Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Apa Itu Sandwich Generation? 4 Dampak Psikologis Sandwich Generation

Apa itu sandwich generation? Berkut empat dampak psikologis dari sandwich generation.

Penulis: non | Editor: galih permadi
net
Apa Itu Sandwich Generation? 4 Dampak Psikologis Sandwich Generation 

Apa Itu Sandwich Generation? 4 Dampak Psikologis Sandwich Generation

TRIBUNJATENG.COM - Apa itu sandwich generation? Berkut empat dampak psikologis dari sandwich generation.

Apa Itu Sandwich Generation?

Sandwich generation adalah istilah yang sudah ada padanannya yaitu 'Generasi roti lapis'.

Generasi roti lapis adalah ek generasi pekerja muda yang memiliki dua tanggunan finansial dengan menghidupi keluarga.

Sandwich Generation dijumpai di negara berkembang contohnya Indonesia.

Sandwich Generation diberikan ke individu yang harus mencukupi kebutuhan ekonomi ke banyak pihak dalam waktu bersama.

Fenomena generasi sandwich dikenal pada akhir abad yang ke-20.

Karena perubahan hidup dan usia lebih tua melahirkan seorang anak.

Fenomena ini adalah pertanda kalau ibu sering memiliki anak kecil dan orangtua yang lemah bersamaan.

Generasi Sandwich Generation memiliki tanggung jawab untuk merawat orangtua dan anak-anaknya di waktu bersamaan.

Masalah keuangan sering terjadi pada generasi sandwich.

Jika terjadi komunikasi harus dijalani dengan lancar.

Di samping itu alangkah baiknya Generasi Sandwich melakukan wirausaha.

Hal ini dilakukan agar bisa mengatasi biaya hidup untuk anak, dan orangtua.

Dampak Generasi Sandwich

1. Tingkat stres yang lebih tinggi

Mereka yang berada pada generasi sandwich ini rentang mengalami depresi atau stres yang tinggi.

Hal itu terjadi karena mereka dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak dan juga orang tua mereka.

Pasalnya yang mereka pikirkan bukan hanya diri sendiri saja, tetapi juga orang disekitarnya, termasuk orang tua mereka.

2. Burnout atau kelelahan fisik dan juga mental pada diri sendiri

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari diri sendiri, orang tua, beserta anak-anaknya membutuhkan ekstra kerja keras.

Kerja yang ekstra menyebabkan fisik kita kelelahan karena dipaksa untuk terus bekerja tanpa melihat waktu.

Jam istirahat dan tidur berkurang karena harus mendapatkan penghasilan tambahan.

Fisik yang dipaksa terus kerja setiap hari akan merasa capek.

Mental juga akan lelah dan tidak memiliki waktu untuk bersosialisasi serta untuk bersantai karena waktunya habis untuk bekerja.

Hal ini juga menjadikan kita sulit untuk meluapkan emosi atau sekadar refreshing menghilangkan penat.

3. Perasaan bersalah atau merasa tidak puas

Meskipun kita sudah bekerja keras, akan tetapi perasaan bersalah dan tidak puas bisa dirasakan.

Perasaan ini muncul karena kebutuhan orang tua dan anak-anaknya tidak terpenuhi secara maksimal.

Sedangkan segala tanggungan merupakan tanggung jawabnya.

Apabila perasaan bersalah ini dibiarkan maka akan berbahaya dan mengganggu kesehatan mental.

Mereka yang merasakannya akan dengan mudah menyalahkan diri sendiri dan juga belum bisa menghargai apa yang sudah dikerjakan.

Perasaan bersalah ini juga menumbuhkan rasa pada seseorang yang mudah insecure dan sulit dalam hal mencintai diri sendiri.

4. Mudah merasa khawatir

Generasi sandwich juga akan merasa khawatir secara terus menerus.

Kekhawatiran akan masa depan diri sendiri, orang tua dan juga anak-anaknya.

Mereka biasanya khawatir akan hasil kerja yang sudah diberikan belum cukup untuk membiayai kesehatan orang tua, atau khawatir akan pendidikan yang diberikan kepada anak-anaknya belum maksimal karena keterbatasan biaya.

Generasi sandwich juga sering mengalami kekhawatiran sampai menyebabkan kecemasan yang berlebihan.

Kecemasan ini apabila diabaikan, maka akan memuncak dan mengakibatkan depresi.

Perasaan ini dapat dikurangi dengan membagi beban kepada orang lain. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved