Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI RIZQI MUTIARA NURANI : Lahan Sawah Beralih Menjadi Tambak, Akibat Banjir Rob Demak

PADA tahun 2024, banjir rob Demak dinobatkan sebagai banjir terparah selama 30 tahun terakhir yang menggenang beberapa kecamatan dengan permukaan dara

istimewa
Risqi Mutiara 

Oleh Rizqi Mutiara Nurani

Mahasiswa Universitas Airlangga

PADA tahun 2024, banjir rob Demak dinobatkan sebagai banjir terparah selama 30 tahun terakhir yang menggenang beberapa kecamatan dengan permukaan daratan rendah di Kabupaten Demak yaitu Kecamatan Sayung, Karang Tengah, Bonang, dan Wedung. 

Rob adalah banjir akibat meluapnya air laut yang menggenangi lahan/kawasan pesisir yang lebih rendah dari permukaan air laut rata-rata (mean sea level).

Banjir rob berasal dari luapan air laut yang merupakan air asin sehingga dapat merusak bangunan maupun mesin kendaraan lebih cepat dari air banjir akibat hujan, banjir rob ini dapat dikatakan sebagai bencana yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat Demak. 

Selain berdampak pada fasilitas dan bangunan warga, banjir rob juga berdampak fatal pada perubahan sosial dan lingkungan Kabupaten Demak.

Khususnya pada Kecamatan Sayung, wilayah terparah yang terdampak banjir rob. Kecamatan ini merupakan asal daerah saya, tepatnya di Desa Loireng, sejak tahun 2013 air laut mulai menggenangi beberapa wilayah hingga pada tahun ini air laut menggenangi seluruh permukaan daratan.

Padahal, Kabupaten Demak merupakan daerah agraris, mayoritas warga Demak memiliki mata pencaharian sebagai petani.

Namun, banjir rob menyelimuti seluruh lahan pertanian dan menyebabkan lahan pertanian beralih fungsi menjadi pertambakan dan warga terpaksa beralih profesi dari petani menjadi buruh tambak ataupun bekerja serabutan dan bahkan tidak memiliki pekerjaan pengganti.

Sebagai warga asal Desa Loireng, saya melihat jelas sekali perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun. Sebelum banjir, desa ini sangat asri dipenuhi sawah dan perkebunan, saluran air lancar sehingga pertanian subur dan menghasilkan panen yang bermutu, udara pun masih terasa bersih dan polusi tidak mendominasi.

Saat ini, pertanian dan perkebunan gagal panen, lahan sudah tidak dapat ditanami benih, udara didominasi polusi sebab pembangunan jalan tol Semarang-Demak yang dibangun tepat di atas Desa Loireng saat puncaknya banjir rob menggenang.

“Jadi, Loireng (Salah satu desa di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak) dulu merupakan desa pertanian, sejak tahun 2013 air asin mulai masuk, perlahan-lahan tanah pertanian tidak bisa ditanami, dan sekarang lahan yang mulanya pertanian berubah menjadi pertambakan karena memang dipaksa oleh kondisi alam untuk berubah fungsi dari pertanian menjadi pertambakan, lahan yang mulanya pertanian sekarang 100 persen sudah ahli fungsi menjadi tambak” jelas Wati, Kaur Tata Usaha dan Umum Desa Loireng (02/05/2024).


Menurut Wati, banjir rob ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, saluran air/sungai kurang lancar sebab terjadi pendangkalan dan sedimentasi di gorong-gorong. Kedua, pengerjaan jalan tol yang mengganggu proses keluarnya air. Ketiga, curah hujan tinggi dan jebolnya sungai.

Presiden Jokowi menanggapi fenomena banjir rob Demak dengan meninjau faktor penyebab banjir, kemudian memberikan instruksi kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, untuk memperbaiki sejumlah tanggul jebol yang menjadi penyebab banjir.

Namun, setelah perbaikan, tanggul sungai masih jebol untuk kedua kalinya. Bencana alam ini semakin memperparah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat, pasalnya banjir yang awal nya merupakan banjir air asin kemudian disusul dengan banjir akibat curah hujan yang tinggi dan jebolnya tanggul sungai.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved