Berita Bisnis
Tepatkah Subsidi Kendaraan Listrik Diterapkan? Begini Tanggapan Para Pakar
Sejumlah pakar transportasi menganggap subsidi kendaraan listrik tak jadi solusi mengurangi polusi.
Penulis: budi susanto | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejumlah pakar transportasi menganggap subsidi kendaraan listrik tak jadi solusi mengurangi polusi.
Pasalnya, tenaga listrik yang digunakan belum 100 persen bersumber dari penghasilan energi ramah lingkungan.
Selain itu, dorongan pemerintah terhadap penggunaan mobil listrik berpotensi memperparah kemacetan, lantaran semakin banyak kendaraan di perkotaan.
Dikatakan Ketua Komunitas Peduli Transportasi Semarang (KPTS), Theresia Tarigan, hal pertama yang harus dibenahi sebelum subsidi kendaraan listrik dilakukan adalah penataan wilayah perkotaan.
Menurutnya pembenahan tata wilayah perkotaan menjadi hal mendasar dibandingkan peralihan kendaraan Berbah bakar minyak ke listrik.
Ia memberi contoh tata ruang Kota Semarang yang memiliki potensi semakin mecet jika kendaraan listrik semakin masif.
"Banyak pekerja yang mencari nafkah di Kota Semarang, mereka berasal dari beberapa daerah tetangga. Hal itu membuat mobilitas masyarakat ke Kota Semarang semakin rapat," ucapnya, Rabu (15/3/2023).
Jika penataan kawasan perkotaan dibuat terkoneksi, akan mengurangi tingkat kepadatan jalan. Selain itu, polusi serta cost mobilitas masyarakat juga bisa ditekan.
"Para pekerja tak perlu menempuh perjalanan jauh untuk sampai ke tempat kerja jika kawasan industri di kelompokkan yang di dalamnya berisi rumah susun untuk masyarakat," terangnya.
Ia mengatakan, pengeluaran masyarakat di Jateng untuk biaya mobilitas sangat tinggi.
Bahkan dalam survei yang dilakukan beberapa pihak, pengeluaran tersebut mencapai 65 persen dari pendapatan masyarakat setiap bulanya.
Kondisi itu karena masyarakat tak terakomodir oleh transpotasi umum secara baik.
"Dua hal yang patut dibenahi, penataan wilayah dan tranportasi umum. Jadi subsidi kendaraan listrik saya rasa belum tepat guna," terangnya.
Keterangan Theresia mendasar pada pendataan yang dilakukan Pemprov Jateng.
Di mana 2,5 juta orang melakukan mobilitas dari beberapa wilayah sekitar Kota Semarang atau di area Kendal-Demak-Ungaran-Semarang-Purwodadi (Kedungsepur) setiap hari.
Intip Tren Wedding Terkini dan Biayanya! Intimate Wedding Mulai Rp200 Juta di Semarang |
![]() |
---|
Mal 23 Semarang Tawarkan Konsep Oase Hutan Tropis di Pesisir Utara, Targetkan Buka Mei 2026 |
![]() |
---|
Tingkat Hunian Hotel di Semarang Turun 10 Persen, Ini Kata Bapenda |
![]() |
---|
Ada Aturan Baru Pajak Aset Kripto, Begini Respon Trader |
![]() |
---|
DJP Jateng I Sita Aset Tanah dan Bangunan Karena Tersandung Kasus Pajak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.