Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kabupaten Semarang

Kisah Kitab Blawong yang Hilang, Jejak Alquran Tulisan Syech Basarudin dari Pringapus Semarang

Di Masjid Jami Basarudin Pringapus ini tersimpan kisah kehilangan yang hingga kini masih menyisakan tanda tanya, yakni lenyapnya Kitab Blawong.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA
MASJID BERSEJARAH - Suasana bangunan bersejarah Masjid Jami’ Basarudin di Pringapus, Kabupaten Semarang, Kamis (1/5/2025) sore. Tampak kemegahan bangunan dengan ukiran kayu dan tiang-tiang penyangga besar. 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Di balik kemegahan Masjid Jami’ Basarudin yang kokoh berdiri di Jalan Basarudin, Desa Krajan, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, tersimpan kisah kehilangan yang hingga kini masih menyisakan tanda tanya, yakni lenyapnya Kitab Blawong.

Kitab tersebut diyakini merupakan manuskrip Alquran peninggalan Syech Basarudin, ulama besar yang menjadi penyebar agama Islam di kawasan itu pada masa lampau, sekira 1800-an.

Ketua Takmir Masjid Jami’ Basarudin, Badar Supraptono mengungkapkan bahwa Kitab Blawong adalah manuskrip Alquran tulisan tangan dari Syech Basarudin yang sangat dihormati dan dijaga.

Baca juga: Soto Semarang Diusulkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Disbudpar: Kami Sedang Kumpulkan Literasi

Baca juga: Hari Jadi ke-478 Kota Semarang, DPRD Tekankan Pemerataan Pembangunan

Kitab tersebut dahulu disimpan di sisi ruang pengimaman masjid, hingga hilang secara misterius saat proses renovasi bangunan sekira 2009.

“Kebetulan waktu kami rehab ini, tempatnya terbuka, dulu kitabnya ditempatkan di sebelah pengimanan." 

"Keesokan paginya, dilihat Kitab Blawong tidak ada, lalu ada tiga Alquran yang kemungkinan untuk menggantikannya,” ungkap Badar kepada Tribunjateng.com di Masjid Jami’ Basarudin, Kamis (1/5/2025).

Kitab Blawong diyakini bukan sekadar manuskrip pedoman biasa bagi umat Muslim.

Bukan hanya karena merupakan warisan dari Syech Basarudin, namun juga karena nilai sejarah dan spiritual yang dikandungnya. 

Tulisan tangan dalam kitab tersebut menggunakan jenis kertas khusus yang kuat dan tidak mudah rusak meski terkena air, sehingga menunjukkan keistimewaan bahan-bahan zaman dahulu dalam mendukung pelestarian naskah keagamaan.

Masjid Jami’ Basarudin adalah warisan sejarah yang telah beberapa kali mengalami renovasi pada era 1970-an, 1998, dan terakhir pada 2006. 

Dulunya, masjid ini terletak di kawasan Gunung Munggut, dekat dengan makam Syech Basarudin. 

Masjid Kuno Pringapus Semarang
MASJID BERSEJARAH - Suasana bangunan bersejarah Masjid Jami’ Basarudin di Pringapus, Kabupaten Semarang, Kamis (1/5/2025) sore. Tampak kemegahan bangunan dengan ukiran kayu dan tiang-tiang penyangga besar.

Baca juga: Anggota Satlinmas di Semarang Meninggal Dunia, Ahli Waris Terima Santunan Rp 42 Juta

Baca juga: 7 Mei 2025, Klenteng Tay Kak Sie Semarang Jadi Titik Persinggahan Biksu Thudong Menuju Borobudur

Pada 1880, masjid dipindahkan ke lokasi saat ini, mengikuti perkembangan permukiman warga.

Selain Kitab Blawong, tak banyak peninggalan sejarah lain yang tersisa. 

Menurut Badar, tiang dan kayu-kayu tua dari masjid lama di Gunung Munggut sempat diboyong ke lokasi baru, namun kini pun sudah tak tersisa.

“Zaman dulu itu yang bisa dimanfaatkan (dari lokasi lama) dibawa ke sini, zaman saya saja sudah sedikit informasi mengenai komponen konstruksi yang asli."

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved