Polisi Tembak Polisi
Saksi Ungkap Hasil Tes Poligraf Tersangka Pembunuhan Brigadir J, Sambo dan Putri Terindikasi Bohong
Saksi ahli poligraf Aji Febrianto Ar-Rosyid mengungkap hasil tes poligraf atau uji kebohongan para terdakwa kasus pembunuhan berencana
"Untuk Richard pertanyaannya 'apakah kamu memberikan keterangan palsu kamu menembak Yosua? Richard menjawab tidak dan jawabannya jujur, Richard ini menembak Yosua," kata Aji.
Terakhir, Kuat Ma'ruf hasil tesnya adalah jujur dan berbohong. "Kalau Kuat, jujur dan terindikasi berbohong," tutur Aji.
Ia menyebut pemeriksaan pertama terhadap Kuat dengan pertanyaan 'Apakah kamu memergoki persetubuhan Ibu Putri dengan Yosua' hasilnya adalah jujur.
"Hasilnya tidak memergoki," kata Aji. "Indikasi kedua 'saudara Kuat tanggal 9 September, apakah kamu melihat Pak Sambo menembak Yosua?' Jawaban Kuat tidak. Indikasi berbohong," sambungnya.
Adi menyebut tingkat akurasi tes poligraf yang dilakukan terhadap lima terdakwa sebesar 93 persen.
Dari 93 persen tingkat akurasi tes kebohongan, tim penasihat hukum Kuat menyinggung 7 persen yang tidak akurat. Ia lantas bertanya faktor apa saja yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi.
"Tadi kan saudara bilang, tadi kan pertanyaannya keakuratan tes poligraf itu 93 persen, berarti kan ada 7 persen itu tidak akurat.
Nah, apa yang menyebabkan 7 persen itu, faktor 7 persen itu menjadi tidak akurat?" tanya pengacara Kuat.
"Saya tidak tahu," jawab Aji. "Lah tadi saudara menyatakan tadi kan sudah ditanya keakuratannya itu 93 persen, bukan 100 persen. Kalau 100 persen saya tidak bertanya," kata penasihat hukum Kuat. "100 persen hanya milik Allah SWT," jawab Aji.
Sementara itu Sambo bahwa pertanyaan dalam tes poligraf tidak terkait perkara pembunuhan berencana sebagaimana dakwaan.
"Kami ingin menyampaikan khusus ke ahli poligraf, kami menyampaikan bahwa sangatlah disayangkan dalam pembuktian yang dilakukan Puslabfor ini, hanya berdasarkan isu, kemudian titipan penyidik," kata Sambo menanggapi keterangan ahli.
Sambo menyebut tes tersebut sangat berdampak pada istrinya. Sebab, pertanyaan yang disampaikan merupakan isu sensitif. Sementara Putri Candrawathi disebutnya merupakan korban pelecehan Yosua.
"Ahli harusnya mengetahui dampak yang ahli berikan terhadap keluarga saya, tapi itu faktanya, Yang Mulia. Tidak ada hubungannya dengan perkara 340 ahli tanyakan ke istri saya," sambung Sambo.
"Nanti majelis yang akan menilainya," ujar hakim. "Ke depan, sebaiknya berdasarkan fakta dan independensi dari ahli ini, bukan dari penyidik," timpal Sambo. "Nanti majelis yang akan menilai," sambung hakim.
Di sisi lain Putri Candrawathi malah menangis ketika diminta tanggapan soal hasil tes poligraf itu.