Kuliner Jateng
Kuliner Boyolali : Melihat Proses Pembuatan Tiwul Hangat di Pasar Pasekan Boyolali
Cemilan kuno yang dulu digunakan sebagai makanan cadangan dan pengganti nasi (beras) kini masih eksis. Yaitu tiwul. Bahannya juga menggunakan tepung
TRIBUNJATENG.COM, BOYOLALI -- Tiwul yang dulu dikenal sebagai makanan cadangan pengganti beras di Jawa Tengah sekarang masih eksis.
Beberapa daerah di Wonogiri, Boyolali, Grobogan dan sekitarnya mengonsumsi tiwul berbahan singkong atau gaplek (singkong dikeringkan) sebagai makanan pokok di saat sulit beras.
Tiwul masih eksis hingga kini. Bedanya, tiwul sekarang dianggap sebagai cemilan. Bahkan ada ide kreatif Parno (47) warga Boyolali jualan tiwul dalam kondisi hangat.
Memasak tiwul dan menyajikan kepada pembeli dalam kondisi hangat, membuat pelanggan merasakan ada sensasi.
Ditemui di Pasar Pasekan, Boyolali, Jumat sore (19/1/2024) Parno sedang melayani permintaan pembeli.
Di warungnya di pinggir jalan itu, Parno meracik bahan dan bumbu yang akan dikukus. Sambil menunggu tiwul matang, pembeli bisa melihat proses pembuatannya.
Singkong gaplek sudah disiapkan berupa tepung, gula jawa dan sedikit garam. Generasi milenial belum tahu apa itu tiwul.
Namun dengan adanya warung gerobak Parno ini mereka ternyata juga menyukainya. Terutama tiwul dalam kondisi hangat. Terasa harum dan nikmat. Karena bila sudah dingin, tiwul akan terasa sedikit keras.
"Dulu saya ikut kakak jualan tiwul. Saya pelajari cara masak dan bahannya. Sekarang sudah tiga tahun buka sendiri. Alhamdulillah banyak pembeli," kata Parno ditemui di Pasar Pasekan, Kabupaten Boyolali.
Dituturkannya, awalnya jualan tiwul di Tegalwaton Salatiga, yang sering ada balapan pacuan kuda di sana. Tiap hari Minggu ada balapan. Penonton juga banyak dari berbagai daerah. Nah di situ, tiwul ternyata laku dan disukai muda mudi.
Kemudian juga jualan di pinggir Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga. Lanjut lagi jualan di Pasar Pasekan, lokasinya dekat arah Taman Pemandian Tlatar.
"Tiap hari masak bahan tiwul pukul 15.00 hingga 18.00. Rata-rata sehari bisa 2,5 kilogram bahan atau 30 porsi. Satu porsi cuma Rp 10 ribu," terangnya.
Dalam menyiapkan bahan, meracik dan memasak menjadi tiwul hanya butuh waktu 15 menit. Bahannya seperti biasa, tepung gaplek, dicampur gula merah dan garam. Gerobak warungnya sudah disiapkan banyak kukusan untuk memasak tiwul.
"Kami pakai gula merah asli supaya kental dan cita rasa khas. Pembeli juga suka dengan gula merah asli, bukan gula pasir," ujarnya.
Parno menekuni tiwul hangat ini karena jarang ada penjual yang membuatnya. Dan betul saja, muda mudi generasi milenial menyukai tiwul dalam kondisi hangat. Produk cemilan ini aman tanpa bahan pengawet atau pewarna.
Mengulik Kuliner Legendaris Khas Kudus Berbahan Keong : Lezatnya Keong Sruput Ibu Puji di Kudus |
![]() |
---|
Jepara Miliki Sentra Tempung Areng di Plajan, Bahan Dasar Horog Horog Makan Khas Pengganti Lontong |
![]() |
---|
Kisah Sukses Pedagang Gudeg Keliling di Kudus Kenalkan Makanan Khas Yogyakarta di Kota Kretek |
![]() |
---|
"Saya Kira Roti Isi Daging, Ternyata Tempe," Menikmati Olahan Roti Isi Tempe di Kota Lama |
![]() |
---|
KULINER WONOSOBO : Cicipi Kuliner Khas Wonosobo Berkuah Kental Gurih, Mie Ongklok Longkrang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.