Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pendidikan

Gebrak Setia Berbasis Digital: Cara Rizka Tingkatkan Kesadaran Risiko HIV di Kalangan Remaja

Rizka Ayu Setyani secara resmi menjadi Doktor ke-29 yang diluluskan dari Program Studi S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS

|
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Muhammad Olies
TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal 
Rizka Ayu Setyani (33) menerima hasil yudisium dari Ketua Dewan Penguji, Prof Ahmad Yunus, usai dinyatakan lulus dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor di Universitas Sebelas Maret (UNS), Kota Surakarta, Kamis (25/7/2024). 

Salah satu "fitur kunci" dalam laman ekstrim.org adalah skrining mandiri lewat formulir berbasis Google Docs.

Dengan mengisi formulir ini, remaja akan mengetahui apakah dirinya termasuk orang berisiko HIV.

"Lewat tools ini, kita bisa melihat seberapa besar angka risiko HIV, yang ternyata cukup besar di kalangan remaja SMA dan SMK. Sebetulnya mereka bukan populasi kunci atau populasi berisiko, tapi ternyata banyak risiko juga ketika mereka lebih terbuka dalam skrining," ucap dia.

Baca juga: Kisah Rini Dapati Jenazah Pengidap HIV/AIDS Tak Ada yang Mau Mengurusi, Relawan Turun Tangan

Menurut Rizka, remaja bisa lebih terbuka karena saat mengisi formulir skrining mereka cukup menjawab pertanyaan dengan mengklik opsi jawaban secara mandiri, tanpa ditanyai langsung oleh petugas.

"Selama ini sebelum ada Ekstrim, layanan skrining langsung ditanya (secara tatap muka). Kalau misalnya ditanya langsung apakah sudah pernah berhubungan seksual, pasti mereka kan malu, tidak mau jawab, bisa juga menutupi dan tidak mengaku. Lain halnya kalau skrining dilakukan mandiri di website," ungkap dia.

Jika hasil skrining mandiri menunjukkan bahwa responden ternyata berisiko HIV tinggi, layanan bisa dilanjutkan dengan mendaftar tes HIV di lokasi yang bisa dipilih sendiri. 

Remaja tidak perlu takut atau malu, sebab identitas mereka dijamin akan dirahasiakan.

Mereka yang hendak melakukan tes HIV juga akan mendapat pendampingan supaya merasa nyaman dan tidak merasa terintimidasi ketika melakukan tes.

"Ketika ada responden yang terdeteksi berisiko HIV usai skrining, mereka akan ditawari mau tes HIV di mana. Kami akan berkomunikasi dengan LSM terkait. LSM yang akan mengantarkan responden ke Puskesmas atau layanan lain yang mereka inginkan. LSM kan juga punya tes VCT (Voluntary Counseling and Testing) gratis," jelas Rizka.

Dia menyebut, dalam tiga tahun belakangan setelah penerapan layanan Gebrak Setia berbasis Ekstrim, bisa terlihat adanya peningkatan cakupan tes HIV, khususnya di kalangan remaja Kota Yogyakarta.

Dilihat dari data statistik yang ditampilkan di laman ekstrim.org, pengunjung situsweb ini telah mencapai 770 dan pengguna layanannya mendapai 404.

Hal ini menjadi kabar gembira bagi penanganan HIV secara umum.

Terbukti bahwa dengan layanan gratis berbasis digital yang mudah diakses, kalangan remaja akan lebih sadar akan pentingnya mengetahui risiko HIV.

"Bahwa kalau memang berisiko ya tes, tidak semenakutkan itu kok. Tes HIV justru jadi pintu awal untuk upaya pencegahan yang lain. Kalau tidak tes, kita tidak tahu juga status risiko kita," ucap dia.

Dengan kesuksesan penerapan Gebrak Setia berbasis Ekstrim dalam meningkatkan cakupan tes HIV di Kota Yogyakarta, Rizka berharap program ini bisa direplikasi di kota lain.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved