Citizen Journalism
Monumental Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Refleksi Jelang Musywil di Tegal
Ada prinsip yang dipegang dari pangkedaran Muhammadiyah yaitu yaitu tertib beribadah, tertib belajar dan tertib beroorganisasi
Hal ini bisa memberi petunjuk bahwa untuk periode mendatang para ulama atau tokoh lulusan pendidikan tinggi agama Islam akan selalu memegang pimpinan dalam PWM Jawa Tengah walau juga harus didampingi para cendekia, praktisi dan ahli di bidang lainnya sesuai ruang lingkung pergerakan Muhammadiyah.
Tiga belas tokoh yang tercantum dalam komposisi PWM tersebut merupakan wujud kepemimpinan Muhammadiyah Jawa Tengah.
Tentu saja komposisi semacam itu tidak ada buruknya, karena Persarikatan Muhammadiyah sejak mulai didirikan terdiri dari para ulama.
Namun tidaklah salah seandainya diperlukan sebuah komposisi yang lebih integratif di masa-masa yang akan datang.
Pemimpin memang bisa muncul secara tiba-tiba, namun bisa pula dipersiapkan lewat proses kaderisasi. Proses kaderisasi untuk menjadi penggerak Muhammadiyah harus disiapkan lebih cermat untuk mengantisipasi berbagai masalah yang dihadapi Muhammadiyah di masa depan yang tidak hanya dalam bidang-bidang keagamaan saja.
Sebagaimana kita ketahui perserikatan bukan sekadar gerakan dakwah keagamaan, melainkan sangat bervariasi yang mencakup banyak sekali bidang kegiatan, seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian maupun kebudayaan.
Untuk mendapatkan SDM yang bervariasi tersebut sebetulnya tidaklah terlalu susah, karena anggota maupun simpatisan Muhammadiyah sudah ada pada semua lapisan maupun segmen masyarakat. Yang diperlukan adalah bagaimana menyiapkan berbagai SDM tersebut sedekat mungkin dengan lapis kepemimpinan yang paling inti.
Disinilah peran Pimpinan Persyarikatan menyiapkan kader kader Mudanya melalui Majelis Pendidikan Kader Muhammadiyah.
Selama ini dipahami bahwa proses kaderisasi tenaga-tenaga untuk memimpin organisasi hanyalah lewat pendidikan formal yang sudah dimulai sejak pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi.
Di samping itu Muhammadiyah juga menyiapkan kader kepemimpinan itu lewat lembaga pelatihan kepemimpinan.
Mereka juga bisa dipersiapkan lewat organisasi otonom Muhammadiyah, kemahasiswaan, maupun kepemudaan. Tidak ada salahnya pula mereka direkrut lewat Majelis, seperti Majelis Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan, Kebudayaan, Sosial dsb.
Dengan demikian pula komposisi kepengurusan Muhammadiyah bisa lebih terintegrasi antara mereka-mereka dari latar belakang pendidikan maupun kegiatan yang amat bervariasi.
Kepemimpinan di periode 1995-2000 era Prof Abu Su’ud ada kombinasi kepemimpinan yang sangat akomodatif terhadap tokoh tokoh lintas profesi dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Kota Semarang; dari Undip, Unnes, IAIN ( sekarang UIN), Unissula, dari petinggi Suara Merdeka.
Monumental di era kepemimpinan Prof Dr H Abu Su’ud disamping Gedung Dakwah Muhammadiyah Jawa Tengah adalah berdirinya Universitas Muhammadiyah Semarang.
Sementara itu, Musywil di Kudus yang memberikan amanat kepada Drs H Tafsir M.Ag sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah periode 2015-2020 membawa lompatan besar. Profil H Tafsir yang kesannya kalem, santun dan slow, telah memperkuat posisi Tanah Wakaf di Wonolpo menjadi destinasi Wisata dan pendayagunaan Gedung Ponpes Napza tersebut semakin produktif untuk Lab Kes Unimus dan ITESA Muhammadiyah Semarang saat ini.
Disamping itu kebijakan yang sangat produktif adalah membeli aset tanah yang bersebelahan dengan Gedung Dakwah Muhammadiyah Jawa Tengah di Jalan Singosari Raya Semarang , termasuk juga mendirikan Badan Usaha Muhammadiyah di bidang Konstruksi yaitu PT . Sinar Muhindo yang saat ini sangat berkembang dan mendapatkan kepercayaan tidak hanya di Amal Usaha Muhammadiyah bahkan dapat kepercayaan di Unit Usaha milik Katolik yaitu UNIKA.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/am-jumai-ketua-majelis-pemberdayaan-masyarakat-pw-muhammadiyah-jateng.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.