Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

HUT 79 RI

Kisah Heroik Gugurnya 74 Pejuang Diberondong Senapan Penjajahan Di Jalan Syuhada Raya Kota Semarang 

Sebuah rumah di ujung Jalan Syuhada Raya Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang terlihat mencolok dibandingkan rumah lainnya.

|
Penulis: budi susanto | Editor: Catur waskito Edy

Ia berujar insiden tersebut terjadi sekitar tahun 1946 saat Indonesia berusaha mempertahankan kemerdekaan.

Seorang warga memperlihatkan kondisi dingin rumah kayu yang ditinggali oleh Musriatun di Jalan Syuhada Raya Tlogosari Kulon Pedurungan Kota Semarang, Jumat (9/8/2024). Ratusan lubang menghiasi dinding kayu tersebut, masyarakat meyakini lubang tersebut adalah bekas brondong peluru tentara Belanda.
Seorang warga memperlihatkan kondisi dingin rumah kayu yang ditinggali oleh Musriatun di Jalan Syuhada Raya Tlogosari Kulon Pedurungan Kota Semarang, Jumat (9/8/2024). Ratusan lubang menghiasi dinding kayu tersebut, masyarakat meyakini lubang tersebut adalah bekas brondong peluru tentara Belanda. (Budi Susanto/Tribun Jateng)

"Karena situasi peperangan, banyak warga mengungsi, termasuk ayah saya mengungsi ke Grobogan. Tapi cerita dari ayah saya puluhan pejuang yang bersembunyi di rumah ini meninggal karena ditembaki dan bekasnya masih ada di dinding rumah ini," jelasnya.

Tak hanya Musriatun, beberapa warga di Jalan Syuhada juga menceritakan hak serupa.

Bahkan kematian puluhan pejuang di rumah milik Haji Mustofa dijadikan nama jalan dan kampung yaitu Syuhada yang menggambarkan pahlawan yang gugur di jalan Allah.

Wilayah sekitar rumah Haji Mustofa yang ada di kawasan Bugen pada 1946 dikenal sebagai front markas medan tenggara.

Markas pejuang tersebut akhirnya diincar oleh serdadu Belanda dengan serangan mendadak.

Hal tersebut membuat 74 pejuang gugur karena brondongan peluru dari senapan mesin.

Dikatakan Ponidi (57) Ketua RT 05 RW 22 Tlogosari Kulon yang tinggal didekat rumah kayu tersebut, jenazah puluhan pejuang dikubur oleh tentara Belanda dalam satu lubang.

Lubang tersebut digali menggunakan ledakan ranjau darat dan dinamit untuk menguburkan puluhan jenazah para pejuang.

"Hal tersebut pernah diceritakan oleh Haji Ali satu di antara pejuang asal Sragen yang selamat dari serangan mendadak di rumah Haji Mustofa. Di lokasi tersebut sebenarnya ada 75 pejuang dan Haji Ali satu-satunya yang selamat saat itu. Kini ia juga sudah meninggal," ucapnya.

Ponidi Ketua RT 05 RW 22 Tlogosari Kulon memperlihatkan tempat persemayaman puluhan pejuang yang terletak di samping rumah kayu di Jalan Syuhada Raya, Jumat (9/8/2024).
Ponidi Ketua RT 05 RW 22 Tlogosari Kulon memperlihatkan tempat persemayaman puluhan pejuang yang terletak di samping rumah kayu di Jalan Syuhada Raya, Jumat (9/8/2024). (Budi Susanto/Tribun Jateng)

Ponidi juga memperlihatkan sejumlah nama-nama yang gugur dalam insiden serangan mendadak tersebut.

Di antaranya Anwar dan Sarju dari Solo, Tohar dari Boyolali, Hasan Anwar dan Subakir dari Klaten.

Sementara puluhan pejuang yabg guru di lokasi tersebut sampai sekarang belum diketahui namanya.

Sejumlah keluarga dari para pejuang yang gugur juga acapkali datang ke persemayaman di depan rumah kayu milik Haji Mustofa.

"Mereka datang untuk ziarah dan digelar Haul di persemayaman para pejuang pada awal Muharam pekan ke dua," jelasnya.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved