Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Wonosobo

Tradisi Momongi Tampah, Wujud Syukur Warga Warangan Wonosobo, Bermula dari 4 Winasis Mataram 

Wonosobo punya tradisi unik yang dijalankan turun temurun. Namanya tradisi momongi tampah. Tradisi ini punya cerita sejarah bagi warga setempat.

Penulis: Imah Masitoh | Editor: Muhammad Olies
Ist/Dok Camat Kepil 
Tradisi momongi tampah di Desa Warangan, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo tahun ini berlangsung di lapangan desa setempat, Senin (28/11/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Wonosobo punya tradisi unik yang dijalankan turun temurun. Namanya tradisi momongi tampah. Tradisi ini punya cerita sejarah bagi warga setempat.

Tradisi momongi tampah tidak terlepas dari sejarah berdirinya Desa Warangan, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo. Di tempat ini tradisi momongi tampah masih terus dilestarikan.

Di Desa Warangan banyak masyarakatnya membuat tampah ataupun kerajinan lainnya yang berbahan dasar  bambu. 

Camat Kepil, Eko Peremono menjelaskan sejarah berdirinya Desa Warangan diawali dengan perlawanan para pejuang yang sakti mandraguna atau para winasis yang berasal dari kerajaan Mataram.

Ada empat para pejuang yang begitu gigih melawan penjajahan Belanda di wilayah Wonosobo bagian timur ini.

"Empat pejuang tersebut antara lain Ki Ageng Warangan atau Pangeran Gelap Ngampar, Raden Mas Jolang (Amangkurat II) atau Mbah Kiyai Satrio, Pangeran Ontowiryo atau mbah Kiyai Klesm, dan Ki Ageng Garungan," ungkapnya.

Baca juga: Tradisi Tenongan Wonosobo: Samsul Bawa Nasi Golong, Udang, Serundeng, dalam Tenong ke Makam Sikramat

Baca juga: Kemeriahan Tradisi Meron 2024 di Sukolilo, Peringati Maulid Nabi Muhammad

Keempat pejuang tersebut punya wilayahnya masing-masing yakni Ki Ageng Warangan atau Pangeran Gelap Ngampar, beliau kemudian memberi nama dusun yang beliau tempati dengan nama Warangan.

Kemudian, Raden Mas Jolang (Amangkurat II) atau Mbah Kiyai Satrio, beliau memberi nama Dusun Satriyan, serta Pangeran Ontowiryo atau mbah Kiyai Klesm beliau memberi nama Dusun Klesman dan Ki Ageng Garungan beliau memberi nama Dusun Garung. 


Pada waktu itu, di samping berjuang melawan Belanda, para winasis juga mendidik warga desa setempat dengan berbagai keterampilan.


"Seperti kemampuan di bidang perekonomian, bidang pertanian, maupun kemampuan membuat kerajinan bambu yang saat ini masih menjadi mata pencaharian sebagain warga setempat," terangnya.


Banyaknya perajin tampah ataupun kerajinan bambu di desa setempat dikarenakan di Desa Warangan banyak dijumpai tanaman bambu.


Tradisi momongan tampah inilah menjadi tradisi turun temurun untuk melestarikan budaya warga desa setempat yang menggambarkan keseharian warga membuat kerajinan bambu.


Tradisi momongi tampah ini dimulai dengan pengambilan air dari sumber mata air, kemudian ziarah ke makam leluhur, tapa bisu dan pawai obor. 


"Puncak gelaran Momongi Tampah Desa Warangan diawali dengan kirab panji, air dari sumber mata air dan bibit pohon bambu sejauh kurang lebih 1 kilometer dan berakhir di Lapangan Desa Warangan," ucapnya.


Dalam puncak acara tersebut turut dibacakan sejarah Desa Warangan dan filosofi tampah yang telah melekat sejak dahulu oleh masyarakat desa. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved