Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Ritual Puja & Sanghadana, Kesakralan Terasa dari Lantunan Doa Biksu Thudong di Kelenteng Tay Kak Sie

Darto datang lebih awal dari biasanya, udara di halaman Kelenteng Tay Kak Sie masih basah oleh embun

|
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muslimah
Tribunjateng/Rezanda Akbar D.
SINGGAH - Potret aktivitas para biksu Thudong saat berada di Klenteng Tay Kak Sie Semarang, Rabu (7/5/2025) untuk singgah sebelum melanjutkan perjalanan. (TRIBUNJATENG.COM, REZANDA AKBAR D.) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Darto datang lebih awal dari biasanya, udara di halaman Kelenteng Tay Kak Sie masih basah oleh embun.

Kedatanganya lebih awal ini untuk menyambut datangnya para 36 biksu Thudong, Rabu (7/5/2025).

Ketika datang, Darto seperti biasa menyalakan dupa sambil bergumam doa dalam bahasa Hokkien yang diwarisinya sejak kecil.

Seumur hidupnya, kelenteng ini adalah rumah kedua tempatnya mencari tenang, meminta restu leluhur, dan sesekali menyeka air mata.

Baca juga: BREAKING NEWS 2 Biksu Thudong Dirawat Akibat Panas Ekstrem 44 Derajat di Kendal

Tak berselang lama setelah menyelesaikan doanya, kedatangan 36 biksu Thudong yang datang berjalan kaki, dengan mengenakan kasaya berwarna oranye yang sesekali melambai pelan tertiup angin.

Seperti yang diketahui mereka telah menempuh ribuan kilometer dari Thailand, melintasi negara dan perbatasan menuju Candi Borobudur untuk melaksanakan perjalanan spiritualnya.

Mereka singgah beristirahat di Tay Kak Sie, kelenteng tua di Gang Lombok, untuk beristirahat juga melakukan ritual doa.

Darto berdiri di antara jemaat lain, mengenakan pakaian kaus berkerah merah dan bercorak kuning sederhana. 

Ketika doa dimulai, dia ikut duduk bersila di pelataran kelenteng. Bahasanya asing di kupingnya, tapi tidak dengan suasananya.

"Bahasanya seperti Thailand, tapi kesakralannya itu sangat terasa ketika dilantunkan," ujar Darto.

Lantunan doa para biksu menggema dalam irama yang rendah. Mula-mula terasa seperti getaran tanah. Lalu merayap naik ke udara, mengisi rongga dada. 

Darto menutup mata. Ia tak tahu arti katanya, tapi tiap bait seolah bisa dirasakan olehnya seperti mendapatkan ketenangan batin.

“Doa yang dilantunkan betul-betul mengena, baik untuk para sangha ataupun rakyat Indonesia agar diberi perlindungan," katanya.

Ia tahu doa itu ditujukan bagi para pengurus kelenteng, para bhikkhu, dan seluruh rakyat Indonesia agar dilindungi, diberkati, diberi kekuatan. 

Tapi lebih dari itu, ia merasa seperti sedang diajak kembali untuk mengenang bahwa ibadah bukan sekadar soal bahasa, melainkan kehadiran yang tulus di hadapan yang lebih besar dari dirinya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved