Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Blora

Cegah Demam Berdarah dengan Gerakan PSN, Dinkes Blora Sebut Lebih Efektif Dibandingkan Foging

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blora terus mengajak masyarakat untuk melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ M Iqbal
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Blora, Edy Widayat, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (26/03/2024).(Iqbal/Tribunjateng) 

TRIBUNJATENG.COM, BLORA -  Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blora terus mengajak masyarakat untuk melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).


Terutama di musim hujan seperti saat ini. Pasalnya kasus demam berdarah di Blora mencapai 347 kasus. 


Itu terdiri atas 267 Demam Berdarah Dengue (DBD) dan 80 kasus Dengue Shock Syndrome (DSS), dengan korban meningal ada 9 orang.


Kepala Dinkes Kabupaten Blora, Edy Widayat, menyampaikan gerakan PSN terbukti lebih ampuh 80 persen dalam membasmi nyamuk penyebab demam berdarah, dibandingkan dengan melakukan fogging. 


"Satu nyamuk Aedes Aegypti betina itu bisa bertelur sebanyak 100 sampai 150 telur. Jika dilakukan PSN secara kompak dan bersama dalam satu wilayah selama tiga Minggu berturut-turut itu akan mengurangi komunitas nyamuk sebanyak 80 persen."


"Sekarang ayo gotong royong dan bekerja sama, tokoh masyarakat atau pun pemangku kebijakan tingkat desa untuk menggerakkan masyarakatnya," jelasnya, Minggu (22/12/2024).


Menurut Edy Widayat mayoritas penyakit itu 80 persen disebabkan oleh lingkungan yang kurang bersih. 


Hal itu harus diperhatikan secara bersama-sama untuk seluruh ASN, camat dan kepala desa harus memberikan contoh kepada masyarakat untuk melakukan gerakan PSN


"Ketika masyarakat meminta fogging itu ada kerugian, di antaranya hanya membunuh nyamuk dewasa, fogging menggunakan pestisida yang dampaknya akan mencemari lingkungan dan nyamuk akan kebal jika disemprot secara terus-menerus," jelasnya.


Sementara untuk posedur fogging itu ketika ada kasus DBD dan ada laporan dari rumah sakit atas diagnosa pasien. Kemudian baru akan dilanjutkan oleh petugas dinas untuk meninjau lingkungan itu untuk melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE). 


"Fogging itu mahal dan perlu biaya Rp 5 juta, sedangkan PSN gratis. Kami menganggarkan cukup lumayan. Sebenarnya tidak ada yang namanya pencegahan melalui fogging," terangnya.


Oleh karena itu, Edy Widayat menyampaikan kepada masyarakat untuk selalu waspada ketika ada gejala penyakit, untuk segera berobat ke fasilitas kesehatan.


"Kami di awal September sudah mengeluarkan surat edaran untuk mengimbau masyarakat melakukan PSN dan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) barang-barang bekas," paparnya.(Iqs)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved