Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Daftar Dampak Buruk Susu Kental Manis Pada Balita, Kader Pencegahan Akhirnya Dibentuk

Maraknya pemberian pangan tinggi gula seperti kental manis pada balita di Provinsi Jawa Tengah menjadi persoalan yang serius.

Editor: rival al manaf
istimewa
Dari kiri ke kanan Ahli gizi Unimus Ir. Purwanti Susantini. MKes, Kabid Kesmas Provinsi Jateng Yuni Rahayuningtyas, SKM.MKes, Arif Hidayat SE MM - Ketua Harian YAICI, DR.dr.Ekorini Listiowati MMR Koord Div Pemberdayaan Masyarakat Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, dan Yuli supriati Kepala Bid Advokasi. 

TRIBUNJATENG.COM SEMARANG - Maraknya pemberian pangan tinggi gula seperti kental manis pada balita di Provinsi Jawa Tengah menjadi persoalan yang serius.

Kebiasaan konsumsi yang salah ini jelas mengancam kualitas SDM dimasa depan.

Kandungan gula yang tinggi dapat membuat anak malas makan hingga jatuh sakit dan kurang gizi.

Bahkan konsumsi kental manis dapat memicu penyakit seperti obesitas, karies gigi, diabetes hingga penyakit jantung.

Baca juga: Bupati Tegal Umi Azizah: Gotong Royong Kunci Turunkan Stunting 

Baca juga: Kisah Pilu Gadis Manggarai Dipaksa Hubungan Inses Dengan Ayah Kandung Sejak SD, Baru Terungkap SMP

Baca juga: Tiga Tim PPK ORMAWA Lolos Abdidaya Nasional 2023

Menghadapi persoalan tersebut PP Aisyiyah bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Universitas Muhammadiyah Semarang menggelar kegiatan orientasi kader dan sosialisasi tentang pemenuhan gizi dan peruntukan kental manis.

Kegiatan orientasi dan sosialisasi kader yang diselenggarakan Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah di Gedung Kuliah Bersama (GBK) 1 Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) pada 15 November 2023 membahas bahwa kental manis bukan susu harus diwaspadai ditengah maraknya kasus stunting di Jawa Tengah.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Provinsi Jateng, Yuni Rahayuningtyas menyampaikan dalam materi sambutannya bahwa persoalan kesehatan yang terjadi saat ini banyak terjadi karena pola asuh yang salah dari orang tua, hal ini karena kurangnya pengetahuan gizi.

Salah satu contoh adalah pemberian kental manis pada balita sebagai minuman susu.

“Persoalan kesehatan lebih banyak timbul karena pola asuh yang salah dan pengetahuan orang tua yang kurang."

"Salah satunya adalah pemberian kental manis pada balita sebagai minuman susu,” katanya dalam keterangan tertulis.

Ia juga menjelaskan bahwa kandungan gizi kental manis itu tidak sama dengan susu dan jika ingin dikonsumsi, maka kental manis bukan untuk balita, bahkan untuk orang dewasa juga harus dibatasi jumlah konsumsinya.

“Kental manis itu kandungan gulanya sangat tinggi dan tidak sama dengan susu."

"Maka tidak boleh dikonsumsi oleh balita. Hanya boleh dikonsumsi sebagai topping untuk orang dewasa, Namun demikian jumlah konsumsinya pun harus dibatasi karena kandungan gulanya sangat tinggi,” tegasnya.

Ahli gizi dari Unimus, Purwanti Susanti menjelaskan meski kental manis ada kandungan susu tetap tidak dapat memenuhi kecukupan gizi (AKG).

Hal ini karena dalam proses pembuatannya, kandungan susu pada kental manis dikeringkan hingga kandungan susunya hilang.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved