Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Dari Pedagang Asongan Sukses Dirikan Pasar Tiban, Kiat Jitu Rina Gaet Pelanggan

Larangan pedagang asongan masuk kantor seketika mematikan mata pencaharian Rina dan teman-temannya.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
LAYANI PELANGGAN: Rina Winarso melayani pelanggan di Pasar Tiban, komplek Makam Sunan Katong, Kecamatan Kaliwungu Kendal, Selasa (22/5/2025). Rina, yang sempat terkendala modal, mengakses modal ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) lewat program Kredit Usaha Rakyat (KUR). (TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI) 

“Minggu pagi di simpang lima kan ramai, saya ikut buka stan,” katanya.

Pelopor Pasar Tiban

Pasar Tiban di Makam Sunan Katong Kendal
PASAR TIBAN: Suasana Pasar Tiban di komplek Makam Sunan Katong Kendal, Selasa (22/4/2025). Pasar Tiban yakni pasar dadakan yang digelar di hari tertentu oleh paguyuban Guyub Rukun. Lokasi Pasar Tiban berpindah-pindah sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh paguyuban. (TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI)

Menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) sepertinya, ada sisi yang kurang mengenakkan. Rina tidak memiliki tempat atau kios permanen untuk menggelar dagangan. Lokasi jualannya berpindah-pindah dan harus bongkar pasang.

Ia juga harus rela digusur jika yang punya tempat tak merelakan, atau diusir aparat keamanan.

Cara berdagang seperti itu jelas merepotkan. Ditambah saat kondisi cuaca ekstrem atau hujan yang kian menyengsarakan.

“Tiap hari bingung harus mikir besok mau jualan dimana. Kalau ikut even seperti tontonan atau pengajian, lokasinya pindah-pindah terus dan gak pasti,”katanya

Tapi untuk menyewa kios permanen, ia pun pikir panjang. Selain butuh modal banyak, belum tentu usahanya lancar. Risiko kerugian bisa jauh lebih besar.

Rina dan teman-temannya sesama PKL berpikir untuk mencari jalan keluar. Mereka berpikir bagaimana bisa jualan menetap, tapi tidak harus menyewa ruko yang mahal.

Hingga tercetus gagasan untuk membuat pasar sendiri. Bukan pasar permanen, melainkan pasar dadakan (tiban) yang hanya buka di hari tertentu.

Mereka yang akhirnya bersatu membentuk paguyuban Guyub Rukun mencari lokasi strategis untuk dijadikan pasar tiban.

Dari awalnya hanya beberapa orang, kini ada sekitar 50 pedagang yang bergabung di paguyuban. 

Lapangan atau lahan kosong di komplek perumahan Kecamatan Ngaliyan jadi target mereka. Rina dan kawan-kawannya melobi pemangku wilayah atau Ketua Rukun Tetangga (RT).

“Kita cari lokasi yang strategis, kerja sama dengan RT setempat. Dari awalnya beberapa pedagang saja, akhirnya banyak pedagang yang mau gabung paguyuban,” katanya.

Kepada Ketua RT pihaknya meyakinkan, RT atau lingkungan diuntungkan dengan adanya pasar tiban. RT mendapat pemasukan dari retribusi para pedagang yang membuka stan di pasar.

Tidak hanya itu, kampung juga memiliki kas lebih dengan membuka jasa parkir di keramaian. Setiap pasar digelar, ratusan bahkan ribuan pengendara yang berkunjung butuh tempat untuk menitipkan kendaraan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved