Citizen Journalism
Monumental Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Refleksi Jelang Musywil di Tegal
Ada prinsip yang dipegang dari pangkedaran Muhammadiyah yaitu yaitu tertib beribadah, tertib belajar dan tertib beroorganisasi
Oleh AM.Juma’i, Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah
TRIBUNJATENG.COM - PERTAMA kali saya mengenal Muhammadiyah setelah pindah dari Pondok Pesantren Daarul Abroor Musi Banyuasin Sumatera Selatan, masuk SMA Muhammadiyah 2 Semarang yang berada di Jalan Raya Lemahmendak Mijen Semarang.
Saat itu masuk langsung kelas 2 karena sebelumnya sudah menempuh sekolah di Madrasah Aliah Daarul Abroor Air Sugihan Musi Banyuasin Sumatera Selatan.
Di SMA Muhammadiyah banyak sekali kegiatan- kegiatan pengkaderan, baik intra sekolah maupun ekstra sekolah termasuk Ranting Ikatan Remaja Muhammadiyah.
Karena dianggap memiliki potensi --bisa ngaji: adzan bagus dan qori-- , oleh para guru di SMA Muhammadiyah sering dipanggungkan sebagai khotib badal, muadin Masjid Mujahidin kompleks SMA Muhammadiyah 2 Semarang.
Kemudian saya ditunjuk sebagai Pengurus Ikatan Remaja Muhammadiyah tingkat Ranting di SMA Muhammadiyah 2 Semarang, sering mendapatkan tugas delegasi dari Ranting SMA Muhammadiyah mengikuti acara-acara Ikatan Remaja Muhammadiyah baik di tingkat Daerah Kota Semarang maupun Ikatan Remaja Muhammadiyah tingkat Jawa Tengah.
Dalam Proses Pengkaderan di Ikatan Remaja Muhammadiyah tersebut saya ikuti ,mulai dari Masa Pembekalan Calon Anggota (MABICA) Ikatan Remaja Muhammadiyah , Taruna Melati I, Taruna Melati II kemudian berlanjut Taruna Melati III, Pelatihan Da’I I, Da’I II dan Pelatihan Da’I III yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Ikatan Remaja Muhammadiyah Jawa Tengah.
Dari proses Pengkaderan tersebut diamanahi sebagai Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah ( IRM ) Kota Semarang , Ketua Bidang Dakwah Pimpinan Wilayah Ikatan Remaja Muhammadiyah ( IRM ) Jawa Tengah, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Muhammadiyah Kota Semarang selama dua periode.
Sempat dicalonkan sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah saat Musywil di Karanganyar namun Allah belum memberikan.
Ada prinsip yang dipegang dari pangkedaran Muhammadiyah yaitu dengan Tri Tertib atau 3 tertib. Yaitu tertib beribadah, tertib belajar dan tertib berorganisasi.
Muhammadiyah sangat terbuka dalam memilih pemimpin, tidak semua harus sosok Kiai atau ulama, saat Muswil yang diselenggarakan tersebut telah mengantarkan seorang yang bukan ulama, yaitu Abu Su’ud menjadi ketua PWM Jateng untuk periode 1995-2000.
Kepemimpinan itu menggantikan kepemimpinan PWM yang selama periode sebelumnya dipimpin oleh kiai atau ulama, yaitu KH Rasyidi, yang digantikan oleh KH Suratman SP. Seterusnya oleh KH Abu Hamid.
Gejala tersebut nampaknya menjadi sebuah kecenderungan, karena dalam Muswil yang berlangsung di Karanganyar telah mengantarkan Drs H Dahlan Rais yang bukan ulama melainkan seorang staf pengajar bahasa Inggris pada UNS Surakarta.
Seperti yang terjadi dalam PW Muhammadiyah di Jawa Tengah kecenderungan bukan ulama memimpin Muhammadiyah berhenti, ketika Muswil yang berlangsung di Purwokerto untuk periode 2005-2010 telah mengangkat seorang tokoh ulama yaitu KH Marpuji Ali, dosen FAI pada UMS Surakarta.
Yang bersangkutan adalah lulusan IAIN dan tengah menyiapkan tesis untuk gelar magisternya. Musywil Purworejo terpilih KH Musman Tholib, Musywil Kudus terpilih KH Tafsir.M.Ag.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.