Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pelajar Semarang Tewas Ditembak Polisi

Kakek Gama Cuma Lihat Wajah saat Jasad Diantar ke Sragen, Tak Tahu Cucunya Tewas Ditembak Polisi

ENAM hari pascakematian siswa SMKN 4 Semarang di tangan polisi, keluarga korban menyetujui pembongkaran makam korban

Editor: muslimah
TRIBUNJATENG/Iwan Arifianto
Aksi teatrikal polisi tembak pelajar dilakukan saat demonstrasi di depan Mapolda Jateng 

TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - ENAM hari pascakematian siswa SMKN 4 Semarang di tangan polisi, keluarga korban menyetujui pembongkaran makam korban.

Kakek korban, Siman, mewakili keluarga setuju dan ikhlas atas pembongkaran GRO oleh polisi.

Dia berharap, pembongkaran makam itu memperlancar proses penanganan kejadian yang menewaskan cucunya.

Baca juga: Fakta Polda Jateng Bongkar Makam Siswa SMK Semarang yang Ditembak Mati Polisi, Apa yang Dicari?

Siman mengaku tidak tahu penyebab kematian cucunya itu.

Oleh karena itu dia setuju dilakukan ekshumasi untuk mengetahui penyebab kematian GRO.

"Setuju (ekshumasi), demi keadilan," kata Siman kepada wartawan, termasuk Tribun Jateng, di TPU Bangunrejo, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Jumat (29/11).

Pihak keluarga menabur bunga di makam GRO usai proses ekshumasi dilakukan di TPU Bangunrejo Desa Saradan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen Jawa Tengah, Jumat (29/11/2024) sore.
 
Pihak keluarga menabur bunga di makam GRO usai proses ekshumasi dilakukan di TPU Bangunrejo Desa Saradan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen Jawa Tengah, Jumat (29/11/2024) sore.   (Tribunjateng/Agus Iswadi)

Siman mengaku tidak tahu, cucunya meninggal dunia karena tertembak.

Penyebab kematian cucunya tersebut diketahui saat hendak dilakukan proses ekshumasi, setelah mendapatkan informasi yang beredar di masyarakat.

Dia tidak diberi tahu dari pihak berwenang penyebab kematian cucunya saat jenazah dibawa ke rumah duka di Kabupaten Sragen untuk dimakamkan.

 Di sisi lain dia juga tidak tahu apakah ada luka-luka pada jenazah cucunya.

"Dibuka namung rai thok, kepengen weruh bener putu kula napa mboten (Dibuka hanya bagian wajah saja, ingin tahu apakah benar cucu saya atau bukan)," ungkapnya.

Siman mengungkapkan, cucunya merupakan sosok yang pendiam dan penurut.

Biasanya cucunya itu pulang ke Sragen saat momen Lebaran atau libur sekolah.

"Pendiam, bukan anak nakal, penurut. Kalau tidak diajak ngomong, tidak ngomong," ungkapnya.

GRO sebelumnya tewas ditembak oleh polisi dari Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Semarang, Aipda Robig Zaenudin (38), di Jalan Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Kota Semarang, Minggu (24/11).

Dua rekan GRO selamat, meski juga menderita luka tembak.

Sementara itu, budhe GRO, Diah Pitasari mengatakan, pihak keluarga kaget lantaran GRO disebut seorang gangster.

"Kami kaget sekali, (korban) dibilang kaya gangster, nggak mungkinlah, mainnya sama kucing kalau di rumah," kata Diah, Jumat.

Diah menceritakan, awalnya pihak keluarga sudah ikhlas menerima kematian GRO.

Pihak keluarga sempat tidak ingin memperpanjang masalah ini.

Namun, pihak keluarga tidak terima dengan berita yang beredar yang justru menyudutkan GRO.

 "GRO gangsterlah, membawa senjata tajam. Kami tidak percaya," katanya.

Atas sebab itulah, Diah mendorong ayah GRO untuk mencari tahu secara pasti penyebab kematian GRO.

Dengan proses ekshumasi inilah, pihak keluarga berharap bisa mengembalikan nama baik GRO.

"Di sini kami keluarga (GRO) berjuang untuk mengembalikan nama baiknya. Kalau mengembalikan nyawa memang tidak bisa, mengembalikan nama baik GRO, insyaallah, bisa," jelasnya. (ais/Tribunsolo.com)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved