Berita Regional
Asal Muasal Uang untuk Membayar Pembunuh Indriana, Tak Disangka
Didot menyewa pembunuh bayaran, Muhammad Reza Swastika, untuk melancarkan aksinya
TRIBUNJATENG.COM - Sungguh tragis, Indriana Dewi Eka Saputri (24)dihabisi oleh seorang pembunuh bayaran.
Dan ternyata, uang untuk membayar pembunuh merupakan uang Indriana sendiri.
Meski tinggal di rumah kontrakan kecil di gang sempit, Indriana ternyata memiliki tas bermerek Louis Vuitton (LV) hingga jam tangan Rolex yang berharga fantastis.
Dari menjual dua benda bernilai ratusan juta itulah asal uang untuk pembunuh bayaran.
Indriana dihabisi nyawanya dilandasi motif cinta segitiga.
Baca juga: Jawaban Indriana saat Balas Pesan Ibunya Membuat Sang Kakak Curiga, Ada Kejanggalan
Baca juga: Gara-gara Sopir Kurang Fokus, 3 Mobil Terlibat Kecelakaan Karambol
Pembunuhan
Pelaku pada kasus pembunuhan ini adalah Devara Putri Prananda dan Didot Alfiansyah.
Keduanya sepasang kekasih. Namun, Didot juga menjalin asmara dengan korban, Indriana.
Cemburu buta dengan kisah cinta segitiga yang dilakoni pacarnya, Devara meminta Didot membunuh Indriana.
Didot menyewa pembunuh bayaran, Muhammad Reza Swastika, untuk melancarkan aksinya.
Awalnya, Indriana diajak nongkrong bersama tersangka Didot dan Reza ke wilayah Desa Gunung Geulis, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Selasa (20/2/2024).
Sepulangnya dari tempat itu, di tengah perjalanan tepatnya di Jalan Bukit Pelangi, Didot menghentikan laju kendaraanya dan turun dari kendaraan dengan alasan buang air kecil.
Di momen itulah sang eksekutor yakni Reza yang duduk di kursi belakang menjerat leher korban sekitar 15 menit hingga akhirnya korban tak lagi bernapas.
Setelah korban tak bernyawa, para pelaku kemudian menjemput DP di Jakarta yang menjadi dalang dari pembunuhan ini.
"Setelah mereka melakukan pembunuhan di sini, jenazahnya sempet di bawa ke Jakarta, kemudian Cirebon, Kuningan sampai dibuang di wilayah Kota Banjar," ujar Kombes Pol Surawan kepada wartawan saat melakukan olah TKP, Jumat (1/3/2024).
Untuk menghilangkan jejak, para pelaku ini membawa korban menempuh perjalanan jauh selama empat hari.
Para pelaku pembunuhan itu pun sempat empat hari tidur bareng mayat korban bernama Dewi.
Ketika di perjalanan, kendaraan yang ditumpangi para pelaku sempat mogok di wilayah Kuningan, Jawa Barat saat melaju menuju Pangandaran pada Rabu (21/2/2024).
Kemudian pelaku meminta bantuan towing untuk membawa mobil tersebut ke sebuah penginapan.
Para pelaku tiba di penginapan pada pagi hari (22/2/2024) dan pada siang harinya pelaku D kembali menghubungi jasa angkut kendaraan atau towing untuk mengantarkan mobil tersebut ke bengkel.
"Selama di mobil korban itu di dudukan di jok belakang dengan masker seolah-olah dia tidur. Di tengah jalan kemudian korban di tidurkan di jok belakang karna jok belakang bisa dibuat untuk tempat tidur, begitu juga pada saat di towing jenazah masih ada di dalam mobil," ungkap Surawan.
Surawan mengungkapkan, pada Jumat (23/2/2024) sekitar pukul 02.00 WIB para pelaku mengeluarkan korban dari dalam mobil untuk selanjutnya dibuang ke sebuah jurang di belakang Tugu Gajah yang tak jauh dari bengkel.
Korban ditinggalkan begitu saja hanya ditutupi oleh selimut.
Namun sebelum dibuang, para pelaku mengambil barang-barang berharga yang melekat pada tubuh korban berupa jam tangan Rolex dan tas LV yang kemudian dijual oleh pelaku D dan DP dengan harga jual sebesar Rp 54 juta.
Sekitar pukul 16.00 WIB mobil tersebut selesai diperbaiki dan para pelaku itupun kembali pulang ke Jakarta.
Ketiganya berhasil diringkus pada Kamis (29/2/2024) di wilayah Jakarta.
LV dan Rolex

Mirisnya, uang Rp 50 juta yang dipakai Devara dan Didot untuk membayar Reza ternyata hasil dari menjual barang-barang mewah milik korban.
"Kemudian para pelaku menjual barang barang milik korban dengan harga Rp 54 juta dan memberikan imbalan kepada MR (Muhammad Reza Swastika) Rp 15 juta dan satu buah iPhone sebagai imbalan eksekutor," ungkapnya.
Dua barang mewah yang biasanya dibanderol ratusan juta justru dijual tersangka hanya Rp 54 juta.
Walau mengenakan barang mewah, namun menurut Surawan, korban bukan berasal dari keluarga yang mentereng.
Indriana, menurut Surawan, bekerja sebagai broker bersama Didot.
"DA dan korban satu kerjaan. Korban itu kerja broker," katanya.
Sementara, Devara merupakan caleg DPR RI dari Partai Garuda untuk dapil Jawa Barat IX.
Pantauan TribunJakarta, Devara hanya memeroleh 226 suara.
Perolehan suara itu berdasarkan data real count KPU dengan data masuk 67,38 persen, atau penghitungan 8.366 dari 12.416 TPS, yang dapat dipantau langsung di laman pemilu2024.kpu.go.id, Minggu (3/3/2024).
Kini, Devara, Didot dan Reza disangkakan Pasal 340, 338, dan 365 Ayat 4 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman pidana maksimal hukuman mati.
Sosok Indriana Diungkap
TribunJakarta menyusuri kawasan Jakarta Timur untuk menyambangi kediaman korban dan mengenal lebih dalam sosoknya, Minggu (4/3/2024).
Ternyata, Indriana tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah kontrakan kecil di bilangan RT 06 RW 14, Cipinang Besar Utara, Jatinegara.
Ayahnya bernama Mohamad Roi yang bekerja sebagai tukang ojek dan ibunya bernama Endang Tatik, seorang ibu rumah tangga.
Indriana, anak kedua dari dua bersaudara itu sudah tinggal di rumah kontrakan berukuran 4x2 meter sejak kecil.
Rumah keluarga kecil itu berada di dalam gang yang juga kecil.
Dari jalan utama, masuk ke dalam gang sekira selebar 1 meter, lalu di ujung gang ada belokan patah ke kanan.
Di situ berdiri tiga petak rumah kontrakan yang menghadap tembok dengan sisa ruang sekira 80 centimeter.
Rumah kontrakan Indriana dan keluarga berada paling dekat dengan patahan gang. Pintunya dekat dengan belokan.
Barang-barang keluarga Indriana menggantung di dinding gang, dari kain pel, helm hingga serokan air.
Pakaian dan payung masih tergantung di jemuran di lorong kontrakan.
Sekitar enam pasang sepatu juga masih berada di dalam rak gantung sebelah kanan pintu kontrakan.
Mengintip ke dalam, barang-barang seperti kasur, karpet, dua televisi, lemari pakaian, dan mesin cuci juga masih tertata rapi.
Beberapa kardus sepatu juga masih tersusun di atas lemari pakaian.
Tidak ada LV atau Rolex lain di kontrakan gang senggol itu.
Ketua RT 06 RW 14, Eko Sudiyanto, mengatakan, kepergian Indriana membawanya dukacita mendalam bagi keluarga.
Semasa hidup, dia selalu berupaya membahagiakan orang tuanya.
"Almarhumah sosok yang baik. Pekerja keras, dia sayang sama orang tuanya. Dia pergi kerja selalu untuk menafkahi keluarganya," kata Eko di Jakarta Timur, Minggu (3/3/2024).
Bahkan Indriana menyisihkan uang gajinya sebagai marketing demi bisa membelikan sebuah rumah untuk kedua orang tuanya agar tidak terus tinggal pada unit kontrakan yang kini dihuni.
Indriana dikenal bekerja di bidang marketing.
Dia selalu menyisihkan uang gajinya untuk tabungan membeli hunian lebih baik.
"Pimpinan kantor yang datang ke sini (rumah duka) cerita, dia punya tabungan untuk beliin rumah buat ibunya. Saya pikir ya Allah sampai segitunya seorang anak berbakti untuk orangtua," ujar Eko.
Merujuk keterangan pimpinan perusahaan, Eko menuturkan uang tabungan Indriana yang hendak digunakan untuk membelikan rumah bagi orang tuanya sudah terkumpul sekitar Rp40 juta.
Nahas sebelum mewujudkan impian membahagiakan orangtuanya Indriana dibunuh.
Saat TribunJakarta ke sana, rumah kontrakan dalam kondisi kosong.
Keluarga sudah berangat ke Jawa Tengah sejak Senin (26/2/2024) malam untuk memakamkan korban pada Selasa (27/2/2024). (TribunJakarta.com)
Inilah Sosok AKP Hafiz Prasetia Akbar Menantu Andika Perkasa yang Diangkat Jadi Kapolsek Geger |
![]() |
---|
Kades Diduga Lakukan Pelecehan Seksual terhadap Warga yang Urus Dokumen, Suami Korban Lapor Polisi |
![]() |
---|
Aldi Hajar Teman hingga Dahi Pecah gara-gara Rebutan Purel di Warung Miras |
![]() |
---|
Kebengisan Syahrama Terungkap dalam Rekonstruksi Pembunuhan Sevi Driver Ojol |
![]() |
---|
Wanita Pengunjung Lapas Tertangkap Basah Sembunyikan Sabu dalam Popok Bayi yang Digendongnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.