Gunung Marapi Erupsi
"Alat Kita Tidak Merekam" Penyebab Masih Banyak Pendaki saat Gunung Marapi Erupsi, 23 Orang Tewas
Penyebab masih banyaknya pendaki saat Gunung Marapi di Sumatera Barat Erupsi akhirnya terungkap.
TRIBUNJATENG.COM - Penyebab masih banyaknya pendaki saat Gunung Marapi di Sumatera Barat Erupsi akhirnya terungkap.
Diketahui, hingga kini banyak pendaki yang menjadi korban erupsi Gunung Marapi.
Beberapa di antaranya bahkan sudah dinyatakan tewas.
Melihat fakta tersebut muncul pertanyaan besar, kenapa masih banyak pendaki saat Gunung Marapi Erupsi?
Baca juga: 9 Jenazah Ditemukan, Korban Jiwa Erupsi Gunung Marapi Jadi 22 Orang
Baca juga: 23 Pendaki Tewas Akibat Erupsi Gunung Marapi, 52 Lainnya Selamat

Beberapa gunung berapi di Indonesia ternyata juga dibuka untuk wisata pendakian.
Beberapa di antaranya adalah Gunung Slamet di Jawa Tengah dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Namun, aktivitas pendakian di gunung berapi akan ditutup apabila ada peningkatan aktivitas vulkanik, demi keamanan pendaki.
Beberapa gunung berapi tujuan favorit pendakian yang kini ditutup adalah Gunung Merapi dan Semeru.
Kedua gunung itu dulu merupakan tujuan favorit pendaki, terutama Semeru yang merupakan titik tertinggi Pulau Jawa.
Kata Kapolda
Aparat kepolisian terus memastikan jumlah korban erupsi Gunung Marapi.
Pos Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumbar menjadi andalan untuk mendeteksi identitas para korban.
Hingga kini, tercatat sebanyak 23 pendaki tewas akibat erupsi Gunung Marapi di Kabupaten Agam, Sumatra Barat tersebut.
Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono, mengatakan bahwa total korban terdampak akibat erupsi Gunung Marapi ini terdata sebanyak 75 orang.
"Jumlahnya ada 75 orang, sebanyak 52 orang berhasil selamat," kata Irjen Pol Suharyono, saat berada di RSUD dr Achmad Mochtar Bukittinggi.
Ia mengatakan, sebanyak 23 orang diduga meninggal dunia.
"Dari sebanyak 23 orang ini, sudah berhasil dievakuasi sebanyak 20 orang," kata Suharyono.
Hingga saat ini diperkirakan masih ada tiga orang pendaki yang tertinggal di atas Gunung Marapi.
Jika tiga orang korban itu sudah berhasil ditemukan, maka sudah lengkap sebanyak 75 orang.
Namun, Irjen Pol Suharyono menyebutkan belum dapat memastikan apakah jumlah pendaki memang hanya 75 orang atau masih ada lainnya.
Pihaknya masih menunggu apakah masih ada pihak keluarga yang masih kehilangan anggota keluarganya.
"Korban yang sudah dibawa ke RSUD dr Achmad Mochtar Bukittinggi belum semuanya terdeteksi," katanya.
Irjen Pol Suharyono menyebutkan belum tentu korban meninggal yang sudah dievakuasi ada identitasnya.
"Bisa saja nanti ada identitasnya mr X. Oleh karena itu petugas yang ada di Pos DVI (Disaster Victim Identification) Polda Sumbar untuk mendeteksinya," katanya.
Polda Sumbar selanjutnya akan menyinkronkan data laporan yang ada. Hal itu disebabkan data laporan awal ada 75 pendaki yang resmi.
"Kita hanya mempunyai prediksi kemungkinan datanya lebih dari itu. Karena kami sedang menyinkronkan antara pelapor yang malam ini ada 30 orang tua," ujarnya.
Polda Sumbar akan memeriksa ulang apakah ada duplikasi data atau memang hanya 75 orang korban yang terdata.
Pihaknya akan memastikan data ini untuk mencari tahu apakah ada pendaki yang mencuri-curi kesempatan untuk dapat naik ke Gunung Marapi.
Dua personel polisi dipastikan turut menjadi korban erupsi Gunung Marapi.
Satu personel dinyatakan meninggal dunia saat bencana alam yang terjadi Minggu (3/12/2023). Sedang satu personel lainnya selamat.
Kapolda Sumatra Barat (Sumbar) Irjen Pol Suharyono mengatakan saat kejadian, kedua personel polisi tersebut memang sedang tidak sedang bertugas saat melakukan pendakian ke Gunung Marapi.
"Saya nyatakan ada, memang ada. Polisi kan manusia juga, pengen liburan mungkin ya. Ada dua orang, satu orang selamat," kata Irjen Pol Suharyono, saat berada di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi, Selasa (5/12/2023).
Ia menyebutkan, korban anggota polisi yang berhasil selamat sudah berhasil dirawat oleh dokter, dan saat ini sudah kembali pulang.
Polisi tersebut mengalami retak pada tulang tangannya, dan luka bakar yang tidak terlalu parah.
Sedangkan satu orang lagi bernama Bripda Muhammad Iqbal masih menunggu identifikasi di tim DVI (Disaster Victim Identification) Polda Sumbar.
"Saat ini orangtuanya masih menunggu hasilnya. Apakah Muhammad Iqbal ini ada diantara korban yang berhasil dievakuasi hari ini," katanya.
Irjen Pol Suharyono dua personel tersebut berasal dari Direktorat Sabhara Polda Sumbar.
Kata dia, dua orang personel ini tidak terdeteksi, karena tidak perlu izin mendaki gunung.
Kedua personel ini mendaki gunung pada saat lepas dinas atau mengambil waktu liburnya.
"Mungkin sedang lepas piket. Karena pada hari Minggu rata-rata lepas dinas. Bisa jadi naiknya pada Sabtu setelah lepas piket," katanya.
Irjen Pol Suharyono sudah bertemu dengan ibu dari anggotanya tersebut, dan orang tuanya menangis-nangis.
"Semoga Muhammad Iqbal segera bisa ditemukan, jika sudah meninggal dunia diharapkan jenazahnya dapat diidentifikasi," tandasnya.
Mengapa masih ada pendakian saat Marapi meletus

Namun pada Minggu (3/12/2023), gunung api yang jadi wisata pendakian di Sumatera Barat, yakni Marapi meletus.
Dikutip dari Kompas.com, Senin (4/12/2023), sebanyak 75 orang dilaporkan berada di atas Gunung Marapi saat erupsi terjadi.
Lalu, kenapa masih ada pendakian saat Marapi meletus?
Apakah tidak ada penutupan pendakian saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik, seperti Merapi dan Semeru?
Menurut Koordinator Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Ahmad Basuki, pada erupsi Marapi kali ini tidak terekam gempa vulkanik dalam yang menunjukkan pergerakan magma dari dalam.
Fenomena itu menunjukkan bahwa akumulasi tekanan yang menyebabkan letusan, berada di kedalaman dangkal.
"Alat kita tidak merekam adanya gempa vulkanik dangkal. Hal ini menunjukkan bahwa proses tekanan yang terjadi tidak menimbulkan banyaknya retakan-retakan pada batuan yang bisa menimbulkan gempa," ujarnya.
Karena proses peningkatan tekanan tidak menimbulkan gempa, suatu letusan akan sulit untuk diprediksi.
Baca juga: Ini Kondisi Bripda Iqbal dan Bripda Rexy, Dua Anggota Polda Sumbar Korban Erupsi Gunung Marapi
Baca juga: Korban Jiwa Erupsi Gunung Marapi Bertambah Menjadi 22 Orang: Penemuan Sembilan Korban Baru
Marapi saat erupsi terjadi memang berada di level II atau waspada.
Menurut Basuki, wisatawan dan masyarakat sebenarnya dilarang berada dalam radius 3 kilometer atau puncak gunung.
Namun, sambung dia, pihak PVMBG tidak punya hak dan wewenang untuk melarang aktivitas pendakian.
Dilansir dari Kompas.com, Minggu (3/12/2023), Pendakian Gunung Marapi di Sumatera Barat baru ditutup usai erupsi. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Masih Ada Pendakian Saat Gunung Marapi Meletus?"
Cerita Ridho Harus Ngesot Turuni Gunung Marapi dan Pakai Lumut Obati Luka Bakar Tubuhnya |
![]() |
---|
RSAM Bukittinggi Pungut Uang Jenazah dan Korban Luka Gunung Marapi, Baru-baru Ini Dikembalikan |
![]() |
---|
Inilah Sosok Frengki Candra, Korban Tewas Erupsi Marapi Yang Berbau Wangi Ternyata Penghafal Alquran |
![]() |
---|
Kisah Heroik Adan Korban Marapi, Pertama Kali Ditemukan Tapi Pinta Tim SAR Selamatkan Pendaki Lain |
![]() |
---|
10 Pendaki Berada di Puncak Sebelum Gunung Marapi Erupsi, Ini Kisah Mereka Selamatkan Diri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.