutin.
Dalam sebulan bisa mengirimkan 800-1.200 kilogram sidat.
Sidat hidup bisa dilihat di kolam penampungan di dalam restoran.
Kegigihan Koperasi Mina Sidat Bersatu
selama masa pandemi, menjadikan mereka
satu dari sedikit usaha budidaya sidat yang
bertahan. (jti)