Berita Kesehatan
Tak Banyak yang Tahu, Berikut 6 Efek Samping Kubis Bagi Tubuh
Sifat antioksidan pada kubis juga mengurangi inflamasi atau peradangan yang terjadi dalam tubuh
TRIBUNJATENG.COM - Kubis atau kol adalah sayuran yang sangat dekat dengan keseharian kita.
Kubis banyak diolah menjadi berbagai menu sayuran seperti capcay atau sekedar untuk lalapan.
Bahkan ada yang mengonsumsi kubis dengan cara dibuat jus.
Kubis adalah salah satu sayuran silangan dari keluarga Brassicaceae yang menyediakan banyak vitamin dan mineral bermanfaat.
Baca juga: Ngatimin Merangkak Sejauh 1 KM Setelah Jalan Desanya Diaspal, Puluhan Warga Mengiringi
Baca juga: Lagi, Hiu Tutul Terdampar di Pantai Selatan Kulon Progo, Sudah 3 Kali Dalam Sebulan Terakhir
Sayuran ini kaya zat-zat dengan sifat antioksidan yang membantu menetralisasi radikal bebas dalam tubuh.
Dilansir dari laman Eat This, radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif yang berujung pada penyakit kronis, termasuk kanker dan penyakit jantung.
Oleh karena itu, rutin mengonsumsi kubis secara tidak langsung berpotensi mencegah dua penyakit tersebut.
Sifat antioksidan pada kubis juga mengurangi inflamasi atau peradangan yang terjadi dalam tubuh.
Lantas, bagaimana efek samping kubis?
Efek samping kubis
Masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi kubis sebagai lalap untuk menemani santap nasi dan sambal.
Namun, lantaran rasa yang cenderung hambar, tak jarang orang mengolah kubis dengan cara dijus atau digoreng agar lebih enak dimakan.
Baik mentah maupun goreng, kubis ternyata memiliki beberapa efek samping yang mengintai kesehatan.
Sejumlah potensi efek samping kubis tersebut, termasuk:
1. Berpengaruh pada tiroid
Makan kubis dalam jumlah banyak dapat memengaruhi tiroid, kelenjar hormon di bagian depan bawah leher yang turut berperan dalam proses metabolisme dan kerja beberapa organ.
Dilansir dari Healthline, zat yang disebut goitrogen pada kubis dapat menghambat transportasi yodium ke tiroid.
Padahal, kelenjar tiroid membutuhkan yodium agar dapat menjalankan fungsinya dengan normal.
Beberapa penelitian juga mencatat korelasi antara asupan sayuran dan risiko kanker tiroid, meski hasilnya sedikit kurang meyakinkan.
Namun, sebagian besar penelitian mengenai sayuran silangan, termasuk kubis menunjukkan, manfaat kelompok sayuran ini mungkin lebih besar daripada potensi risikonya.
2. Interaksi dengan obat
Beberapa nutrisi yang terkandung dalam kubis telah terbukti dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu.
Kubis kaya akan vitamin K, yang mengubah protrombin menjadi trombin, salah satu protein yang berperan penting dalam proses pembekuan darah
Di sisi lain, manfaat vitamin K dapat memengaruhi kemampuan obat pengencer darah seperti warfarin yang berguna untuk mencegah pembekuan darah.
Oleh karena itu, jika sedang mengonsumsi obat pengencer darah, sebaiknya hindari menambahkan kubis ke dalam makanan atau konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
3. Kurang serat
Kubis adalah salah satu sayuran yang mengandung banyak serat untuk menyehatkan saluran pencernaan.
Serat meningkatkan rasa kenyang, menjaga kesehatan usus, membantu menstabilkan gula darah, serta menurunkan kadar kolesterol
Lantaran kandungan serat yang tinggi, sayuran seperti kubis diakui mampu mengubah bakteri usus secara positif.
Kendati demikian, mengolah sayuran ini menjadi jus dapat menghilangkan sebagian besar kandungan seratnya.
Hilangnya serat juga menandakan berkurangnya nutrisi dan manfaat yang akan diperoleh tubuh.
4. Masalah pencernaan
Mengonsumsi kubis atau kol juga berpotensi memicu ketidaknyamanan perut pada beberapa orang.
Efek samping ini disebabkan kubis termasuk sayuran yang menghasilkan gas.
Penumpukan gas pada perut dapat menyebabkan kembung dan rasa tidak nyaman di perut.
Kubis juga kaya akan fruktan, sejenis karbohidrat yang sulit dicerna oleh penderita sindrom iritasi usus besar (IBS).
Bahkan, meski dimakan dalam jumlah sedikit, kubis dapat memicu gejala seperti kembung, sakit perut, dan diare pada penderita IBS.
5. Risiko kanker
Dikutip dari Kompas.com, Selasa (9/2/2021), kubis kaya akan sifat antioksidan yang membantu menurunkan risiko penyakit kanker.
Namun, menggoreng kubis, apalagi dengan suhu panas dan minyak tak diganti dapat merusak nutrisi dan memicu kanker karena mengalami proses oksidasi.
Selain itu, mengoreng kol terlalu lama juga akan merangsang munculnya senyawa amina heterosiklik.
6. Risiko obesitas dan penyakit jantung
Tak hanya itu, kol sebenarnya bermanfaat untuk kesehatan jantung karena tidak mengandung kolesterol dan lemak berbahaya.
Sayangnya, saat digoreng dengan suhu tinggi, sayuran ini akan menyerap minyak, sehingga lemak jenuh dan kolesterolnya meningkat.
Dua kandungan itu dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti obesitas dan penyakit jantung. (Kompas.com)
Dokter Spesialis Syaraf di Banyumas Ini Ungkap Manfaat Terapi Sel Punca bagi Pasien Stroke |
![]() |
---|
10 Kelainan Sex Parafilia yang Bisa Diidap Pria dan Wanita: Puas Dilakban |
![]() |
---|
5 Manfaat Padel, Olahraga Seru yang Sedang Hits: Harus Punya Skill Tenis? |
![]() |
---|
7 Buah Cepat Naikkan Gula Darah, Terlihat Sehat tapi Penderita Diabetes Wajib Waspada |
![]() |
---|
Apa Itu Febris, GEA dan Abdominal Pain? Penyakit Dara Arafah Bocor: Kok Bisa Ya Dibilang Cuma? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.