Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tradisi Bulusan: Kearifan Lokal Kudus dan Kisah Mistis di Desa Hadipolo

Mengapa bulusan, tradisi memberi makan bulus dengan ketupat, tetap menjadi perayaan meriah di Desa Hadipolo, Kudus?

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Daniel Ari Purnomo
Rezanda Akbar
Teaterical awalmula tradisi bulusan di Desa Hadipolo Kudus 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Tradisi kupatan pada H+7 setelah Lebaran di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, tetap dipertahankan. Tradisi ini melibatkan bulusan, yaitu memberi makan bulus dengan ketupat.

Tradisi bulusan di Desa Hadipolo berlangsung meriah dan disambut antusias oleh penduduk setempat serta warga dari daerah lain di Kabupaten Kudus.

Menurut tradisi yang berlaku, terdapat sepuluh gunungan hasil bumi yang diarak dalam prosesi tersebut. Setelah didoakan, gunungan tersebut kemudian diperebutkan oleh warga Kudus dengan keyakinan bahwa hal tersebut akan mendatangkan berkah bagi mereka.

Sejarah tradisi Bulusan diyakini berasal dari kisah Sunan Muria, seorang tokoh agama terkenal di Jawa.

Dalam kisah tersebut, Sunan Muria pernah menyabda seorang santri yang masih bekerja di sawah pada malam hari. Ketika mendengar suara gemericik air, Sunan Muria mengira bahwa itu adalah suara bulus. Sebagian warga mempercayai bahwa santri tersebut berubah menjadi bulus, sehingga bulus-bulus berkeliaran di daerah Desa Hadipolo.

Sirojudin, juru kunci makam Mbah Dudo, menjelaskan bahwa tradisi Bulusan merupakan bagian dari warisan budaya yang dijaga dengan baik.

"Tradisi memberi makan bulus dengan ketupat tetap dijaga keberlangsungannya. Ceritanya berawal dari kisah antara Mbah Sunan Muria dengan Mbah Dudo," kata Sirojudin pada Rabu (17/4/2024).

Menurutnya, Sunan Muria pernah memberi sabda kepada santri dari Mbah Dudo yang bekerja pada malam hari, sehingga santri tersebut berubah menjadi bulus.

"Mbah Sunan Muria mengatakan bahwa bulus itu akan diberi makan oleh anak cucunya. Hasil kesepakatan keduanya, bulus tersebut kemudian diletakkan di kolam dekat makam Mbah Dudo seperti yang terjadi saat ini," jelasnya.

Sirojudin menambahkan bahwa Sunan Muria pernah mengatakan bahwa suatu saat, seminggu setelah Lebaran Idulfitri, daerah ini akan ramai oleh pengunjung. (Rad)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved