Berita Pati
Museum Batik Tulis Bakaran Sudewi Berpotensi Berkembang Lewat Program Desa Brilian
Museum Batik Bakaran Sudewi memiliki peranan penting untuk mempertegas posisi batik tulis sebagai produk unggulan di Kabupaten Pati.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Ratusan kain batik tulis dengan berbagai motif terpajang rapi di Museum Batik Bakaran Sudewi, Desa Bakaran Wetan, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
Museum yang baru diresmikan pada Oktober 2022 lalu ini memiliki peranan penting untuk mempertegas posisi batik tulis sebagai produk unggulan Desa Bakaran Wetan dan Bakaran Kulon.
Museum yang difungsikan sebagai sentra edukasi dan penjualan batik tulis bakaran ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Bakaran Wetan.
Baca juga: Video Sosok Cantik Jessica Bacaleg Termuda DPRD Solo Ingin Pasarkan Batik Go Internasional
Direktur Bumdes Makmur Lestari Desa Bakaran Wetan, Sutrisno, menjelaskan bahwa museum ini menampilkan hasil karya 13 perajin batik, tujuh dari Desa Bakaran Wetan dan enam dari Desa Bakaran Kulon.
Batik yang dipamerkan di museum ini bisa dibeli dengan kisaran harga mulai Rp100 ribu sampai Rp 900 ribu.
Sebagai sentra edukasi batik bakaran, museum ini juga menampilkan koleksi menarik.
Di antaranya peralatan dan perlengkapan membatik mulai dari canting, malam, hingga gawangan dan gendongan.
Ada pula teks tentang sejarah batik bakaran berukuran besar di tembok sebelah selatan.
Kemudian juga ada infografis berikut ilustrasi sembilan tahapan dalam membatik tulis.
Kemudian, yang tak kalah menarik, ada sejumlah kain batik yang dipajang disertai penjelasan mengenai nama motif berikut filosofinya.
"Salah satunya motif mina tani yang mengandung filosofi kemakmuran masyarakat Kabupaten Pati. Kain motif ini juga yang paling laku. Motif ini muncul waktu zaman Bupati Pati Haryanto. Beliau berkunjung ke pengrajin dan minta dibuatkan motif untuk dipatenkan sebagai motif khas Pati," jelas Sutrisno, Rabu (14/6/2023).
Batik mina tani yang memiliki pola "remekan" atau retakan yang jadi ciri khas ini juga ditetapkan sebagai salah satu seragam Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pati.
Sutrisno menambahkan, museum yang buka setiap hari pukul 09.00 sampai 20.00 WIB ini sebagai sentra edukasi kerap mendapat kunjungan dari pelajar.
"Banyak anak TK dan SD berkunjung ke sini. Di sini kami mengenalkan proses membatik dan hasil produk batik pada mereka. Rencana ke depan juga ada pelatihan membatik," tutur dia.

Bakaran Wetan Diajukan sebagai Desa Brilian
Kontroversi Penyitaan Air Mineral Donasi Demo PBB Naik 250 Persen, Plt. Sekda Pati: 'Demi Kirab!' |
![]() |
---|
Harta Kekayaan Riyoso Plt Sekda Pati Cekcok Dengan Massa Penolak Kenaikan Pajak, Tembus Rp 4,5 M |
![]() |
---|
Ricuh! Massa Aksi Tolak Kenaikan Pajak PBB-P2 Saling Bentak dan Saling Tantang dengan Plt Sekda Pati |
![]() |
---|
Identitas Wanita Pengedar Sabu di Pati, Ternyata Penyanyi Organ Tunggal |
![]() |
---|
Bendera One Piece Berkibar di Depan Kantor Bupati Pati, Ada Apakah? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.