Pemilu 2024
Eks Senior PDI-P Tuding Megawati Lakukan Kesalahan Besar Sebut Jokowi sebagai Petugas Partai
Roy menjelaskan, hubungan PDI-P dengan Jokowi merupakan mutual benefit atau saling menguntungkan satu dengan yang lain.
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Langkah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) petugas partai sejak awal menjabat Wali Kota Solo merupakan kesalahan besar. Seharusnya, PDI-P menempatkan Jokowi sebagai partner.
Hal itu disampaikan eks senior PDI-P yang juga loyalis Jokowi Roy Maningkas, Jumat (24/11/2023).
"Kehadiran Jokowi di PDI-P itu, seperti air di tengah padang pasir. Kondisi PDI-P saat itu tengah terpuruk. Artinya, banyak pemilih baru ataupun pemilih PDI-P yang sudah mulai ragu. Namun, Jokowi di PDI-P menambah jumlah pemilih baru dan meyakinkan pemilih lama untuk tetap mendukung partai berlambang banteng tersebut," ucap Roy yang kini menjadi Wakil Ketua Komandan Relawan TKN Prabowo-Gibran, .
Roy menjelaskan, hubungan PDI-P dengan Jokowi merupakan mutual benefit atau saling menguntungkan satu dengan yang lain.
"Artinya, Pak Jokowi bukan datang dengan tangan kosong," jelasnya.
Baca juga: Mahasiswa UI Tantang Ganjar Pranowo: Petugas Rakyat atau Petugas Partai?
Baca juga: Duduk Sebelahan, Puan Pastikan Tak Ada Huru-hara dengan Jokowi
Baca juga: Potret Anak Presiden Jokowi Kaesang Sungkem ke Megawati, Ekspresi Ketum PDIP Jadi Sorotan
Namun, lanjut Roy, partai yang dinahkodai Megawati Soekarnoputri itu lalai memosisikan Jokowi layaknya sebagai partner.
Sebagai contoh, PDI-P tidak menempatkan Jokowi dalam struktural partai dan hanya anggota biasa partai. Dari awal, Jokowi bukanlah kader ideologis, melainkan strategic partner.
"Ini beda dengan kami-kami yang sejak tahun 1980, pada saat orde baru, sudah jadi kader ideologis partai PDI dan sejak mahasiswa sudah mengerti gerakan mahasiswa dengan pemahaman Marhaenis, mungkin kalau kami-kami bolehlah dibilang petugas partai," tuturnya.
Menurutnya, sejak menjabat sebagai Wali Kota Solo hingga jadi presiden, Jokowi diperlakuan oleh sebagian besar oknum di pimpinan PDI-P, dengan sebutan petugas partai dan beragam kalimat yang mengerdikan peran dan kontribusi Jokowi.
Dari data perolehan suara, ungkap Roy, sejak kehadiran Jokowi, suara PDI-P melesat cepat.
Pada tahun 2009 perolehan suara partai berlogo banteng bermoncong putih itu mencapai 14,88 juta suara.
Di tahun 2014, melesat menjadi 23,67 juta suara. Dan, di tahun 2019 menjadi 27,05 juta suara.
"Tak dapat dipungkiri, melesatnya suara PDI-P itu dikarenakan Jokowi effect," tuturnya.
"Apakah PDI-P masih akan bertahan seperti sekarang ini, kalau tidak ada faktor Jokowi? Jujur saja, jika dari awal Jokowi tidak memberi manfaat bagi PDI-P pasti beliau sudah ditendang keluar dari partai," ungkapnya.
Dia menegaskan, banyak oknum PDI-P menuding bahwa Jokowi tidak memiliki kontribusi untuk internal mereka. Faktanya, rakyat memilih PDI-P lantaran kontribusi dari Jokowi.
| Membaca Ulang Partisipasi Pemilih pada Pemilu Tahun 2024: Antara Antusiasme Elektoral dan Kejenuhan |
|
|---|
| Inilah Sosok Rizqi Iskandar Muda Anggota DPRD Jawa Tengah Termuda Asal Batang, Dilantik Bareng Ayah |
|
|---|
| Kisah Happy Franz Haloho, Dilantik Jadi Anggota DPRD 2024-2029 Meski Hanya Modal 94 Suara |
|
|---|
| 2 Caleg PDIP Ancam Kepung Gedung DPRD Karanganyar, Jika Tak Dilantik Sebagai Wakil Rakyat |
|
|---|
| Komeng Raih 5.399.699 Suara, Ternyata Tak Otomatis Jadi Ketua DPD, Justru Malah Nama Ini |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.