Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Ari Pujiwinarko Rumuskan Konsep Segitiga MIRIAM, Teliti Lahan Pertanian di Dataran Tinggi Dieng

Konsep persyaratan minimal pemodelan agroforestri ideal atau Segitiga MIRIAM ( Minimum Requirements

Editor: muh radlis
IST
PROMOSI DOKTOR - Ari Pujiwinarko saat sidang terbuka Promosi Doktor, 10 Februari 2025 di ruang sidang utama gedung A Pascasarjana UNDIP. Proses sidang promosi doktor tersebut juga dilaksanakan secara hibrid. 

Kontribusi pertanian  kentang terhadap pendapatan rumah tangga petani di Dieng juga masih besar mencapai 69,70 persen dari total pendapatan keluarga. 

Faktor-faktor seperti jenis sumber energi, penggunaan mulsa, frekuensi penanaman kentang, persepsi terhadap  bencana, minat petani, harga tanaman pangan/kentang, pasar, harga produk  agroforestri dan kebijakan pemerintah terkait insentif/subsidi, ditemukan  berpengaruh signifikan terhadap adopsi agroforestri. 

Hasil kajian pemodelannya juga menunjukkan potensi agroforestri yang tidak hanya secara ekologi mengurangi erosi lahan sekaligus meningkatkan cadangan karbon, namun secara ekonomi juga memiliki potensi untuk mengungguli monokultur kentang saat tanaman MPTS  seperti carica, kopi arabika, terong belanda, makadamia sudah mulai berproduksi 
optimal. 

Menurut Doktor Ilmu Lingkungan ke 130 dari UNDIP ini, di masa mendatang,  selain peningkatan sinergitas antar stakeholder, penting untuk lebih  mempertimbangkan keberadaan tanaman pangan utama petani pada sistem  pertanian lokal yang telah ada, serta memilih jenis-jenis pohon atau MPTS terbukti produktif dan sesuai dengan keinginan, preferensi dan kebutuhan petani (Meeting farmer need). 

Kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi, seperti  kondisi sosial ekonomi, biofisik dan persepsi petani juga harus dipertimbangkan saat mengintervensi suatu teknologi pengelolaan lahan seperti agroforestri, sembari secepatnya menyelesaikan permasalahan mendesak terkait pemasaran dan harga produk agroforestri yang rendah dan fluktuatif. 

"Pada akhirnya model-model agroforestri yang dihasilkan pada penelitian ini bisa dianggap ideal, layak untuk dimplementasikan, dan akan lebih sempurna apabila seblumnya dilakukan kajian Willingness to pay (WTP) dan Willingness to accept (WTA) terhadap model serta kemungkinan pelaksanaan kompensasi dan imbal jasa lingkungan (PES/ Payment for ecosystem services (PES) yang lebih,“pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved