Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

ALASAN Buruh Jateng Tolak Tapera: Upah Sudah Murah Masih Dipotong, Takut Jadi Sarang Korupsi Baru

Sejumlah koalisi buruh di Jawa Tengah menolak mentah-mentah program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang dicanangkan pemerintah.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: Muhammad Olies
tribunjateng/dok
ILUSTRASI demo buruh di Jateng saat memperjuangkan hak kesejahteraan yang layak 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejumlah koalisi buruh di Jawa Tengah menolak mentah-mentah program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang dicanangkan pemerintah.

Para buruh menilai program itu akan semakin memberatkan di tengah kondisi upah rendah. 

Selain itu, sistem Tapera juga tak jelas sehingga buruh kuatir dana iuran itu disalahgunakan oleh pemerintah.

"Kami masih melakukan kajian ketika ini membahayakan uang-uang buruh maka kami lakukan penolakan," ujar Koordinator Umum Federasi Serikat Pekerja Indonesia Perjuangan (FSPIP) Jawa Tengah, Karmanto saat dihubungi Tribun, Selasa (28/5/2024).

Karmanto menilai, buruh di Jateng dalam kondisi memprihatinkan karena saat upah rendah masih digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk menurunkan upah yang ditetapkan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng. 

Di tengah gugatan itu, kini pemerintah malah mewacanakan Tapera. "Upah sudah murah, masih digugat, dan dipotong lagi untuk Tapera," ucapnya.

Baca juga: SIAP-SIAP, Gaji Pekerja Bakal Dipotong untuk Tapera, Upah UMR Wajib Jadi Peserta

Berkaitan dengan rumah, lanjut Karmanto, pemerintah seharusnya memperbaiki program yang sudah ada bukannya malah membebani buruh. 

Karmanto menyebut, sebelumnya pemerintah sudah pernah mewacanakan subsidi rumah murah untuk buruh di Jateng melalui BPJS Ketenagakerjaan dan Kementerian PUPR.

Sayangnya, program itu banyak ditolak buruh karena rumah murah dengan pinjaman lunak itu jauh dari tempat kerja buruh. 

"Lokasinya tidak strategis dan jauh dari fasilitas umum, jaraknya sampai 30-40 km dari tempat kerja tentu akan menguras tenaga dan uang," paparnya. 

Ketakutan buruh lainnya, iuran dari tetes keringat buruh itu bakal disalahgunakan oleh pejabat. Karmanto khawatir iuran itu menjadi ladang baru untuk memungut uang rakyat dengan alasan Tapera

"Bukannya mencurigai, faktanya kami disuguhkan macam-macam korupsi oleh aparatur pemerintah dan penegak hukum, kami khawatir uang-uang dalam tapera jadi ladang korupsi lagi," paparnya. 

Divisi Bidang Buruh LBH Semarang, M. Safali menuturkan, kebijakan Tapera dinilai sangat tidak cocok dengan kondisi buruh di Jawa Tengah  yang masih memiliki masalah seabrek.

Masalah buruh di Jateng di antaranya upah buruh rendah, outsourcing, dan lainnya. 

"Urgensinya aturan tapera itu apa? untuk siapa? Untuk buruh, tapi apakah buruh sudah dilibatkan? Kami mempertanyakan hal itu," terangnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved