Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Sri Mulyani Sebut Dampak Perang Israel-Hamas Mulai Terasa, Harga Minyak Mentah Dunia Naik

Dampak perang Israel-Hamas mulai berdampak pada perekonomian dunia, yakni kenaikan harga minyak mentah.  Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani

Editor: m nur huda
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan, dampak perang Israel-Hamas mulai dirasakan dunia, dengan kenaikan harga minyak mentah.  

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Dampak perang Israel-Hamas mulai berdampak pada perekonomian dunia, yakni kenaikan harga minyak mentah dunia. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakn, saat Rusia menyerang Ukraina pada 2022, harga minyak sempat meroket menembus level 128 dollar AS per barel.

Sebelum perang Rusia-Ukraina, harga minyak di level 60-70 dollar AS per barel. 

Gambar yang diambil dari kota Sderot di Israel selatan pada tanggal 23 Oktober 2023, menunjukkan asap dan puing-puing membubung di Jalur Gaza utara setelah serangan Israel, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. 
Gambar yang diambil dari kota Sderot di Israel selatan pada tanggal 23 Oktober 2023, menunjukkan asap dan puing-puing membubung di Jalur Gaza utara setelah serangan Israel, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas.  (Jack Guez / AFP)

Harga minyak pun kembali turun setelah perang tersebut berjalan beberapa lama. Tapi sekarang harga minyak kembali naik jadi 90 dollar AS per barel. 

“Dengan adanya perang di Palestina itu zona middle east adalah zona produksi minyak minyak dan gas terbesar dunia, gejolaknya sudah mulai terefleksi. Sesudah harga minyak turun, sempat USD80-an lagi, sekarang melonjak dan menembus USD90. Ini level bukan hanya suplai demand, tapi psikologi karena perang,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta, Rabu (25/10/2023). 

Baca juga: Indonesia Mengutuk Keras Tindakan Israel di Gaza, Desak Dewan Keamanan PBB Hentikan Perang

Baca juga: PM Israel Umumkan Segera Mulai Serangan Darat Ke Gaza, Ribuan Orang Terbunuh hanya Permulaan

Baca juga: Gara-gara Diimbau Hentikan Perang, Israel Tolak Beri Visa Pejabat PBB

Baca juga: Sekjen PBB Serukan Hentikan Serangan untuk Akhiri Penderitaan di Jalur Gaza

Naiknya harga minyak dunia tentu akan berpengaruh pada Indonesia. Lantaran Indonesia masih mengimpor minyak mentah

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sempat mengutarakan kekhawatiran meluasnya perang Israel-Hamas, yang akan mendongkrak harga minyak. 

“Perang yang satu, Rusia-Ukraina belum jelas kapan selesai. Muncul lagi Hamas-Israel. Peristiwa itu membuat khawatir semua negara. Karena kalau perang meluas ke Lebanon, ke Suriah, ke Iran, itu akan semakin merumitkan masalah ekonomi semua negara karena harga minyak akan naik,” kata Jokowi di sebuah acara di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) (facebook/Presiden Jokowi)

“Saya cek kemarin (harga minyak) Brent masih USD 89 per barrel. Kalau perang meluas bisa mencapai USD 150 per barrel. Inilah yang harus diwaspadai,” ujarnya.

Jokowi mengatakan Indonesia dihadapkan oleh tantangan yang semakin bertambah. Karena kondisi dunia saat ini makin tidak jelas.

“Dunia sekarang ini makin tidak jelas. Tantangan yang kita hadapi juga bukan makin berkurang malah semakin bertambah. Perubahan iklim yang dulu kita anggap sesuatu yang absurd sekarang sudah menjadi kenyataan. Kekeringan akibat super El Nino betul-betul kita rasakan, produksi beras turun hampir di semua negara,” tuturnya. 

Jokowi menyebut 22 negara mengurangi bahkan menyetop ekspor beras mereka akibat El Nino. 

 Menurutnya, hal itu tidak pernah diperhitungkan oleh pemerintah Indonesia dan negara lainnya. Tapi akhirnya kini terjadi. Belum lagi pelemahan ekonomi global yang diramalkan akan membaik pasca Covid 2020.

Namun sampai saat ini, ekonomi global masih melemah karena berbagai sebab. Ditambah lagi kenaikan bunga acuan Amerika Serikat yang membuat investor di pasar keuangan melarikan uang mereka dari negara berkembang, untuk ditempatkan di AS.(*Kompastv)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved