Berita Kudus
Penjualan Mukena Bordir Ichika di Kudus Melonjak 50 Persen di Bulan Ramadan
Djasmine Bordir atau dikenal dengan brand Ichika meningkat penjualannya hingga 50 persen selama bulan Ramadan.
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Mukena menjadi satu di antara beragam produk yang diburu ketika Ramadan.
Sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berkonsentrasi di bidang usaha mukena kebanjiran orderan.
Satu di antaranya Djasmine Bordir, tempat usaha khusus bordir yang terletak di Jalan Sukun Raya Desa Peganjaran, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus.
Baca juga: Sosok Agus, Tukang Bordir Tasikmalaya Yang Ditemukan Meninggal di Kios Semarang
Semua karya bordir yang menjadi produk Djasmine Bordir dikenal dengan brand Ichika, termasuk bordir mukena.
Owner Djasmine Bordir, Eni Zunita (42) mengatakan, pihaknya sempat kehabisan stok mukena bordir karena laku keras di awal Ramadan ini.
Kata dia, penjualan meningkat hingga 50 persen atas meningkatnya permintaan.
Dari biasanya rata-rata hanya bisa menjual 100 pcs dalam sebulan, di satu pekan pertama Ramadan sudah tembus 150 pcs.
"Hari-hari biasa memang kami nyetok sekitar 100 pcs. Ini di awal Ramadan sudah ludes, bahkan kami produksi lagi dengan mengerahkan 11 tenaga bordir setiap hari," terangnya, Jumat (31/3/2023).
Eni Zunita menjelaskan, harga satuan mukena bordir karyanya dibandrol mulai dari Rp 275.000 - Rp 5.000.000.
Best sellernya adalah mukena dengan jenis bahan katun dan rayon dengan harga Rp 275.000 - Rp 600.000 per pcs.
Sementara harga Rp 5.000.000 adalah mukena dengan bahan kain sutra lengkap dengan bordir icik ditambah kerancang gunting.
Pihaknya memprediksi, penjualan akan terdongkrak kembali pada pertengahan Ramadan hingga mendekati 100 persen.

Karena itu, saat ini produksi mukena bordir terus dikebut agar bisa menghasilkan produk sebanyak mungkin dan berkualitas.
"Biasanya memang ramainya pada saat pertengahan Ramadan. Untuk pesanan mukena bordir kain sutra, harus pesan dulu jauh-jauh hari. Karena pembuatan bordir cukup memakan waktu berhari-hari, baik dengan menggunakan mesin maupun manual," ujarnya.
Eni sendiri menekuni dunia bordir sejak 2006.
Dia adalah generasi ketiga dari keluarga bordir, generasi pertama dilakukan oleh kakek dan neneknya sekitar tahun 1955.
Selain mukena bordir, Eni Zunita juga menghasilkan produk kebaya bordir, rompi bordir, jilbab, tudung, kardigan, dan beberapa produk lainnya.
Kebaya bordir dibadrol mulai dari Rp 300.000 hingga Rp 5.000.000 sesuai permintaan.
Rompi bordir dibandrol mulai dari Rp 195.000 hingga Rp 6 jutaan menyesuaikan permintaan.
Jilbab bordir dijual mulai dari Rp 45.000 - Rp 75.000. Sementara Tudung bordir dijual Rp 225.000 per pcs.
Omzet rata-rata semua produk Djasmine Bordir mencapai Rp 30 jutaan per bulannya.
Baca juga: Ruchayah, Sosok Sepuh Bordir Ichik Khas Kudus, Langganan Istri Soeharto
Tergantung momentum yang bisa mendongkrak permintaan.
"Untuk penjualan melalui online sosial media dan offline. Untuk yang harga di atas Rp 5 juta, selama ini permintaan dari pengusaha luar Jawa, tidak mesti ada setiap bulannya," tuturnya.
Saat ini, Eni yang juga sebagai Ketua Komunitas Bordir Kabupaten Kudus sedang berjuang membawa kerajinan bordir menjadi warisan budaya takbenda. Di antaranya mengangkat bordir motif parijoto, cengkeh dan kopi. (Sam)
Sebuah Pelana Kuda dan Mata Air Abadi: Memahami Tradisi Guyang Cekatak, Pengingat Jasa Sunan Muria |
![]() |
---|
"Sepi Pembeli" Keluh Pedagang Blok Barat Terminal Bakalan Krapyak Kudus |
![]() |
---|
Disdikpora Kudus Tegaskan Dana PIP Harus Disalurkan untuk Program Penunjang Pendidikan |
![]() |
---|
Pemkab Kudus Beri Pendampingan Psikologi dan Bantuan Sosial kepada Anak Korban Penusukan |
![]() |
---|
Pilu, 3 Warga Kudus Ditemukan Terpasung di Kamar Rumah, Alami Gangguan Kejiwaan Akut |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.