Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Dulu Diburu Saat Dugderan, Kini Replika Warak Ngendog Hampir Punah

Warak Ngendog, ikon Dugderan Semarang, semakin langka. Hanya satu perajin yang masih bertahan di Kampung Purwodinatan, produksi menurun drastis.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM/ REZANDA AKBAR
PERAJIN WARAK NGENDOK - Arif Rahman menunjukan beberapa hasil karya Patung Warak Ngendok yang belum laku saat momentum Dugderan di Semarang. Warak Ngendog, ikon Dugderan Semarang, semakin langka. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANGWarak Ngendog, hewan mitologi yang menjadi ikon Kota Semarang, kini semakin langka.

Diorama atau replika Warak Ngendog biasanya hadir dalam perayaan tertentu, termasuk Dugderan, tradisi masyarakat Semarang dalam menyambut Bulan Ramadan.

Namun, dalam pasar rakyat Dugderan tahun ini, tak terlihat lagi lapak penjual replika Warak Ngendog.

Untuk menelusuri keberadaan replika Warak Ngendog, Tribun Jateng mengunjungi Kampung Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kamis (20/2/2025).

Dahulu, kampung ini dikenal sebagai sentra perajin Warak Ngendog, tetapi kini hanya satu perajin yang masih bertahan.

Arif Rahman, generasi kedua pembuat replika Warak Ngendog di kampung itu, mengungkapkan bahwa dulu ada lebih dari 20 perajin di wilayah tersebut.

"Sekarang hanya tinggal saya sendiri. Dulu lebih dari 20 orang, tapi sekarang sulit. Pesanan Warak Ngendog sudah jarang," kata Arif, yang kini juga bekerja sebagai montir mobil dan motor.

Menurutnya, sebelum pandemi Covid-19, pesanan replika Warak Ngendog selalu membludak saat Dugderan tiba.

Pada 2017, ia bisa mengerjakan sekitar 200 patung, tetapi kini pesanan menurun drastis.

"Sekarang ini sejak Januari sampai sekarang baru 15 pesanan. Normalnya, kalau tahun-tahun sebelumnya, saya sudah bikin 30 sampai 50 patung," tuturnya.

Di era 90-an, Arif sempat berjualan langsung di Pasar Dugderan, tetapi sejak 2000-an ia memilih berhenti melapak karena minat masyarakat terhadap mainan tradisional tersebut mulai menurun.

Kini, ia hanya membuat patung Warak Ngendog berdasarkan pesanan.

Patung Warak Ngendog yang dibuatnya berbahan dasar kayu dan kertas, umumnya digunakan untuk mainan anak-anak, properti kirab budaya, atau karnaval.

Namun, menurut Arif, saat ini anak-anak sudah jarang tertarik pada Warak Ngendog. Pembelinya lebih banyak berasal dari orang tua yang ingin bernostalgia.

"Proses pengerjaannya sehari jadi kalau yang kecil, yang besar butuh beberapa hari. Harga mulai dari Rp60 ribu hingga Rp5 juta, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved