Berita Jateng
Pameran Bumi Ojo Dieksploitasi Gambaran Industri Ekstraktif Gerogoti Jawa Tengah sang Perut Jawa
Sejumlah aktivis dan seniman melakukan protes terhadap industri ekstraktif yang menggeroti Jawa Tengah melalui pameran kolektif.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Sejumlah aktivis dan seniman melakukan protes terhadap industri ekstraktif yang menggeroti Jawa Tengah melalui pameran kolektif.
Pameran tersebut dilakukan selama berlangsungnya acara forum Thematic Social Forum Mining and The Ectractive Economy atau Forum Sosial Tematik Global tentang Pertambangan dan Ekonomi Ekstraktif (TSF-Mining) di Kota Semarang pekan lalu, 17-20 Oktober 2023.
Dalam forum tersebut mempertemukan 340 peserta dari Afrika, Asia, Oseania, Amerika Latin (LATAM), Timur Tengah dan Afrika Utara, Amerika Utara, dan Eropa.
Peserta mencakup beragam komunitas pribumi dan Lokal, serikat pekerja, kelompok berbasis agama, dan masyarakat sipil yang menentang pertambangan dan ekstraktivisme.
"Kami tampilkan beragam karya senima di Jawa Tengah khususnya dari Semarang, Pati dan Salatiga untuk memprotes industri ekstraktif yang kian masif," ujar Koordinator Festival Seni dalam forum Thematic Social Forum Mining and The Ectractive Economy, Azis Rahmad Ahmadi dalam keterangannya, Senin (23/10/2023).
Menurut Azis, pameran mengangkat tema Bumi Ojo Dieksploitasi yang menampilkan enam seni instalasi, 20 lukisan, dan ratusan foto dengan tema tenggelam.
Untuk seni instalasi menampilkan penampakan pegunungan Kendeng yang digaruk-garuk alat berat, lalu ada instalasi PLTU, perjuangan rakyat dan petani membajak sawah batu.
"Kerusakan alam itu dilakukan oleh manusia dan dampaknya nyata bagi manusia dan kehidupan bagi mahluk bumi untuk itu bumi jangan dieksploitasi sebab manusia yang akan menanggung akibatnya sendiri," pesannya.
Perwakilan warga dari Pegunungan Kendeng, Kabupaten Pati, Gunarti mengatakan, semakin memantapkan diri dalam menjaga Kendeng sebab sesuai petuah leluhurnya bahwa Kendeng itu bagian dari miniatur Jawa selepas mengikuti forum tersebut.
Sebab, sesuai pesan kakeknya bahwa pulau Jawa itu ibarat tubuh yang mana Jawa Timur itu kaki Jawa Barat itu kepala dan Jawa Tengah adalah perutnya.
"Namanya perut itu tempat lumbung pangan. Perut ketika masih ada air dan makan, tubuh kuat dan sehat. Artinya, ketika wilayah Jawa Tengah tidak lagi menjadi lumbung pangan maka tinggal menghitung waktu ambruknya negara kita, terlebih kekuatan negara kita bukan di peluru atau senjata tetapi di pangan dan air," katanya.
Sementara Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Melky Nahar mengatakan, forum tersebut sudah dua kali diselenggarakan, sebelumnya dilakukan di Afrika.
Semarang dipilih menjadi tempat forum digelar antara lain karena lebih siap dari Filipina dan Thailand. Selain itu, korelasi isunya lebih urgent sehingga sangat relevan di lakukan di Kota lumpia.
"Di sekitar sini banyak wilayah krisis, ada tambang, PLTU, geotermal, pabrik semen, lengkap sekali. Kemudian alasan penting lainnya, Indonesia jadi rebutan oleh perusahaan-perusahaan energi ekstraktif sehingga kami butuh dukungan publik international," paparnya. (Iwn)
Baca juga: Mengusung Tema Peternakan Lebah, PNM Fasilitasi Studi Banding Nasabah di Purwokerto
Baca juga: Setelah Kotak Suara, Kini Giliran Bilik Suara Pemilu 2024 Tiba di Blora, Logistik Dimuat 3 Kontainer
Baca juga: Polres Kudus Siap Hadapi Pemilu 2024: Pemeriksaan Peralatan Dalmas dan Raimas Dilaksanakan
Baca juga: Antisipasi Peretasan dan Serangan Siber, Bupati Tegal Umi Azizah Launching Tim CSIRT, Sampaikan Ini
Muladi Dome Undip Jadi Lokasi Oembukaan Pomnas XIX 2025 Jateng, Catat Tanggalnya |
![]() |
---|
Cegah Perundungan, Program Pesantren Ramah Anak Terus Digalakkan |
![]() |
---|
Melalui Buku Jawa Tengah Berani Mendunia, Strategi Ekspor Baru Diluncurkan di Hari Jadi ke-80 Jateng |
![]() |
---|
Petani Apresiasi Pemprov Jateng Pulihkan Lahan Pertanian Seluas 512 Hektar di Demak |
![]() |
---|
Kebahagiaan Rifan, Petani Demak: Lahan yang Dulu Terendam Kini Berpotensi 3 Kali Panen Setahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.