Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Inilah Rahasia Banyak Gedung Pencakar Langit Tetap Kokoh Berdiri saat Gempa di Jepang

Meskipun banyak bangunan roboh dan jalan retak akibat bencana alam tersebut, gedung-gedung tinggi di Tokyo, Osaka, dan Yokohama tetap kukuh berdiri se

Editor: m nur huda
Yusuke FUKUHARA / Yomiuri Shimbun / AFP
Orang-orang berdiri di dekat retakan besar di trotoar setelah mengungsi ke jalan di kota Wajima, prefektur Ishikawa pada 1 Januari 2024, setelah gempa bumi besar berkekuatan 7,5 melanda wilayah Noto di prefektur Ishikawa pada sore hari. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Jepang, sebagai salah satu negara yang rentan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, menghadapi tantangan besar akibat lokasinya yang berada di jalur Cincin Api Pasifik, sabuk gempa paling aktif di dunia.

Meskipun banyak bangunan roboh dan jalan retak akibat bencana alam tersebut, gedung-gedung tinggi di Tokyo, Osaka, dan Yokohama tetap kukuh berdiri setelah dilanda gempa.

Jun Sato, seorang insinyur struktur dan profesor di Universitas Tokyo, menyatakan bahwa semua bangunan, termasuk yang kecil atau sementara, harus dirancang agar tahan terhadap gempa bumi.

Dalam laporan dari BBC, disebutkan bahwa ada dua tingkatan ketahanan yang harus dipenuhi oleh para pembuat gedung di Jepang.

Pertama, ketahanan terhadap gempa kecil yang dapat terjadi tiga atau empat kali selama masa pakai bangunan di Jepang.

Bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghindari kerusakan akibat gempa bumi tanpa menyebabkan cedera.

Kedua, tingkat ketahanan terhadap gempa bumi ekstrem yang jarang terjadi.

Sebagai contoh, gempa besar Kanto pada tahun 1923 dengan kekuatan 7,9 skala Richter, yang mengakibatkan kerusakan parah di Tokyo dan Yokohama serta menewaskan lebih dari 140.000 orang.

Untuk menghadapi gempa bumi melebihi standar tersebut, fokus utama bukan lagi pada menjaga bangunan tetap utuh, melainkan pada meminimalkan kerusakan tanpa menimbulkan korban manusia.

Cara meredam kerusakan akibat gempa

Untuk menahan kekuatan gempa yang luar biasa, bangunan harus menyerap energi seismik sebanyak mungkin. “Jika struktur dapat menyerap seluruh energi [dari gempa], maka struktur tersebut tidak akan runtuh,” kata Jun. Dalam setiap proses konstruksi, bangunan di Jepang akan dilengkapi dengan bantalan atau peredam kejut. Bentuk bantal tersebut seperti balok karet setebal 30-50 cm. Saat pemasangan tiang-tiang bangunan sampai ke pondasi, tiang-tiang tersebut bertumpu pada bantalan karet tersebut. Adaptasi pada bagian dasar bangunan merupakan salah satu cara utama agar bangunan dapat tahan terhadap gempa. Namun peredam gerakan di sepanjang ketinggian bangunan juga dapat meningkatkan ketahanan bangunan.

Spesialis Seismik di Universitas College London Ziggy Lubkowski mengatakan, sebuah gedung tinggi mungkin akan bergerak sejauh 1,5 meter saat gempa. “Jika Anda memasang peredam pada tingkat tertentu, Anda dapat mengurangi gerakan tersebut sehingga mencegah kerusakan pada bangunan bagian atas,” kata Ziggy. Perangkat kompleks untuk menyerap energi gempa dan meredakan guncangan bukanlah satu-satunya cara untuk membuat bangunan tahan terhadap gempa. Metode lain yang bisa dilakukan adalah soal tata letak dan desain bangunan itu sendiri. “Jika setiap lantai memiliki ketinggian yang sama dan semua kolom berada pada jarak yang sama, bangunan akan bekerja lebih baik saat terjadi gempa,” papar Ziggy.

Lakukan Kolaborasi

Namun sayangnya, para perancang gedung pencakar langit enggan melakukan kompromi semacam itu. Hal ini membuat adanya perbedaan visi antara arsitek dengan ahli bangunan.

Meski pertentangan antara arsitek dan para ahli bangunan kerap terjadi, namun untungnya di Jepang, para arsitek juga dididik tentang gempa bumi, sehingga mereka bisa berkolaborasi dengan lebih fleksibel. Menara Skytree di Tokyo contohnya merupakan struktur yang dibangun dengan gaya 'neofuturistik' dan menggabungkan beberapa elemen pagoda tradisional Jepang,. Pada bagian pilar tengah gedung, dipasangi beberapa peredam seismik sehingga dapat menyerap energi gempa. Untuk meredam kerusakan bangunan karena dihantam gempa, Jun berupaya mengembangkan berbagai solusi teknik seismik yang fungsional dan elegan. Salah satunya adalah penggunaan struktur jaring untuk membantu mencegah tekuk penyangga pada bangunan. Jika salah satu bagian gedung tertekuk, ada jaring yang bisa membantu menghentikan pembengkokan dan mendistribusikan penyerapan energi. Menciptakan bangunan tahan gempa tidaklah statis. Teknologi terus berkembang pesat sehingga dampatk kerusakan bangunan ketika gempa bisa diminimalkan.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Rahasia Pencakar Langit di Jepang Tetap Kokoh meski Dihantam Gempa

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved