Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jepara

Gus Nasrul: Banyak Penceramah Agama Yang Sebenarnya Wajib Diceramahi

Pakar Maqashid Syariah Indonesia DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA menegaskan di era modern ini, marak orang mengklaim penceramah padahal menyesatkan.

|
Editor: raka f pujangga
istimewa
PENCERAMAH - Pakar Maqashid Syariah Indonesia DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA menegaskan di era modern ini, melalui medsos, marak orang-orang yang mengklaim dan mendeklarasikan  dirinya sebagai penceramah, juru dakwah Islam. Tetapi sebenarnya mereka itu orang-orang yang menyesatkan, dan wajib diceramahi, wajib dinasehati, dalam acara malam memperingati Nuzulul Qur’an, masjid Agung Baitul Makmur, kabupaten Jepara, Jawa Tengah (16/3/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Pakar Maqashid Syariah Indonesia DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA menegaskan di era modern ini, melalui medsos, marak orang-orang yang mengklaim dan mendeklarasikan  dirinya sebagai penceramah, juru dakwah Islam.

Tetapi sebenarnya mereka itu orang-orang yang menyesatkan, dan wajib diceramahi, wajib dinasehati.

Tutur kiyai muda yang akrab disapa Gus Nasrul itu, dalam rilisnya pada acara malam memperingati Nuzulul Qur’an, masjid Agung Baitul Makmur, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (16/3/2024).

Baca juga: Polres Jepara Peringati Nuzulul Qur’an, Wakapolres Ajak Personel Tingkatkan Taqwa

Gus Nasrul pun mengutip Kitab Qomiu' at-tughyan, 'ala  mandhumati syu'abi al-iman, Imam an-Nawawi menegaskan, bahwa cabangan Imam yang ke 17, itu adalah menekankan kewajiban mencari Ilmu agama.

Sedangkan cabangan yang ke-18, adalah menyebarkan ilmu, jadi juru dakwah, pidato, di era modern bikin konten tausiyah dan sejenisnya. 

"Tetapi memperihatinkannya, kini marak orang-orang yang mengabaikan cabangan iman ke-17 itu, terlebih dahulu tidak pernah serius belajar ilmu agama di pesantren, tidak faham ilmu agama secara mendalam, namun mereka berlomba-lomba jadi penceramah, dengan beragam brendingnya. Hanya modal keahlian wicara dan over pencitraan di medsos. Sungguh memprihatinkan," tegas wakil ketua komisi kerukunan antar ummat beragama MUI pusat itu.

Fenomenanya, di tengah kehidupan modern, ada banyak sarjana komunikasi atau ahli orasi budaya,  aktivis demonstrasi dan lainnya, tiba-tiba mengorbitkan dirinya jadi juru dakwah, penceramah agama, dengan gelar ustad/ustadah.

Ada juga orang ahli kisah pewayangan Islam, atau kisah -kisah wali songo, dengan over percaya diri mendeklarasikan dirinya di medsos dengan gelar kiyai atau Gus meski bukan putra kiyai.

Bahkan kerap melakukan berbagai kebohongan publik, demi mencitrakan diri sebagai ahli agama,  ngaku-ngaku dekat dengan para kiyai, mengaku-ngaku lulusan pesantren besar tertentu.

Marak pula para dosen bukan jurusan agama, tetapi ikut berpartisipasi jadi tokoh atau penceramah agama dadakan.

"Orang-orang semacam itu, tutur Gus Nasrul, sejatinya adalah lahan dakwah utama, mereka itu bukan juru dakwahm tetapi mereka adalah orang-orang yang kekurangan ilmu agama, wajib di ceramahi, wajib di dakwahi," tutur Ketua Pusat Persatuan Guru NU (PERGUNU) itu.

Gus Nasrul pun mengutip opini, Imam Al-Ghozali dalam Kitab Ihya Umumiddin, bahwa ada type orang: Rojulun Laa Yadri, wa Laa Yadri,  Annahu Laa Yadri (Seseorang yang Tidak Tahu /tidak berilmu, dan dia tidak menyadari bahwa dirinya tidak berilmu.

Ia merasa paling berilmu, merasa dirinya tokoh agama panutan, dan orang type ini hendaknya di jauhi.

"Karena  selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa, hanya modal koneksi internet dan google," kelakar gus Nasrul. 

Baca juga: Polres Jepara Edukasi Masyarakat soal Bahaya Narkoba di Masjid Baiturrohman

Dan orang-orang semacam itu, tegas Gus Nasrul, adalah Dhollun Mudhillun(Tersesat dan menyesatkan) Tutur pengasuh pesantren Balekambang Jepara Jateng itu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved