Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UMKM Kudus

Bangkit Usai Pandemi, Usaha Jenang Ali Dipasarkan Hingga Kalimantan dan Sulawesi

Butuh waktu kurang lebih 8 tahun bagi Ali untuk mengembangkan usaha jenangnya agar bisa menyasar pasar luas. 

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
Ali Esmanto (32), warga Desa Temulus, RT 2 RW 6 Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus menunjukkan jenang produksinya yang tembus ke pasar Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi, Jumat (20/10/2023). 

Ali menilai, usaha jenang pada tahun 2016 masih memiliki potensi yang besar untuk digarap serius sebagai pengembangan usaha. 

Jenang pertama yang diproduksi di era 2016-2017 dinamakan Armina. Kemudian dikembangkan dengan memproduksi jenang Mutiara pada 2018 dan jenang Amalia pada 2019.

Masing-masing nama mempunyai ciri khas khusus seperti contoh jenang Mutiara ditonjolkan rasa durian, Armina rasa anggur, dan Amalia spesial jahe. Sementara variasi wijen, rasa susu, dan kelapa ada pada setiap varian jenang

Ali saat ini memiliki 23 karyawan dan bisa memproduksi jenang hingga 240 kilogram per hari.

Capaian tertingginya berhasil memproduksi jenang hingga 480 kilogram per hari sebelum Pandemi covid-19 melanda. 

Kini usahanya berangsur go up kembali pasca melewati momentum sulit sepanjang pandemi berlangsung.

"Dampak pandemi sangat dirasakan bagi pelaku usaha. Seperti usaha jenang saya, harus mulai menata kembali konsumen sebagai target pasar. Karena tidak bisa dipungkiri banyak toko gulung tikar dampak pandemi melanda yang mengakibatkan pasar lesu," ujar dia. 

Saat ini, Ali bisa mengantongi omzet hingga Rp 50-100 juta per bulan. Pendapatan tertinggi biasanya terjadi ketika musim lebaran, musim nikahan, hingga musim mudik dengan prosentase permintaan naik dua kali lipat. 

Mayoritas jenang produksinya dikirim ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Kalimantan, hingga Sulawesi. 

Saat ini, Ali tengah menyiapkan inovasi baru dari produk jenangnya agar bisa diterima di kalangan generasi milenial dan generasi Z. 

"Kita sebagai pengusaha tidak boleh berhenti untuk berinovasi. Evaluasi usaha penting, dengan itu menjadi pendorong kita untuk terus berinovasi. Supaya usaha kita tetap diterima di kalangan masyarakat dengan baik," tuturnya. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved