Sosok Disna Ayu Luhutia, Peraih Emas Sepatu Roda Jateng di PON XXI, Bakatnya Ditemukan Saat CFD

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Atlet putri sepatu roda Jawa Tengah, Disna Ayu Luhutia boleh dikatakan sebagai aset penting roller Jateng untuk berbagai ajang nasional maupun internasional di beberapa tahun yang akan datang.

Disna yang kini bernaung di Klub Sepatu Roda Kairos Semarang itu menyumbang satu medali emas bagi tim sepatu roda Jateng di ajang PON XXI Aceh-Sumut 2024. Disna meraih emas dari nomor Sprint 1.000 meter Putri.

Keberhasilan meraih emas di nomor sprint 1.000 meter itu memang sudah terprediksi sebab di babak kualifikasi PON, Disna juga mampu meraih emas kala itu.

Medali yang diraihnya di PON XXI tersebut sekaligus membayar kegagalannya meraih medali ketika tampil di PON Papua 2021, yang kala itu ia masih berusia 14 tahun.

Baca juga: Tim Sepatu Roda Jateng Lampaui Target di PON Aceh-Sumut 2024, Bawa Pulang 3 Medali Emas

Kunci kesuksesan meraih emas tentu juga tidak lepas dari kerja keras dan persiapan matang sebelum PON.

Tim sepatu roda Jateng terlebih dahulu mengikuti turnamen sekaligus program training center (TC) di Kolombia dan China sebelum tampil di PON Aceh-Sumut 2024.

"TC di Kolombia dan China pasti memberikan dampak positif karena menumbuhkan mental kita juga selama di sana. Apalagi Kolombia banyak melahirkan world champions. Semua roller sepatu roda pasti ingin ke sana," kata Disna saat ditemui di Lintasan Sepatu Roda Jatidiri, Jumat (27/9/2024) sore kemarin.

Tangis haru Disna terdengar kencang ketika berhasil finish terdepan saat final sprint 1.000 meter PON XXI Aceh-Sumut 2024 yang dilangsungkan di venue sepatu roda Taman Pantai Pelangi,Sigli, Pidie, Aceh.

Dia menyebut mentalnya sempat down ketika gagal saat turun di nomor sprint 500 meter, namun akhirnya mampu meraih emas di nomor 1.000 meter.

"Pada saat di 500 sudah gagal, jadi down nya nambah. Tapi untuk yang 1.000 meter memang saya lebih optimis karena lebih sering main di nomor tersebut," kata siswi SMK Mataram, Semarang itu.

Sementara itu, pelatih sepatu roda Jateng, yang juga mentor Disna di Klub Kairos, Erlangga Ardianza mengaku tak banyak memberikan instruksi khusus untuk anak didiknya itu saat tampil di final sprint 1.000 meter.

Hal itu dilakukan Erlangga agar Disna bisa tampil lebih lepas di lapangan.
 
"Sebetulnya saya dengan Disna itu terkadang sudah sama-sama tahu strateginya. Sama seperti bermain sebelumnya di Porprov, nanti strategi begini-begini malah jatuh. Tapi setelah saya amati, sebenarnya Disna ini tidak perlu memberikan banyak instruksi dia sudah tahu. Hanya sesekali saja," kata Erlangga.

Apalagi, kata dia, nomor sprint 1.000 merupakan perlombaan ketat, dia tidak mau Disna justru terbebani dengan arahan dari pelatih.

"Nomor 1.000 meter ini kan race. Jadi pertarungannya ini ketat. Kalau diintruksi malah susah. Dan saya juga yakin dia akan juara. Karena di nomor race itu benar-benar memakai insting. Dari kecilnya memang ambil nomor-nomor race jadi instingnya sudah terlatih. Saya hanya meyakinkan dia bahwa kamu pasti bisa," katanya.

Di bagian lain, potensi Disna sebagai roller handal awalnya ditemukan tim pelatih klub Kairos saat menggelar turnamen di Jalan Pahlawan, Semarang, tepatnya saat kegiatan car free day di tahun 2012.