Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI Djoko Subinarto : Menyoal Peran Jurnalisme Hijau

MEDIA memiliki peran penting dalam membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga, memelihara dan merawat lingkungan kita, yang nyatanya semakin hari se

Tribun Jateng
Djoko Subinarto 

Tapi, selalu dibarengi dengan hitung-hitungan bisnis. Karenanya, tidak perlu heran jika, misalnya, kian banyak pengelola media yang cenderung lebih mementingkan soal target perolehan iklan ketimbang bagaimana caranya membuat masyarakatnya lebih pintar.

Pertimbangan bisnis

Meskipun pertimbangan bisnis menjadi hal pokok dalam menjalankan media dewasa ini, sesungguhnya tidak sepantasnya aspek-aspek idealisme ditinggalkan.

Bagaimanapun, media tetap memiliki kewajiban untuk senantiasa menjunjung idealisme yang muaranya adalah kebaikan bagi masyarakat luas.

Sejarah mencatat dengan gamblang bahwa media kita -- baik itu pers, radio maupun televisi -- lahir dari spirit media perjuangan yang sarat idealisme dan bukan dari spirit media kapitalistik yang sarat pragmatisme ekonomi.

Dalam konteks inilah aktivitas jurnalisme harus dipahami bukan hanya sebatas pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian informasi semata demi mendulang pundi-pundi profit.

Namun, bagaimana informasi yang dihasilkan dan kemudian disajikan pada akhirnya bisa meningkatkan kesadaran khalayak, mengubah dan membentuk opini publik bahkan mendorong pengambilan keputusan secara tepat demi tujuan kebaikan bersama.

Jurnalisme lingkungan

Munculnya berbagai masalah lingkungan dalam masyarakat dengan aneka dampak yang ditimbulkannya rupanya tidak luput dari perhatian para praktisi jurnalisme di media arus utama, yang akhirnya memunculkan istilah jurnalisme lingkungan atau jurnalisme hijau.

Di Barat, -- tempat jurnalisme modern lahir -- istilah jurnalisme lingkungan baru muncul di tahun 1960-an, seiring tumbuhnya sejumlah gerakan lingkungan (environmental movement) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ihwal adanya berbagai krisis lingkungan.

Menurut The Reporter's Environmental Handbook yang ditulis keroyokan oleh Michael Greenberg, Bernadette West dan Peter M Sandman (1995), sebagian besar jurnalis lingkungan menganggap masalah air, polusi udara dan pengelolaan sampah sebagai isu-isu yang paling penting untuk diangkat dewasa ini.

Dalam konteks Indonesia sendiri, meskipun sejauh ini isu lingkungan masih kalah seksi dibandingkan dengan -- ambil contoh -- isu terorisme, korupsi pejabat publik atau pun kasus-kasus skandal pribadi di lingkungan pesohor, secara perlahan media-media arus utama kita mulai mau memberikan porsi perhatian, walau masih belum terlalu besar, kepada persoalan lingkungan.

Contohnya, semakin banyak media di negara kita saat ini yang berkenan menambah bidang liputannya (beat) untuk isu-isu lingkungan. Sementara itu, di ranah daring (online), mulai bermunculan pula laman-laman (website) berita yang secara khusus fokus pada isu-isu lingkungan.

Hal demikian tentu saja menggembirakan. Sebagai institusi yang memiliki peran dan fungsi antara lain sebagai kontrol sosial dan agen perubahan, media sudah sewajarnya ikut menaruh perhatian yang lebih serius kepada masalah-masalah lingkungan. Lebih-lebih lagi dikaitkan dengan kenyataan di mana berbagai masalah lingkungan semakin kerap membelit negeri ini.

Pada titik inilah peran jurnalisme lingkungan diharapkan dapat memberikan kontribusi terbesarnya bagi masyarakat kita.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved