Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kisah Para Penyintas Begal Payudara di Semarang, Masih Trauma Padahal Lagi Duduk Manis

Bahkan dia sempat menangis karena tak menyangka akan mendapat aksi pelecehan oleh pria tak dikenal

Editor: muslimah
TRIBUNJATENG/Iwan Arifianto
Satreskrim Polrestabes Semarang menangkap AMA (16) tersangka begal payudara terhadap FZ (20) seorang mahasiswi asal Pedurungan Semarang di Mapolrestabes Semarang, Kamis (29/2/2024).  

Bahkan dia sempat menangis karena tak menyangka akan mendapat aksi pelecehan oleh pria tak dikenal.

"Tentu trauma, selepas itu tak berani duduk sendirian di pinggir jalan," ungkapnya.

Korban lainnya berinisial P (21) mengatakan, pernah menjadi korban begal payudara di tahun 2020.

Kala itu, ia belum sempat berani speak up lantaran trauma.

"Hanya bisa nangis ketika kejadian.Syok banget dan pikiran blank tidak tahu mau ngapain," jelasnya. 

Ia mengatakan, korban acapkali disalahkan masyarakat karena ketika kejadian tak melawan. 

"Sebagai korban, saya bingung ketika kejadian karena berlangsung cepat dan sangat syok," paparnya. 

Terpengaruh Video Porno 

Para tersangka mengaku, nekat melakukan perbuatan pelecehan tersebut karena merasa ada kepuasan. 

"Ya motif melakukan itu (begal payudara) karena setiap melakukan itu merasa puas," terang tersangka Destuadi Bram Aldio (25) saat konferensi pers di Mapolrestabes Semarang, Senin (5/2/2024).  

Di kasus lainnya, menurut polisi kasus begal payudara di Gunungpati, Semarang yang melibatkan seorang remaja pada akhir Februari 2024 karena tersangka terpengaruh video porno. 

Terpisah, Psikolog dari RS Santo Elisabeth Semarang, Probowatie Tjondronegoro mengungkapkan, tersangka begal payudara maupun begal bokong tidak dapat secara langsung disimpulkan mengalami kelainan seksual. Bisa saja adanya perilaku keisengan dari para tersangka. 

Berbeda halnya dengan kejahatan seksual jalanan lainnya seperti eksibisionisme yang sudah termasuk sebagai kelainan seksual.

"Untuk begal payudara perlu pemeriksaan lebih lanjut," kata Probo. 

Pihaknya kini juga masih menangani dua korban kasus tersebut. Para korban mengaku, merasa trauma, ketakutan, hingga terhina karena sudah berpakaian tertutup namun tetap saja dilecehkan.

"Satu korban sudah dewasa seorang ibu muda baru menikah, satunya lagi masih pelajar SMA, tentu mereka alami trauma tetapi resiliensi seseorang terhadap stres itu berbeda. Harus ada pendampingan yang hangat," tandasnya. (iwn)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved