Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Wabup Belinda Pilih Memutar saat Pulang ke Kudus, Terkait Mitos Jembatan Tanggulangin? Ini Kisahnya

Rajah pengapesan itu, kata dia, dipercaya mampu membuat apes penguasa yang melintasinya

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muslimah
dokumen Sam'ani Intakoris
GLADI BERSIH - Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kudus Sam'ani Intakoris (kiri) dan Bellinda Putri Sabrina Birton foto bersama di sela-sela galdi bersih menjelang pelantikan di Jakarta, Rabu (19/2/2025). (Foto: dokumen Sam'ani Intakoris). 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Seusai pelantikan, Wakil Bupati Kudus akan pulang dengan jalan memutar lewat Purwodadi.

Dia menghindari rute Demak yang harus melintas di atas Sungai Wulan di Tanggulangin.

Apakah hal itu terkait dengan mitos Jembatan Tanggulangin?

Baca juga: Sam’ani-Bellinda Siap Kerja Tangani Berbagai Masalah di Kabupaten Kudus

Diketahui, penyambutan bupati dan wakil bupati Kudus setelah dilantik akan berlangsung pada hari yang berbeda.

Sebab, setelah dilantik bupati akan menjalani retret di Akademi Militer (Akmil) dan wakil bupati langsung balik ke Kudus.

Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Kudus Adi Sadhono mengatakan, penyambutan antara bupati dan wakil bupati setelah dilantik memang tidak sama.

Yang terlebih dahulu akan disambut yaitu Wakil Bupati Kudus Bellinda Putri Sabrina Birton seusai dilantik.

“Ibu Wakil Bupati Kudus akan tiba di Kudus 21 Februari 2025 sehari setelah pelantikan di Jakarta,” kata Adi.

Diperkirakan Bellinda akan tiba di Kudus Jumat 21 Februari 2025 sekitar pukul 10.30 setelah sebelumnya terbang dari Jakarta menuju Semarang dan langsung ke Kudus melewati Purwodadi.

Dia menghindari rute Demak yang harus melintas di atas Sungai Wulan di Tanggulangin.

Adi tidak tahu pasti kenapa Bellinda memilih memutar lewat Purwodadi, sepenuhnya itu menjadi keputusan Bellinda.

Setelah sampai di Kudus Bellinda akan langsung ke Masjid Agung Kudus untuk melaksanakan salat sunah.

Setelah itu dia akan masuk ke Pendopo Kudus dan melaksanakan sungkeman kepada orangtua.

Setelah salat Jumat akan digelar prosesi penyambutan dengan dihadiri oleh sejumlah pejabat di lingkup Pemerintah Kabupaten Kudus.

Setelahnya akan ada sambutan dari Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus Revlisianto Subekti, Herda Helmijaya sebagai tamu kehormatan karena dialah yang mengisi jabatan Pj Bupati Kudus sebelumnya, dan terakhir sambutan dari Bellinda.

Setelah prosesi penyambutan ditutup dengan doa bersama yang dipandu oleh tujuh kiai di Kabupaten Kudus.

Tujuh kiai tersebut meliputi KH Ulin Nuha Arwani, KH Ulil Albab Arwani, Habib Ali Zainal Abidin Alkaff, KH Arifin Fanani, KH Nur Halim, KH Badawi Basyir, dan KH Ahmad Asnawi.

“Setelah doa itu berlangsung ramah tamah dimulai sekitar pukul 14.00,” kata Adi Sadhono.

Untuk pesta rakyat yang berlangsung di depan Pendopo Kudus ini akan dilengkapi dengan hidangan yang disajikan oleh 30 pedagang kaki lima. Selain itu ada 15 ekor kambing yang dipotong dan disajikan dalam berbagai menu.

“Untuk pesta rakyat ini siapa pun warga boleh masuk,” kata Adi.

Beda lagi dengan penyambutan Bupati Kudus Sam’ani Intakoris yang rencananya akan tiba di Kudus pada Jumat 28 Februari 2025 karena sebelumnya dia harus menjalani retret di Akmil Magelang.

Selama retret Sam’ani tergabung dalam kelompok peserta orientasi kepala daerah Kompi 5 Batalyon 13. Setelah selesai menjalani retret Sam’ani akan tiba di Kudus sekitar pukul 17.00 pada 28 Februari 2025.

Untuk rute yang dilewati Sam’ani untuk sampai Kudus rencananya tidak akan memutar lewat Purwodadi, tetapi lewat Demak dengan melintas di Jembatan Tanggulangin yang membentang di atas Sungai Wulan.

Jembatan Tanggulangin menjadi batas antara Kabupaten Demak dan Kudus itu akan dilewati Sam’ani dengan jalan kaki. Namun sebelum sampai di Tanggulangin, Sam’ani akan melepas sepasang ekor ayam di sisi Jembatan Tanggulangin yang masih menjadi wilayah Kabupaten Demak.

Saat melewati jembatan, Sam’ani jalan kaki dan sudah disambut di sisi lain jembatan yang sudah masuk wilayah Kabupaten Kudus.

“Jadi istilahnya itu ada prosesi budaya,” kata Adi.

Dari Tanggulangin Sam’ani akan menuju Pendopo Kudus bersama rombongan penyambut sampai ke Pendopo Kudus.Tetapi sebelum sampai Pendopo, Sam’ani akan salat sunah terlebih dahulu di Masjid Agung Kudus.

“Baru setelah magrib ada prosesi penyambutan di Pendopo Kudus oleh sejumlah birokrat,” kata dia.

Selepas prosesi penyambutan, Sam’ani akan menjalani salat isya berjemaah di Masjid Agung Kudus sekaligus salat tarawih. Salat tarawih ini dilakukan ketika pemerintah melalui Kementerian Agama sudah menetapkan bawah malam itu sudah masuk 1 Ramadan.

Mengenal Rajah Kalacakra, Mitos yang Bikin Pejabat Tak Lewati Jembatan Tanggulangin dan Menara Kudus

Saat masih menjadi presiden, Joko widodo (Jokowi) juga pernah batal ke Kudus dari demak.

Saat itu Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Demak, Jawa Tengah untuk meninjau lokasi terdampak banjir pada Jumat (22/3/2024).

Sesuai rundown acara, Jokowi harusnya salat Jumat di Masjid Agung Kudus usai meninjau banjir di pantura Demak - Kudus.

Namun, usai meninjau banjir Demak Jokowi langsung ke Lanumad Ahmad Yani Semarang dan kembali ke Jakarta.

Tidak diketahui alasan pasti Jokowi batal ke Kudus.

Namun selama ini, di Kudus berkembang mitos pejabat yang berani melewati Jembatan Tanggulangin akan lengser dari jabatannya.

Mitos serupa juga ada di kawasan Menara Kudus. Pejabat yang melewati pintu gerbang depan kompleks Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus maka juga akan lengser dari jabatan yang diembannya.

Mitos di Jembatan Tanggulangin dan pintu gerbang depan kompleks Masjid Menara Kudus itu tak terlepas dari kisah tentang Rajah Kalacakra yang dipasang Sunan Kudus.

Kisah pejabat yang tak berani melewati Jembatan Tanggulangin dan pintu gerbang depan kompleks Masjid Menara Kudus sudah sering terdengar.

Cerita itu misalnya muncul dari Bupati Kudus, HM Hartopo. 

Usai dilantik sebagai Bupati Kudus di Gedung Gradhika Bakti Praja Kota Semarang, Jumat (9/4/2021), ternyata Hartopo pilih menghindari Jembatan Tanggulangin. 

Padahal lazimnya, jalur yang ada di jalan pantura ini adalah akses jalan yang paling cepat dan lazim dipakai warga Kudus saat pulang dari Semarang atau bahkan Jakarta.

 Saat itu, Hartopo tidak melintasi Jalan Pantura Demak-Kudus yang melewati Jembatan Tanggulangin.

Hartopo memilih jalan memutar melewati rute Semarang ke Purwodadi, lalu ke Bulungcangkring dan langsung menuju Masjid Agung Kudus.

Sesampainya di Masjid, Hartopo menunaikan ibadah salat Ashar berjamaah.

Kemudian dilanjutkan berdoa di Makam Bupati Kudus pertama yakni Muhammad Idris, alias Raden Tumenggung Harjodinegoro‎ bergelar Raden Tumenggung Tjondro Negoro IV.

‎Setelah itu rombongan menuju ke Kantor Bupati Kudus dengan berjalan kaki.

Rombongan Bupati Kudus, bukan tanpa sebab tidak melewati Jembatan Tanggulangin. Hal ini lantaran adanya kepercayaan rajah yang tertanam di  sana.

Lembaga Penjaga dan Penyelamat Karya Budaya Bangsa (LPPKBB)‎, Sancaka Dwi Supani mengatakan, cerita mengenai rajah yang tertanam di Tanggulangin sudah menjadi cerita turun temurun.

"Sampai sekarang cerita itu masih diper‎caya, bahkan sudah ada sejak abad ke-14," ujar dia, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, rajah yang tertanam di Tanggulangin mirip seperti Rajah Kalacakra yang ada di Masjid Menara Sunan Kudus.

Rajah pengapesan itu, kata dia, dipercaya mampu membuat apes penguasa yang melintasinya.

"Sunan Kudus itu sakti karena mampu meruntuhkan kerajaan majapahit. Sampai sekarang (kesaktiannya-red) masih dipercaya," jelas dia.

Menurut cerita, pasukan majapahit yang ingin melintasi ‎jembatan tersebut akan terkena apesnya. 

"‎Orang Majapahit mau datang ke Kudus lewati aliran sungai Juwana pasti terkena apesnya," ujar dia.

Soal Rajah Kalacakra yang bikin pejabat baik daerah maupun skala nasional "ngeper" bakal lengser dari jabatan juga diakui oleh pihak Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus (YM3SK).

Peziarah memadati kawasan Masjid Menara Kudus, Senin (30/12/2024).
Peziarah memadati kawasan Masjid Menara Kudus, Senin (30/12/2024). (Tribun Jateng/Rifqi Gozali)

Pengurus YM3SK, Abdul Jalil mengatakan, Rajah Kalacakra itu dipasang di atas pintu gerbang depan kompleks Menara Kudus.

Karena alasan itu pula, para pejabat itu lebih memilih melewati pintu lain yang sama-sama menuju masjid dan makam.

“Dari sisi aura, sampai hari ini saya berani mengatakan sangat jarang pejabat ya yang lewat sana (pintu gerbang). Banyak pejabat yang datang lewat pintu samping,” kata Abdul Jalil, beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, dipasangnya Rajah Kalackra oleh Sunan Kudus ini buntut dari perseteruan di tubuh Kerajaan Demak.

Saat Raden Patah memimpin sebagai raja pertama, saat itu masih berjalan normal.

Sedangkan sepeninggal raja kedua, Pati Unus, mulailah terjadi perseteruan di dalam tubuh kerajaan.

Ketika Trenggono memimpin sebagai raja ketiga, perseteruan semakin sengit.

Puncaknya yaitu ketika menantu Trenggono, Hadiwijaya, menyatakan diri sebagai raja dan memindahkan kekuasaan ke Pajang.

Berkuasanya Hadiwijaya mendapat perlawanan dari Arya Penangsang yang merasa berhak sebagai pewaris takhta.

Dia memiliki darah keturunan dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sekar, yang dibunuh karena perselisihan dengan Trenggono.

Saat terjadi perselisihan antara Arya Penangsang dan Hadiwijaya, rupanya keduanya berebut simpati dari Sunan Kudus.

Pantas saja, Sunan Kudus merupakan pemimpin pasukan militer saat Raden Patah memimpin Demak.

Hal itu yang membuat Penangsang dan Hadiwijaya berebut dukungan dari sosok yang dituakan di kerajaan.

Pada situasi yang sangat tidak stabil di tubuh kerajaan, rupanya Sunan Kudus memilih untuk netral.

Dia memiliki kehendak agar kedua kubu menanggalkan posisi politiknya ketika akan mencari solusi terbaik.

Maka dari itu, dipasanglah Rajah Kalacakra demi menanggalkan kedigdayaan dan menghilangkan semua kekuatan yang dimiliki kedua kubu.

“Rajah itu dipasang di pintu gerbang masuk. Siapa saja yang melewati akan luntur kedigdayaannya dan kekuatannya, termasuk jabatannya,” kata Jalil.

Dipasangnya rajah tersebut, rupanya, tidak membuat Hadiwijaya terkecoh.

Dia memilih melewati pintu lain saat menghadap Sunan Kudus ketimbang lewat depan.

“Arya Penangsang yang lalai, dia lewat pintu gerbang itu akhirnya dia celaka,” katanya.

Namun, terkait benar tidaknya mitos Rajah Kalacakra yang bisa bikin pejabat lengser dari jabatan tidak ada yang bisa memastikan.

Meskipun sebelumnya memang ada sejumlah pejabat yang lengser setelah melewati Rajah Kalacakra. Beberapa di antaranya seperti Anas Urbaningrum yang lengser dari Ketum Partai Demokrat dan Gus Dur yang lengser dari jabatannya sebagai Presiden RI. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved