Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Mengenang Swalayan Moro Purwokerto, Ada yang Ketemu Jodoh Hingga Ditipu, Pulang Nangis di Angkot

Rencana tutupnya swalayan legend Moro Purwokerto ternyata membuat warga yang mempunyai kenangan khusus merasa sedih

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Permata Putra Sejati
Suasana sepi swalayan Moro Purwokerto yang terancam tutup dan ratusan karyawan terancam PHK, Sabtu (19/8/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Rencana tutupnya swalayan legend Moro Purwokerto ternyata membuat warga yang mempunyai kenangan khusus merasa sedih. 

Tempat belanja orang Banyumas dan sekitarnya ini memang begitu tersohor di masanya. 

Moro menjadi pusat belanja terbesar yang menjadi rujukan warga dari berbagai kabupaten sekitar seperti Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap. 

Bahkan ada yang berpendapat bila belum dikatakan pergi ke Purwokerto kalau belum mampir Moro.

Baca juga: Senjakala Swalayan Legend Moro Purwokerto, Ratusan Karyawan Terancam PHK

Baca juga: Diisukan Maju Pilgub Jateng, Bambang Pacul Bicara Soal Kesatria Jawa

Berdiri sejak tahun 1997an Moro nyatanya menjadi magnet yang luarbiasa bagi orang berbelanja. 

Ada banyak cerita dan kenangan yang tertoreh bagi para warga atau pengunjung kala itu. 

Salah satunya yang diungkapkan oleh Kezzie yang mendapatkan jodoh di Moro. 

"Pertama kali ketemu jodoh di Moro Caffe, alhamdulillah sekarang sudah jadi suami," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (25/8/2023).

Cerita lain diungkapkan oleh Mery, bahwa dia mengaku pernah ditipu orang di Moro. 

"Jadi dulu mau kenalan sama cowok pakai foto A eh taunya janjian ketemuan di Moro ternyata orangnya B, beda gitu lah orangnya, aku balik nangis di angkot," ujarnya.

Kemudian Rika Rahma juga merasa sangat kehilangan dengan Moro yang akan tutup.

"Belanja lebaran dan baju sudah pasti ke Moro, dan antrenya itu bisa panjang banget hampir satu jam saking ramenya," jelasnya. 

Banyak para pengunjung yang terkesan dengan belanja di Moro yang murah, main di Timezone, hingga belanja pakaiannya yang saat itu sangat beragam.

Rata-rata generasi 80-90an pasti punya kenangan khusus di Moro. 

Bahkan mereka sejak kecil hingga dewasa sudah biasa mampir di Moro untuk bermain dan belanja. 

Sementara itu ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bamas Satria Perkasa (Moro) Purwokerto, Bambang mengatakan bahwa dirinya masih bekerja di Moro sampai dengan hari ini. 

Akan tetapi dia tidak memungkiri bila bekerja di Moro masih kurang untuk memenuhi kehidupannya. 

"Saya bekerja sambilan jualan bubur bayi untuk nafkah tambahan keluarga," katanya. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved