Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Biaya Pendidikan Terus Melambung, Mas Dar : Pendidikan Tak Boleh Mahal!

Tingginya biaya pendidikan di Jateng juga berimbas pada belasan ribu anak yang hidup di bawah garis kemiskinan

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG/DOK
ILUSTRASI anak sekolah 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Biaya pendidikan setiap tahunnya mengalami peningkatan.


Bahkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, biaya pendidikan naik 10-15 persen setiap tahun.


Kenaikan biaya pendidikan tersebut merata dari tingkat SD hingga perguruan tinggi.


Di Provinsi Jateng, sektor pendidikan menjadi penyumbang inflasi cukup signifikan pada awal 2024.


Kondisi itu dikarenakan naiknya indeks kelompok pengeluaran, satu di antara kelompok pendidikan.


Catatan Tribunjateng.com, kenaikan indeks kelompok pendidikan mencapai di Jateng mencapai 1,87 persen pada Februari 2024.


Sementara kontribusi kelompok pendidikan terhadap inflasi jateng mencapai 0,12 persen.


Dengan inflasi yang mencapai 2,98 persen pada Februari 2024, kelompok pendidikan menempati posisi 5 besar penyumbang inflasi di Jateng.


Kondisi tersebut membuat masyarakat yang hanya mengandalkan pendapatan dengan besaran UKM semakin terseok-seok untuk menyekolahkan anaknya.


Bahkan sentimen negatif acapkali dilontarkan masyarakat lantaran tingginya biaya pendidikan.


"Yang mampu bisa sekolah tinggi yang tidak mau bagaimana lagi, buat makan saya kadang kurang," terang Sulistyo (45) seorang buruh tani asal Kabupaten Kendal, Kamis (30/5/2024).


Tingginya biaya pendidikan di Jateng juga berimbas pada belasan ribu anak yang hidup di bawah garis kemiskinan.


Pada 2023, Angka Partisipasi Sekolah (APS) anak usai 7-12 tahun di Jateng mencapai 99,57 persen.


Berdasarkan data Kemendikbud, jumlah anak usia 7 -12 tahun di Jateng mencapai 3,4 juta anak pada 2023.

Dari angka tersebut ada 0,4 persen atau16,3 ribu anak usai 7-12 tahun yang tak mengeyam pendidikan di Jateng.


Isu mahalnya biaya pendidikan juga sempat memanas akhir-akhir ini, misalnya terkait Uang Kuliah Tunggal (UKT).


Hal tersebut semakin membangun persepsi hanya masyarakat mampu yang bisa mendapatkan pendidikan di negeri ini.


Sejumlah politis pun berkomentar menyaol tingginya biaya pendidikan setiap tahunnya.


Satu di antaranya Sudaryono Ketua DPD Partai Gerindra Jateng yang akrab disapa Mas Dar.


Calon Gubernur Jateng tersebut juga mengakui biaya pendidikan semakin mahal. 


"Pendidikan tidak boleh mahal, kalau pendidikan mahal yang bisa sekolah hanya orang kaya," tegas Mas Dar.


Mas Dar juga berujar pendidikan adalah hak dasar setiap individu, dan harus diakses oleh semua orang tanpa diskriminasi. 


Diterangkannya jaminan semua anak, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, atau status sosial, mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang adalah hal mutlak.


Mas Dar pun menggagas langkah strategis guna memastikan kesetaraan akses pendidikan di Jateng.


"Jangan sampai biaya yang tinggi menghambat akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu," ucapnya.


Diterangkannya, meskipun ada skema bantuan dan beasiswa, namun masih banyak yang merasa terbebani oleh tingginya biaya pendidikan. 


Peningkatan transparan dan azas keadilan ditambahkannya diperlukan agar tidak ada yang dirugikan.

 

Akses pendidikan yang menyeluruh akan membangun masyarakat yang lebih adil dan setara, di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk meraih potensi maksimal. 


"Penting bagi semua pihak, baik pemerintah, institusi pendidikan, maupun masyarakat, untuk bekerja sama dalam mencari solusi yang dapat membuat pendidikan tinggi lebih terjangkau dan merata bagi semua kalangan," tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved