UMKM
Jari Jemari Kreatif Indah Prihatiningsih Hasilkan Karya Tembus Pasar Dunia
Jari jemari Indah Prihatiningsih nampak lincah mengaitkan benang, membuat simpul-simpul menjadi sebuah tas maupun hiasan dinding.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jari jemari Indah Prihatiningsih nampak lincah mengaitkan benang, membuat simpul-simpul menjadi sebuah tas maupun hiasan dinding. Ya, ini merupakan teknik makrame, teknik yang melibatkan penggunaan simpul-simpul tertentu untuk membuat pola yang diinginkan tanpa menggunakan jarum.
Kecepatan jari jemarinya mengaitkan simpul-simpul bak sedang mengepang rambut panjang. Sesekali, dia menghentikan sejenak jari jemarinya untuk mengecek sekaligus mengencangkan simpul-simpulnya.
Meski menjadi pelaku UMKM yang tak terpatok waktu bekerja, Indah mendisiplinkan diri dengan berkarya mulai pagi hari. Dalam sehari, ia bisa membuat setidaknya tiga karya. Ditemani gulungan benang, perlahan Indah bisa mengubah gulunga itu menjadi karya bernilai tinggi.
"Dalam sehari, saya bisa buat tiga karya. Pokoknya kalau pagi mulai sampai setidaknya selesai tiga karya," ungkapnya sambil menggerakan jari jemarinya, di rumahnya, Perumahan Kampung Semawis, Kedungmundu, Semarang, Senin (28/4/2025).

Usaha craft yang dibranding dengan nama Ekkyta Collection ini sudah berjalan sejak 2010. Awal mula, ia hanya mencari kesibukan usai ketiga anaknya sudah mentas dan hidup mandiri. Untuk mengisi waktu luang, Indah mengikuti berbagai pelatihan baik boga maupun kerajinan tangan. Hingga akhirnya, ia memilih berlabuh pada kerajinan rajut yang saat ini menjadi ladang rezekinya.
Tak hanya terampil dengan teknik makrame, Indah mahir membuat karya-karya rajut dengan teknik tapestry. Pada teknik ini, jari jemari Indah menuntun jarum dan benang menjadi rajutan bermotif indah.
"Kebanyakan karya saya menggunakan teknik tapestry. Teknik tapestry ini agak susah. Makanya, harganya mahal karena teknik pembuatanya susah," ungkap Indah.

Warna-warni tas rajut terpampang berjajar di ruang tamunya. Adapula berbagai pernak-pernik rajut, hiasan dinding rajut, serta keranjang rajut imut berkarakter.
Tas rajut yang dibuat dengan teknik tapestry karya Indah dibanderol lebih mahal dibanding karya lainnya. Ia banderol tas rajut mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Harga tas full rajut tapestry mulai dari Rp 400 ribu. Sementara, rajut tapestry yang dikombinasi dengan kulit dibanderol sekira Rp 750 ribu. Sedangkan, kombinasi tenun bisa mencapai Rp 1 juta.
Sisa-sisa benang, ia buat berbagai macam pernak-pernik, diantaranya boneka karakter, gantungan kunci, dan lain-lain. Ada pula keranjang rajut yang memanfaatkan kain perca.
Dalam membuat boneka karakter, keranjang rajut dan lainnya, ia menerapkan teknik basic rajut atau teknik dasar. Teknik ini terbilang lebih mudah sehingga harga produknya pun dibanderol lebih murah. Pernak-pernik rajut biasanya tidak ia jual melainkan sebagai suvenir bagi pembeli. Sementara, keranjang rajut dibanderol mulai Rp 100 ribuan.
"Keranjang-keranjang ini untuk tempat pernik-pernik. Ini terbuat dari perca kaos, perca batik. Supaya kokoh, diisi rotan dan sumbu. Ini harganya Rp 100 ribuan. Harga lebih murah karena pembuatabnya lebih gampang. Yang gede biasanya untuk keranjang laundry," jelas pelaku UMKM binaan BRI tersebut.
Ketekunannya menjadi seorang perajin rajut pun tidak menghianati hasil. Omzet yang didapatkan dalam sebulan rata-rata Rp 20 juta - Rp 25 juta.
Tembus Pasar Luar Negeri Berkat BRI

April ini membawa berkah bagi Ekkyta Collection dengan masuknya orderan dari Dubai sebanyak 200 tas. Ia pun mengerahkan tujuh tenaga lepas untuk bisa mengejar pesanan rampung pada bulan ini. Orderan masuk dari luar negeri, ungkap Indah, tidak lepas dari dampak positif BRI EXPO(RT) pada 2025 serta BRILianpreneur 2023.
Menurutnya, evant pameran itu sangat membantu memperluas jaringan. Orderan hingga 200 pcs itu berkat koneksi dari BRI EXPO(RT). Dimana, saat itu ada business matching yakni pelaku UMKM langsung dipertemukan para buyer.
"Ada pihak yang menghubungi saya, memberikan penawaran. Harga cocok, awalnya minta 3.000 pcs tas rajut dan makrame, tapi sementara 200 dulu," bebernya.
Masuk pasar luar negeri, diakui Indah, bukan kali pertama. Sebelumnya, ia sempat bekerjasama dengan beberapa eksportir yang mengeskpor produknya ke sejumlah negara. Setidaknya, 100 produk ia serahkan kepada eksportir dalam sekali ekspor. Hanya saja, pandemi sempat meruntuhkan usahanya. Kini, ia mulai melangkah kembali merambah pasar luar negeri.
Selain dipasarkan ke luar negeri, produk Ekkyta Collection juga dipasarkan melalui berbagai pameran serta gerai-gerai UMKM di hotel dan tempat wisata.
"Kenal rumah BUMN sejak lama, 2018. Banyak yang didapatkan, fasilitas pelatihan, ada kesempatan untuk menunjukan karya saya. Sering lolos kurasi pameran. Ikut pameran acara Bhayangkara. Dulu juga pernah ada acara Simpedes. Incubator saya juara 2," urainya.
Ekkyta Collection, usaha rajut milik Indah, terus berkembang dengan dukungan dari BRI. Ia sangat antusias mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh BRI, karena tidak ada batasan umur bagi binaannya. Yang penting, karya yang dihasilkan berkualitas baik.
Ia juga sangat beruntung mendapat kesempatan berbagai pameran fasilitasi BRI secara gratis di tengah pihak-pihak lain banyak yang menyelenggarakan pameran dengan sewa lapak hingga jutaan rupiah.
"Sekarang banyak kegiatan pelatihan yang dibatasi umur, maksimal 50 tahun. Kalau BRI yang penting karyanya bagus. Pameran juga fasilitasi gratis, ada yang pasang harga lapak lima hari bisa sampai Rp 13 juta," beber perempuan yang telah memiliki empat cucu.

Selain disibukkan dengan berkarya, Indah juga memberikan pelatihan bagi siapapun yang ingin memiliki skill merajut. Dengan harapan, seni rajut tidak punah hanya pada generasinya saja. Apalagi, tiga buah hatinya yang seluruhnya berada di luar kota hingga kini belum ada ketertarikan melanjutkan skill ibundanya.
Ia juga mengajar di lapas wanita Kota Semarang. Ia tularkan keahliannya kepada para tahanan wanita dengan harapan mereka bisa pulang dari jeruji besi tidak dengan tangan kosong. Keahlian merajut diharapkan bisa menjadi bekal usai menyelesaikan hukuman.
"Saya ngajar dimana-mana. Di Lapas Bulu, di berbagai kota sampai Jakarta. Saya senang mengajar, menularkan ilmu saya," ungkapnya.
Rumah BUMN Punya Berbagai Kegiatan Positif
Sementara itu, Petugas Rumah BUMN Semarang, Fakhrul Ihsan Saputra mengatakan, Rumah BUMN terus mendorong para UMKM naik kelas dengan berbagai program.
Melalui visi dan misinya, pemberdayaan terhadap UMKM agar lebih maju dan sejahtera, Rumah BUMN memiliki nernagai kegiatan positif.
"Kami ada berbagai macam pelatihan. Kami juga fasilitasi ruang bagi mereka. UMKM bisa berkolaborasi di Rumah BUMN," paparnya.
Fakhrul menambahkan, Rumah BUMN juga memberi fasilitasi bazaar di berbagai event secara gratis. (eyf)
Merespons Dana Rp 200 Triliun Untuk Himbara, BPR Artha Tanah Mas Siapkan Strategi Perkuat UMKM |
![]() |
---|
UMKM Ritel di Semarang Didorong Adaptasi Bisnis Modern Lewat Digitalisasi |
![]() |
---|
Ketika Pelaku UMKM Dapat Ilmu Mengubah Resep Tradisional Dengan Inovasi Masa Kini Oleh Para Chef |
![]() |
---|
UMKM Di Jateng Didorong Perluas Pasar, Ini Cara Agar Bisa Masuk Toko Oleh-Oleh |
![]() |
---|
Mendulang Rupiah Lewat Kerajinan Kayu, Kisah Arif Eko Cahyo Bertahan di Tengah Usaha Mebel Kian Sepi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.