Imlek 2024
Kongco Kelenteng Tertua, Resep Obat Penyembuh dan Perekat Toleransi di Bumi Kartini
Meski agamanya beda tapi kita tak ada masalah. Toleransi bahkan kita perkuat. Kalau di sini toleransi itu tak sekadar teori, tapi langsung praktik
Penulis: Muhammad Olies | Editor: Muhammad Olies
Ada banyak kisah orang yang "berjodoh" dengan pengobatan ala Kelenteng Welahan seperti yang dialami Kartini. Mereka tak hanya dari wilayah Jepara dan sekitarnya saja, namun juga berasal dari kota-kota lain baik wilayah Pulau Jawa maupun luar Jawa.
Latar belakang mereka juga beragam. Mulai dari beragam pendidikan, profesi, ras bahkan agama. Fakta ini terekam dalam buku tamu yang ada di Kelenteng Welahan.
Menurut Suwoto, warga datang ke Kelenteng Welahan dengan beragam penyakit. Mulai dari keluhan ringan seperti perut kembung hingga penyakit berat semacam jantung koroner hingga stroke.
Saat menjalani pengobatan, mereka akan ditemani biokong atau juru kunci Kelenteng Welahan. Biokong ini pula nanti yang menjalankan ritual dan "berkomunikasi" dengan Kongco Hian Thian Siang Tee Welahan. Hingga didapat "petunjuk" resep berisi racikan obat, takaran hingga durasi waktu mengkonsumsi obat-obatan herbal itu.
Di Kelenteng Welahan, ada ratusan resep obat. Resep-resep itu tersimpan dalam dua lemari kecil. Satu lemari untuk resep obat lama. Satu lemari lagi untuk resep obat baru.

Awak media ini diperbolehkan membuka dan membaca kertas berisi resep obat itu. Di bagian tengah kertas itu,, tercantum tulisan dalam bahasa China. Tapi di bawahnya ada tulisan dalam bahasa Indonesia yang jika dibaca berisi cara meracik bahan obat-obatan itu.
Setelah mengantongi resep, warga tersebut diarahkan untuk menebus resep itu di toko obat-obatan China di Kota Semarang.Toko ini memang lokasinya paling dekat dari Jepara. Selain di Semarang, toko obat-obatan China itu juga ada di Surabaya, Jakarta hingga Medan.
"Kelenteng hanya bikin resep saja. Harga obat tergantung resep. Jika penyakit ringan ada yang satu bungkus Rp 5 ribu. Namun ada juga yang harganya Rp 100 ribu sekali minum, jika penyakitnya berat," jelasnya.
Menurut Suwoto, lewat aktivitas pengobatan, Kelenteng Welahan juga ikut merawat toleransi. Pihak Kelenteng Welahan tak membeda-bedakan warga yang datang untuk berobat, atau agenda lainnya. Mereka diterima dengan baik dan diperlakukan sama.
Upaya merawat toleransi juga dilakukan lewat aktivitas sosial kemasyarakatan lainnya. Salah satunya lewat aksi berbagi makanan atau sembako pada momen-momen tertentu.
Dalam setahun, Kelenteng Welahan punya empat agenda pembagian makanan atau sembako kepada warga sekitar, khususnya kalangan yang membutuhkan. Semisal tukang parkir, tukang becak, lansia dan elemen lainnya di sekitar kelenteng.
"Salah satu momentum pembagian itu semisal saat puasa (Ramadan) karena sekitar kelenteng banyak yang beragama Islam. Atau jelang hari keagamaan lain karena di sini juga ada gereja. Itu juga bagian upaya merawat toleransi antarsesama baik yang seagama maupun agama lainnya," ujarnya.
Baca juga: Potret Kerukunan 3 Agama di Desa Kaliputih Wonosobo, Tanamkan Nilai-nilai Toleransi Sejak Dini
Baca juga: Indahnya Toleransi, Pemuda Non Muslim Bantu Kelancaran Salat Iduladha di Masjid Agung Batang
Budayawan Jepara Hadi Priyanto mengatakan praktik toleransi sudah mendarah daging di kawasan Kelenteng Welahan dan sekitarnya. Sehingga jarang atau bahkan tak terjadi ketegangan antara pihak kelenteng dengan warga sekitar.
Bahkan saat terjadi "gegeran" dengan sentimen anti China yang terjadi di daerah lain semisal saat peristiwa tahun 1981 atau jelang reformasi tahun 1998, tak sampai merembet apalagi memicu jatuhnya korban di Jepara.
Selain tak ada ketegangan, kata Hadi Priyanto komunitas Tionghoa di Welahan bahkan terlibat aktif dalam gerakan bersama pribumi melawan penjajah Belanda. Hal itu seperti saat terjadi Perang Pacinan tahun 1740 - 1743.
"Jadi toleransi di sekitar Kelenteng Welahan sudah berjalan alami dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa belajar soal toleransi dari Kelenteng Welahan," tandasnya.
Imlek
Kelenteng Welahan
Dicky Sugandi
Kelenteng Hian Thian Siang Tee
toleransi
pengobatan ala Sinse China
Kongco
Hanebu Sauyun-Cap Go Meh, Akulturasi Jawa - Tionghoa yang Dipertemukan di Pura Mangkunegara Solo |
![]() |
---|
Makna Tahun Naga Kayu Menurut Jubun, Imlek Tahun Ini Spesial |
![]() |
---|
Narapidana Kasus Narkotika di Lapas Kedungpane Memperoleh Remisi Khusus Perayaan Imlek |
![]() |
---|
Klenteng Hok Ie Kiong Slawi Tampilkan Liong dan Barongsai, Ritual Toa Pe Kong Beda dari Tahun Lalu |
![]() |
---|
Potret 500 Lampion di Pecinan Semarang, Jadi Spot Instagramable Sambut Tahun Naga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.